Teori – Teori yang digunakan

2.2 Teori – Teori yang digunakan

2.2.1 Teori Pengupahan

1. Teori Neo – Klasik Kaum Neo Klasik mengasumsikan bahwa ada upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk memaksimumkan keuntungan dengan menggunakan faktor produksi, sehingga faktor produksi yang digunakan dapat menerima atau diberi 1. Teori Neo – Klasik Kaum Neo Klasik mengasumsikan bahwa ada upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk memaksimumkan keuntungan dengan menggunakan faktor produksi, sehingga faktor produksi yang digunakan dapat menerima atau diberi

W = WMPPL = MPPLXP

Dimana : W

= Tingkat gaji (dalam arti labur cost) yang dibayarkan pengusaha kepada karyawan P

= Harga jual barang (hasil produksi) dalam Rupiah per unit barang MPPL = Marginal Physical Product of Labour atau pertambahan hasil

marginal pekerja yang diukur dalam unit barang per unit waktu. VMPPL = Value Marginal Phisical Product of Labour atau nilai pertambahan hasil marginal pekerja atau karyawan. Yang dimaksud dengan nilai pertambahan adalah hasil marginal karyawan atau VMPPL adalah merupakan nilai jasa yang telah diberikan oleh karyawan kepada pengusaha. Sedangkan gaji (W) yang diberikan oleh pengusaha terhadap karyawan sebagai imbalan terhadap jasa karyawan yang telah diberikan kepada pengusaha. Menurut teori Neo-Klasik, karyawan memperoleh gaji senilai dengan pertambahan hasil marginalnya. Langkah lain yang dilakukan oleh pengusaha dalam rangka memaksimumkan keuntungan adalah dengan memberikan imbalan kepada setiap faktor produksi yang sebesar nilai tambahan hasil marginal masing-masing faktor produksi tersebut, imbalan untuk modal disebut sebagai rendemen. Besaran rendemen menggambarkan harga satu unit modal, tingkatan rendemen sama dengan nilai tambahan hasil marginal dari satu unit modal. Dapat dirumuskan : marginal pekerja yang diukur dalam unit barang per unit waktu. VMPPL = Value Marginal Phisical Product of Labour atau nilai pertambahan hasil marginal pekerja atau karyawan. Yang dimaksud dengan nilai pertambahan adalah hasil marginal karyawan atau VMPPL adalah merupakan nilai jasa yang telah diberikan oleh karyawan kepada pengusaha. Sedangkan gaji (W) yang diberikan oleh pengusaha terhadap karyawan sebagai imbalan terhadap jasa karyawan yang telah diberikan kepada pengusaha. Menurut teori Neo-Klasik, karyawan memperoleh gaji senilai dengan pertambahan hasil marginalnya. Langkah lain yang dilakukan oleh pengusaha dalam rangka memaksimumkan keuntungan adalah dengan memberikan imbalan kepada setiap faktor produksi yang sebesar nilai tambahan hasil marginal masing-masing faktor produksi tersebut, imbalan untuk modal disebut sebagai rendemen. Besaran rendemen menggambarkan harga satu unit modal, tingkatan rendemen sama dengan nilai tambahan hasil marginal dari satu unit modal. Dapat dirumuskan :

Dimana : r

= Tingkat Rendemen Modal VMPPL

= Nilai Pertambahan Hasil marginal (Value of Marginal Physical of Capital)

P = Harga jual barang produksi

2. Teori Malthus

Menurut Malthus upah ditinjau kaitannya dengan pertumbuhan penduduk, upah adalah harga penggunaan tenaga kerja. Sehingga tingkat upah yang terjadi adalah karena hasil bekerjanya permintaan dan penawaran. Apabila penduduk bertambah maka akan dapat menekan tingkat upah, sebaliknya tingkat upah akan naik apabila penduduk berkurang dan penawaran tenaga kerjapun akan berkurang.

3. Teori John Stuart Mills

Menurut Mills, tingkat upah tidak akan beranjak dari tingkatnya semula. Menurutnya dalam masyarakat sudah tersedia dana upah untuk pembayaran upah, dunia usaha menyediakan sebagian dananya untuk pembayaran upah. Gaji diberikan dengan dasar teori wager fund (teori modal), dimana gaji ditentukan oleh kompetisi atau kekuatan permintaan. Dalam arti lain dengan modal yang besar berari bahwa yang diproduksi semakin banyak dan secara langsung akan diperoleh pendapatan yang lebih besar dan laba akan mudah didapat.

4. Teori Marshall

Hick-Marshall mengatakan bahwa gaji dipengaruhi oleh elastisitas permintaan, elastisitas gaji dapat dikategorikan menjadi empat golongan yaitu :

a) Apabila terjadi elastisitas harga permintaan dari suatu barang (harga jual) maka produksi akan meningkat.

b) Apabila terdapat faktor lain dari produksi maka akan dapat memudahkan substitusi untuk kategori tenaga kerja.

c) Apabila faktor lain dari penawaran produksi sangat memudahkan (penggunaan dari faktor lain dari produksi dapat bertambah atau substansi dari kenaikan gaji).

d) Apabila harga dari karyawan masuk dalam kategori ketenagakerjaan adalah bagian yang sangat besar dari harga produksi total.

