Periode Sosialisasi
5.4 Periode Sosialisasi
Kedaulatan rakyat, 10 Januari 2009 memuat berita bahwa pada tanggal 9 Januari 2009, diadakan rapat koordinasi di Kepatihan yang dipimpin oleh Gubernur DIY. Hasil dari rapat ini adalah bahwa Pasar Ngasem akan dibangun menjadi Pasar Wisata yang mendukung Taman Sari. Selain itu disepaati pula bahwa seluruh pedagang burung dan satwa lain akan dipindahkan ke lokasi Bursa Agro Jogja, sedangkan pedagang lain masih boleh berjualan di
Pasar Ngasem setelah revitalisasi. Herry Zudianto dalam pemberitaan tersebut menyebutkan bahwa
pemindahan pedagang burung dan satwa, menjadi tanggung jawab pemerintah kota, termasuk pembangunan pasar di BAJ Dongkelan, sedangkan pembangunan Pasar Ngasem menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi dan akan dilaksanakan setelah pedagang burung dan satwa lain dipindahkan.
Selama satu bulan setelah kesepakatan tersebut, Pemerintah Kota melalui Dinas Pengelolaan Pasar menjajaki keinginan para pedagang memalui para pengurus paguyuban. Tanggapan para pedagang waktu itu adalah masih seperti sebelumnya, yaitu cenderung menolak dengan alasan lokasi BAJ Dongkelan yang ada di pinggiran, serta Pasar Ngasem yang telah terkenal dan punya nama (rangkuman dari pendapat para pedagang saat wawancara).
Namun tampaknya, sekali lagi seperti para warga sekitar Ngasem, para pedagang ini juga merasa bahwa mereka tidak mungkin bisa menolak karena sikap hormat mereka pada Katon, dan karena area Ngasem dan Taman Sari adalah milik Kraton.
Tanggal 16 Februari 2009, kepastian tanggal ini diperoleh dari Koran Sindo edisi 19 Februari 2009, terjadi dialog antara Dinas Pengelolaan Pasar dengan para pedagang. Pada pertemuan ini, pedagang menuntut beberapa hal agar memudahkan proses pemindahan nantinya. Ketua paguyuban pedagang burung, Pak Tugiyatno menyebutkan di media tersebut, bahwa para pedagang ingin mendapatkan subsidi untuk menutup biaya pemindahan yang harus dikeluarkan.
Selain subsidi, para pedagang juga ingin agar retribusi di lokasi baru digratiskan selama enam bulan awal sejak pemindahan. Pedagang juga minta agar tidak ada pedagang lain yang masuk ke BAJ sebelum mereka menempati lokasi di sana.
Dalam proses dialog tersebut Pemerintah menjelaskan beberapa hal untuk bisa meraih simpati para pedagang melalui pengurus paguyuban pedagang. Yang pertama adalah pemaparan pemerintah tentang pasar baru nanti yang punya konsep dan fasilitas yang jauh melebihi Pasar Ngasem.
Sedangkan untuk subsidi, pemerintah kota memang tidak menganggarkan, namun sebagai gantinya adalah pembebasan (penggratisan) biaya apapun untuk pemindahan, termasuk pengurusan Kartu Bukti Pedagang ke depannya juga akan digratiskan, seperti diungkapkan Kepala Dinas Pengelolaan Pasar, Achmad Fadly (kedaulatan rakyat, 19 Maret 2009).
Logika pedagang sewaktu meminta subsidi, adalah karena sewaktu pemindahan PKL klithikan ke Pasar Pakuncen, para pedagang juga diberi subsidi uang tunai. Namun, jawaban pemerintah seperti diungkapkan pengelola UPT Pasty adalah, bahwa terdapat perbedaan antara pedagang klithikan dengan pedagang di Pasar Ngasem. Pedagang klithikan berasal dari PKL yang kebanyakan tidak punya peralatan berdagang, sedangkan di Ngasem, mereka telah punya peralatan berdagang yang masih bisa dimanfaatkan lagi, kecuali untuk sebagian kecil pedagang yang terpaksa harus membuat rak-rak baru.
Tampaknya dalam hal ini, Pemerintah dimudahkan karena adanya kesadaran para pedagang untuk tidak ribut-ribut selama proses pemindahan. Seperti yang dikatakan pedagang kelinci Pasty, Bapak Tarmuji dalam wawancara tanggal 27 Januari 2013 :
“ kan kita juga udah dapat yang sama seperti di Ngasem dulu. Losnya sama, dulu juga segini. Terus juga sudah gratis retribusi. Jadi gak dapat subsidi juga gak papa kalau saya”
Hasil wawancara dengan pedagang lain juga didapatkan hasil, bahwa tidak semua pedagang meminta subsidi. Bagi mereka yang penting dapat tempat berdagang yang minimal sama dengan yang di Ngasem.
Pemindahan pedagang klithikan yang berhasil tampaknya juga punya pengaruh dalam mudahnya pedagang untuk menerima pemindahan. Beberapa pedagang menyebutkan hal tersebut, salah satunya Pak Robi, pedagang reptil:
“berkaca dari klithikan mas, jadi ya kita gak masalah. pPalagi setelah tahu konsep pasarnya yang memang bagus”