Kerangka Teori
2.1.6.3 Hubungan Antara Produktivitas Dengan Upah
Penentuan tingkat upah didasarkan kepada produktivitas yang dihasilkan tenaga kerja dalam satuan waktu yang ditentukan. Hubungan yang terjadi lebih bersifat timbal balik, jika produktivitas seorang tenaga kerja meningkat maka tingkat upah akan mengalami peningkatan juga sehingga upah riil akan naik.
Gambar 2.4 : Kurva Hubungan Tingkat Produktivitas dengan Upah Riil
Tingkat upah
E1
W1
W2 E0 MRP 1 = D1 MRP0 = D0
0 Jml Tenaker
Sumber : Sadono Sukirno, 2002
Dimana : MRP0 = D0 = Permintaan Tenaga Kerja = 0 MPR1 = D1 = Permintaan Tenaga Kerja = 1 W1 = Tingkat Upah pada besaran 1 W0 = Tingkat Upah pada besaran 0
= Kurva Penawaran Tenaga Kerja dipasar E1, E0 = Titik Perpotongan antara MRP dengan kurva S Apabila kurva MRPo = Do dan MRP1 = D1menunjukkan hasil dari penjualan marginal dalam keadaan dimana MRP1 berada diatas MRPo yang berarti tingkat penggunaan tenaga kerja hasil dari penjualan marginal yang digambarkan oleh kurva MRP1 adalah lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil penjualan marginal yang digambarkan oleh MRPo. Dapat diasumsikan bahwa harga barang adalah sama maka keadaan MRP1 lebih tinggi daripada MRPo yang menggambarkan kegiatan produksi yang mempunyai tingkat produktivitas yang tinggi, dengan kata lain kurva diatas menggambarkan jika produktivitas tinggi maka upah yang akan diterima juga akan tinggi.
2.1.7 Masa Kerja
Masa kerja menurut Susilo (1990 : 108) didasarkan pada suatu pemikiran bahwa karyawan senior menunjukkan adanay kesetiaan yang tinggi dari karyawan yang bersangkutan pada organisasi dimana mereka bekerja. Masa kerja dihitung dari pertama kali tenaga kerja masuk kerja sampai dengan saat penerlitian dilakukan yang diukur dalam satuan tahun. Masa kerja juga dapat dilihat dari berapa lama tenaga kerja mengabdikan dirinya untuk perusahaan, dan bagaimana hubungan antara perusahaan dengan tenaga kerjanya. Dalam hubungan ini untuk menjalin kerjasama yang lebih serasi maka masing-masing pihak perlu untuk meningkatkan Masa kerja menurut Susilo (1990 : 108) didasarkan pada suatu pemikiran bahwa karyawan senior menunjukkan adanay kesetiaan yang tinggi dari karyawan yang bersangkutan pada organisasi dimana mereka bekerja. Masa kerja dihitung dari pertama kali tenaga kerja masuk kerja sampai dengan saat penerlitian dilakukan yang diukur dalam satuan tahun. Masa kerja juga dapat dilihat dari berapa lama tenaga kerja mengabdikan dirinya untuk perusahaan, dan bagaimana hubungan antara perusahaan dengan tenaga kerjanya. Dalam hubungan ini untuk menjalin kerjasama yang lebih serasi maka masing-masing pihak perlu untuk meningkatkan
2.1.8 Usia
Menurut Hordock (1993) dalam Simanjuntak (2005), Sikap seseorang dalam pekerjaan merupakan dasar dalam pemilihan suatu pekerjaan. Sikap seseorang terhadap pekerjaan dalam hubungannya dengan lingkungan kerja yang terdiri dari pemimpin dan kepemimpinan, suasana kerja, waktu dan jam kerja cukup penting untuk diamati. Keadaan seperti ini tidak saja cukup mempengaruhi kualita pekerjaan yang dilakukan oleh orang yang bersangkutan tetapi juga sikap dalam mengahadapi masa pensuin yang akan datang. Pada saat seseorang berusia lanjut terdapat satu alasan untuk tetap meneruskan pekerjaannya atau tidak, karena setiap orang memiliki pemikiran yang berbeda. Sedangkan menurut Masloch (1982) dalam Tuti (2003 : 24) pekerja lebih muda cenderung mengalami ketidakberdayaan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pekerja yang lebih tua. Hal dapat tejadi dikarenakan pekerja yang lebih muda cenderung rendah pengalaman kerjanya jika dibandingkan dengan pekerja yang lebih tua, ataupun disebabkan karena faktor lain seperti pekerja yang lebih tua lebih stabil, lebih matang, mempunyai pandangan yang lebih seimbang terhadap kehidupan sehingga tidak mudah mengalami tekanan mental atau ketidakberdayaan dalam pekerjaan.
Sani (1993) dalam Tuti (2003 : 25) mengatakan bahwa argumentasi terhadap gejala tingginya stres yang mewabah pada komunitas kaum muda di Indonesia adalah karena faktor usia muda, dengan tingkat produktivitas yang tinggi dan pada saat yang sama mereka berhadapan dengan target yang kompetitif.
2.1.8.1 Usia dan TPK
Tingkat Partisipasi Kerja (TPK) atau juga sering disebut sebagai Labour Partisipation Rate (LFPR) yang terdapat dalam suatu kelompok penduduk adalah perbandingan angkatan kerja dengan penduduk dalam usia kerja dalam kelompok yang sama. Dengan kata lain TPK adalah jumlah angkatan kerja dibagi dengan jumlah tenaga kerja dalam kelompok yang sama. Payaman (1985 : 37) menyatakan bahwa ”TPK mula-mula meningkat sesuai dengan pertambahan umur, kemudian menurun kembali menjelang usia pensiun atau umur tua”. Peningkatan TPK sesuai dengan pertambahan umur dipengaruhi oleh dua hal yaitu:
a) Jika semakin tinggi tingkat usia, maka akan semakin kecil proporsi penduduk yang bersekolah, sehingga TPK pada kelompok umur dewasa lebih besar daripada TPK pada kelompok umur yang lebih muda.
b) Jika semakin tua usia seseorang maka tanggung jawabnya terhadap keluarga akan semakin besar. Pada saat usia seseorang mencapai tua maka TPK akan mengalami penurunan, karena pada usia tersebut akan banyak tenaga kerja yang mengalami masa pensiun.
Gambar 2.5 : Kurva Hubungan Usia dan TPK
10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 Kelompok Umur