5. Teori Kelembagaan

Menurut kelembagaan, munculnya serikat pekerja atau organisasi masyarakat lain memungkinkan terjadi adu kekuatan untuk saling mencapai tujuan masing – masing. Adu kekuatan ini juga berkaitan dengan penentuan tingkat upah, menurut mazhab ini terdapat Bargaining Theory (teori tawar – menawar) yaitu jika terdapat 2 kekuatan yang mempunyai preferensi tingkat upah berbeda. Karena upah merupakan bagian dari kesempatan yang terangkum dalam hubungan kerja, sehingga tingkat upah mana yang cenderung sepakat. Tingkat kesepakatan yang terjadi tergantung pada kekuatan tawar – menawar masing – masing pihak, apabila pihak tenaga kerja yang lebih kuat maka tentu upah akan bergerak naik begitu juga bila pihak perusahaan yang lebih kuat.

2.2.2 Teori Upah Produktivitas

Produktivitas merupakan acuan dari pihak perusahaan dalam menentukan nilai upah, bagi perusahaan yang menjadi perhatian utama dalam menentukan tingkat upah adalah apa yang diperoleh dari penggunaan tenaga kerja maupun masukan lain seperti modal yang dapat terlihat pada hubungan sebagai berikut :

Fungsi Produksi :

Q = f ( m , Tk )

Apabila terdapat tambahan M atau Tk sesuai dengan produktivitas masing – masing maka :

dQ =

dM + dTK ∂

∂ Tk

Apabila M ditambah berdasarkan satuan rupaiah maka :

dQ =

Rp 1 , − +

Rp 1 , −

∂ TK

= Rp

+ Rp

∂ Tk

Bila dQ dijual, hasil penerimaan akan sama dengan pendapatan marginal / marginal Revenue (MR) yang dapat dirumuskan :

RM = Rp

+ Rp

∂ Tk

Sehingga perusahaan akan dalam posisi optimal bila ;

MR = MC

Biaya marginal ini berasl dari tambahan biaya modal dan tambahan biaya tenaga kerja, sehingga terjadi hubungan sebagai berikut :

BM = Rp

+ Rp

∂ Tk

Dalam mekanisme pasar kerja tingkat upah digunakan sebagai sinyal yang dipancarkan oleh pihak perusahaan untuk mewakili produktivitas yang sesungguhnya. Upah dianggap sebagai sumber penghasilan pokok yang disebut human income, sebagai sumber pendapatan tenaga kerja menginginkan agar upahnya tercukupi. Oleh karena itu tenaga kerja mempunyai konsep tersendiri tentang upah yaitu : tingkat upah perlu mencukupi kebutuhan dan tingginya diinginkan agar sesuai dengan harapan ekonomis.Tenaga kerja tidak hanya mencukupi kebutuhan sendiri tetapi juga kebutuhan keluarganya, dalam konsep textended family kepala rumah tangga harus menanggung kewajiban alimentasi, baik secara vertikal maupun horizontal. Tetapi yang menjadi pertimbangan utama adalah keluarga inti. Sedangkan yang menjadi pertimbangan bagi pemasok tenaga kerja adalah lebih bersifat ekonomis, yaitu upah harus sepadan dengan pengeluaran investasi untuk membentuk modal insani untuk meraih pekerjaan.

2.2.3 Struktur Upah Eksternal

Tingkat upah terkait dengan struktur tertentu yaitu, jenis keterampilan, jenis jabatan, atau lapangan usaha tertentu.

2.2.3.1 Struktur Upah Sektoral

Struktur upah sektoral dimaksudkan pada kemampuan satu sektor yang berbeda dengan sektor yang lain, misal pada sektor pertanian cenderung Struktur upah sektoral dimaksudkan pada kemampuan satu sektor yang berbeda dengan sektor yang lain, misal pada sektor pertanian cenderung

2.2.3.2 Jenis Jabatan

Tingkat upah akan berbeda karena perbedaaan jenis jabatan, karena jenis jabatan akan mencerminkan keterampilan yang dimiliki. Jenis jabatan merupakan simbol berbagai faktor misal isi jabatan, jenis keterampilan menurut isi jabatan, jenjang organisatoris, sehingga perbedaan upah dan jabatan merupakan faktor formal.

2.2.3.3 Geografis

Perbedaan tingkat upah disebabkan juga karena letak geografis suatu pekerjaan, upah di kota besar cenderung akan lebih besar di bandingkan dengan upah di kota kecil.

