Periode Pra-Rencana Penataan Kawasan Taman Sari
5.2 Periode Pra-Rencana Penataan Kawasan Taman Sari
Yuhdwitama Kadhana, dari Satuan Kerja Non Vertikal tertentu (SNVT) Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) seperti termuat dalam pemberitaan Dirjen Cipta Karya tanggal 29 Oktober 2010 menyebutkan bahwa revitalisasi kawasan Ngasem telah dimulai sejak tahun 2004 dengan adanya Lomba Pra Rancangan Kawasan Wisata Pasar Ngasem Yogyakarta tahun 2004. (www.ciptakarya.pu.go.id, diakses September 2012).
Dari lomba tersebut, diperoleh lima pemenang yang yang diumumkan ketua panitia, KGPH Hadiwinoto adik dari Sultan Ngayogyakarta, pada bulan Desember 2004 (www.jogjaprov.go.id, diakses tahun 2011). Yuhdwitama Kadhana mengatakan lima rancangan nominator pemenang kemudian dirangkum menjadi satu dan ditindaklanjuti dengan pembuatan
Detail Engineering Desain (DED). DED ini diintegrasikan dengan rancangan lain yang sudah ada guna meningkatkan kerja sama di antara pihak- pihak yang terlibat serta meminimalisir potensi konflik yang ada (www.ciptakarya.pu.go.id, diakses September 2012).
Menurut pengumuman di situs Pemerintah Provinsi DIY, lomba ini diikuti oleh 108 peserta dengan pemenang lomba tersebut adalah Ir Nully R Sumantri dari PT. TOWNLAND INTERNATIONAL. Dari publikasi di www.townland.com didapatkan informasi tentang rancangan desain pasar Ngasem yang berhasil menjadi juara tersebut. Rancangan tersebut dapat dilihat pada gambar 5.11.
Menurut informasi dari pemandu wisata Taman Sari, Pak Mujiyoko yang juga seorang abdi dalem, gagasan pemindahan pedagang burung (dan satwa lain) sebenarnya telah ada pada tahun 2004 tersebut di kalangan petinggi Kraton, namun terdapat pro dan kontra. Pak Sutaryoko mengatakan:
“Yang saya tahu mas, kalau dulu Sultan IX itu tidak pernah mengizinkan Pasar Ngasem ini dipindah. Jadi saya juga gak tahu kenapa Dinas Pasar bisa mindah pedagang itu. Kalau dari yang saya denger dari atasan saya di Kraton, katanya Gusti Hadi yang ngasih ijin, tapi Sultan sebenarnya gak mengijinkan”
Pandangan Pak Sutaryoko tampaknya mewakili keresahan warga sekitar kawasan Taman Sari yang takut kehilangan Pasar Ngasem. Pak Sutaryoko juga menambahkan bahwa warga sekitar tidak diajak berembuk mengenai pemindahan pedagang satwa Pasar Ngasem.
Walaupun sebenarnya warga resah, namun mereka tidak bisa berbuat apa- apa, demikian penuturan Pak Sutaryoko, karena adanya faktor budaya dan sejarah bahwa mereka adalah keturunan para abdi dalem yang sepenuhnya mengabdi pada Kraton. Selain itu, mereka juga menganggap tanah Taman Sari dan Pasar Ngasem adalah milik Sultan, mengingat sejarah lokasi Pasar Ngasem, dulunya adalah telaga bagian dari Taman Sari.
Gambar 5.11: Desain Pasar Ngasem yang memenangkan lomba tahun 2004
Sumber: www.townland.com diakses Januari 2013 Kembali pada lomba pra-desain tersebut di atas, tampaknya jika
dihubungkan dengan proses perencanaan komunikatif, Pemerintah Provinsi DIY dalam penataan Kawasan Taman Sari ini telah melaksanakan salah satu ciri dihubungkan dengan proses perencanaan komunikatif, Pemerintah Provinsi DIY dalam penataan Kawasan Taman Sari ini telah melaksanakan salah satu ciri
Pada periode yang sama, Pemerintah Kota Yogyakarta sedang giat melakukan pembangunan di wilayah selatan Kota Yogyakarta Pada dokumen perencanaan belum didapati adanya indikasi pemindahan pedagang pasar Ngasem ke lokasi lain. Namun pembangunan Bursa Agro Jogja, dan pernyataan walikota bahwa Bursa Agro Jogja suatu saat kelak akan menjadi lokasi perdagangan burung hias banyak ditangkap oleh para pedagang sebagai wacana pemindahan pedagang ke lokasi lain.
Seperti disebutkan oleh Kompi Setyoko pemilik cafe di dekat Taman Sari di Harian Jogja, 23 April 2010 bahwa sejak 2002 sebenarnya sudah berkembang wacana pemindahan pasar Ngasem, namun belum ada kepastian apapun dari Pemerintah. Pak Nugroho, pedagang burung di PASTY juga menyebutkan dalam wawancara:
“Dari dulu itu sebenarnya sudah sering katanya mau dipindah. Tapi gak jadi-jadi. Baru tahun 2009 itu kepastian pindah ke Dongkelan sini.”
Dari penulusuran dan wawancara ini diperoleh informasi bahwa, meskipun di tataran pemerintah sudah ada indikasi akan adanya pemindahan pedagang satwa, namun di level pedagang dan masyarakat umum, belum ada kepastian informasi sampai dengan tahun 2007 ketika BAJ sudah hampir selesai dibangun.