2.2.3.4 Keterampilan

Perbedaan tingkat upah yang dikarenakan perbedaan keterampilan juga merupakan faktor terpenting, jenjang keterampilan akan sama besarnya dengan pekerjaan.

2.2.3.5 Jenis Kelamin

Perbedaan jenis kelamin terkesan lebih mencolok, upah untuk wanita akan lebih rendah jika di bandingkan dengan laki – laki.

2.2.3.6 Ras

Menurut ketentuan hukum perbedaan upah berdasarkan ras sangat tidak dianjurkan, tetapi pada kenyataannya hal ini masih sering terjadi dikarenakan produk kebudayaan masa lalu. Sehingga tingkat upah akan berbeda untuk mereka yang berlainan ras.

2.2.4 Teori Upah Internal Dalam susunan suatu organisasi, terdapat susunan upah yang teratur. Berdasarkan isi jabatan. Semakin besar tanggung jawab atas pekerjaan, maka akan menjadi pendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang berarti bagi pekerjaanya.

2.2.5 Dinamika Pengupahan Struktur upah tidaklah statis, melainkan lebih bersifat dinamis. Dinamisnya

tingkat upah disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

2.2.5.1 Produktivitas

Produktivitas merupakan sumber dari pendapatan perusahaan, apabila produktivitas tenaga kerja meningkat maka upah juga akan mengalami peningkatan. Produktivitas naik karena terjadi perubahan modal dari masing – masing tenaga kerja.

2.2.5.2 Besarnya Penjualan

Penjualan merupakan sumber pendapatan yang menentukan kemampuan suatu perusahaan untuk membayar upah tenaga kerjanya.

2.2.5.3 Sikap Pengusaha

Kecepatan perubahan tingkat upah tergantung dari sikap pengusaha dalam menghadapi tekanan ataupun masalah yang ada, terutama yang berkaitan dengan tingkat upah. Sikap pengusaha dibedakan menjadi 2 yaitu liberal dan konservatif. Yang dimaksud dengan liberal adalah mudah mengizinkan terjadinya perubahan, sedangkan sikap konservatif adalah sikap hati – hati dalam menghadapi kenaikan tingkat upah.

2.2.6 Suplemen Upah

Upah dinyatakan dalam bentuk tarif, tarif ditetapkan berdasarkan jenis jabatan seseorang. Dalam pengupahan jumlah absolut yang diterima akan ditambah dengan jaminan sosial atau fringe benefits. Alasan pokok pembayaran upah ini adalah agar take home pay pekerja dapat mencukupi kebutuhan dan memperlancar pekerjaan. Misalnya, adanya tunjangan pangan, kesehatan, tanpa jaminan sosial upah belum menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar untuk hidup minimal. Sedangkan dalam memperlancar pekerjaan, pekerja perlu untuk diberikan cuti untuk penyegaran jasmani dari rutinitas, dan fasilitas lain seperti mobil mewah agar menimbulkan citra perusahaan yang bagus.

2.2.7 Game Theory

Berdasar teori ekonomi mikro yaitu Game Theory. Dalam game teori ini dijelaskan bahwa terdapat satu kesatuan yang utuh dalam melakukan suatu proses produksi yaitu antara tenaga kerja dengan pemilik perusahaan. Sehingga antara keduanya terdapat ikatan emotional yang erat dan kuat, antara tenaga kerja dan pemilik yang mempunyai hubungan industrial yang baik maka akan tercipta suasana kerja yang kondusif yang akan berdampak positif bagi kedua belah pihak. Dalam

teori ini juga dijelaskan bahwa adanya pembagian kerja yang sesuai dengan porsi akan mempermudah dalam segala hal, apabila tenaga kerja mendapat kedudukan sesuai dengan apa yang miliki sesuai dengan kinerjanya maka akan sangat membantu. Begitu juga dengan pemiliki perusahaan, mempunyai bagian / porsi yang sesuai dengan kedudukannya. Tetapi bagi para pemilik perusahaan harus tetap memperhatikan hak dan kewajiban tenaga kerja yang harus dipenuhi. Apabila semua aspek tersebut dapat berjalan sesuai dengan semestinya, maka konflik yang terjadi dalam hubungan industrial ini akan dapat diminimalisasikan. Karena jika dalam proses pertumbuhan suatu perusahaan terjadi masalah, maka akan menyebabkan menurunnya produktivitas tenaga kerja. Tenaga keja yang merasa haknya tidak diperhatikan oleh pemilik perusahaan akan dapat melakukan hal-hal yang merugikan, mereka merasa produktivitasnya tidak dihargai dan mengakibatkan menurunnya produksi yang dihasilkan. Jika hal ini tidak segera diatasi maka akan mengakibatkan banyak persoalan lain yang timbul, jika tenaga kerja merasa dirugikan maka mereka akan melakukan mogok massal, memberhentikan proses produksi sehingga kegiatan produksi akan menurun dan pemasukan perusahaan akan berkurang