PENDEKATAN TEORITIS

2.7 Kerangka Pemikiran

Dalam konteks perusahaan perkebunan, jenis kelamin, umur, pendidikan dan lamanya seorang bekerja diduga memiliki hubungan dengan kondisi kerja karyawan yaitu dalam golongan karir, pendapatan, perolehan jaminan kerja dan jaminan untuk keluarga. Namun, jenis kelamin diduga merupakan prinsip pembeda utama yang berhubungan dengan kondisi kerja karyawan.

Diduga terdapat ketidakadilan gender dalam kondisi kerja karyawan perkebunan. Ketidakadilan gender adalah pemberian perlakuan yang berbeda kepada laki-laki maupun perempuan. Akan tetapi, sebagian besar kasus ketidakadilan gender menimpa perempuan. Itulah sebabnya masalah-masalah yang berkaitan dengan gender sering diidentikkan dengan masalah perempuan (de Vries, 2006). Perempuan diduga diposisikan pada pekerjaan yang dianggap mudah, golongan karir yang rendah dan sulit meningkat sehingga boleh diupah rendah dan tidak diberikan jaminan kerja dan jaminan keluarga seperti laki-laki.

Sesungguhnya bekerja baik bagi laki-laki maupun perempuan adalah suatu hal yang sangat penting. Kondisi kerja di perkebunan (golongan karir, pendapatan, jaminan kerja, dan jaminan keluarga) di duga berhubungan dengan kesejahteraan keluarga. Kesejahteraan keluarga ini dapat dilihat dari kesehatan keluarga, pendidikan anggota keluarga, pola konsumsi keluarga, dan perumahan.

Hubungan antar variabel dapat dilihat dalam gambar kerangka pemikiran berikut ini:

Pendidikan

Kondisi Kerja

Kesejahteraan Keluarga

• Kesehatan Kelamin

Jenis Umur

• Golongan Karir

• Pendapatan

• Pendidikan

• Jaminan Kerja

• Pola konsumsi

• Perumahan Bekerja

Lama

• Jaminan Keluarga

Keterangan:

: berhubungan

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

2.8 Hipotesis

Berdasarkan kerangkan pemikiran tersebut, dapat diajukan beberapa hipotesa sebagai berikut:

1. Jenis kelamin diduga merupakan prinsip pembeda utama yang memiliki hubungan dengan kondisi kerja karyawan perkebunan.

2. Pendidikan diduga berhubungan dengan kondisi kerja karyawan perkebunan.

3. Umur diduga berhubungan dengan kondisi kerja karyawan perkebunan.

4. Lama bekerja diduga berhubungan dengan kondisi kerja karyawan perkebunan.

5. Kondisi kerja di perkebunan (golongan karir, pendapatan, jaminan kerja, dan jaminan keluarga) diduga berhubungan dengan kesejahteraan keluarga (kesehatan keluarga, pendidikan anggota keluarga, pola konsumsi keluarga, dan perumahan).

2.9 Definisi Operasional

Untuk menjelaskan sesuatu yang absrak seperti konsep/variabel menjadi konkrit untuk dapat diukur, maka dibuatlah definisi operasional sebagai berikut:

1. Jenis kelamin adalah identitas biologis karyawan. Jenis kelamin dibagi menjadi dua kategori yaitu:

1. laki-laki

2. perempuan.

2. Umur adalah lamanya hidup karyawan yang diukur berdasarkan usia. Umur menentukan kondisi kerja karyawan perkebunan. Umur digolongkan menjadi

dua ketegori. Kategori tersebut ditentukan berdasarkan rata-rata umur karyawan yang diketahui dari hasil penelitian di lapangan (emik).

Pengukuran:

1. ≤ 45 tahun = skor 2 = muda

2. > 45 tahun = skor 1 = tua

3. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah dilakukan karyawan.

Pengukuran:

1. Tidak lulus SD

2. Lulus SD

4. Lama bekerja adalah sejumlah waktu kerja karyawan di perkebunan mulai dari awal bekerja sampai saat ini. Lama bekerja menentukan kondisi kerja karyawan perkebunan. Lama bekerja digolongkan menjadi dua ketegori. Kategori tersebut ditentukan berdasarkan rata-rata lama bekerja karyawan yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan (emik).

Pengukuran:

1. ≤ 25 tahun = skor 1 = kurang lama

2. > 25 tahun = skor 2 = lama

5. Kondisi kerja adalah perlakuan perusahaan terhadap karyawan yang meliputi golongan karir, pengupahan, jaminan kerja, dan jaminan keluarga. Kondisi kerja mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga

Pengukuran:

a) Golongan karir adalah pembedaan karyawan yang dilihat dari tingkatan karir karyawan di perusahaan. Golongan karir merupakan variabel untuk melihat kondisi kerja karyawan.

1. IA/14 = skor 1 = rendah

2. > IA/14 = skor 2 = tinggi

b) Pendapatan adalah tingkatan jumlah uang yang diterima oleh karyawan sebagai imbalan atas pekerjaan utama yang dilakukan. Ukuran pengupahan ditentukan berdasarkan upah rata-rata karyawan yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan yaitu upah minimum perusahaan adalah Rp. 820.000. Pengupahan merupakan variabel untuk melihat kondisi kerja karyawan.

1. ≤ upah rata-rata buruh = skor 1 = rendah

2. > upah rata-rata buruh = skor 2 = tinggi

c) Jaminan kerja adalah banyaknya jaminan kesehatan, jaminan keselamatan dan fasilitas yang diterima oleh karyawan dari perusahaan perkebunan. Jaminan kerja merupakan variabel untuk melihat kondisi kerja karyawan.

Pengukuran: Jaminan kesehatan:

• Memperoleh libur/cuti jika sakit, menstruasi, dan melahirkan • Memperoleh biaya penggantian bila sakit • Memperoleh biaya pengobatan rawat jalan bila sakit • Memperoleh biaya pengobatan rawat inap bila sakit • Memperoleh asuransi kesehatan penduduk miskin

• Memperoleh hak beristirahat • Memperoleh hak beribadah

Jaminan keselamatan dan fasilitas: • Asuransi keselamatan kerja

• Kompensasi apabila cacat akibat kecelakaan kerja • Fasilitas kerja dan keselamatan kerja (sepatu, topi/penepis panas, karung)

1. Ya 5 = skor 1 = kurang baik ≤

2. Ya >5 = skor 2 = baik

d) Jaminan keluarga adalah jaminan dan fasilitias kesejahteraan untuk keluarga yang diterima oleh karyawan dari pekerjaan yang dilakukan di perkebunan. Jaminan keluarga merupakan variabel untuk melihat kondisi kerja karyawan.

Pengukuran: • Memperoleh THR • Memperoleh santunan menikah

• Memperoleh santunan melahirkan • Memperoleh santunan anggota keluarga sakit • Memperoleh santunan anak khitan/sunatan • Memperoleh santunan pendidikan anak • Memperoleh santunan keluarga meninggal dunia • Memperoleh rumah/tempat tinggal

• Memperoleh pinjaman/hutang • Memperoleh sembako bulanan • Memperoleh dana pensiun • Memperoleh pesangon bila di-PHK

1. Ya ≤6 = skor = Kurang baik

2. Ya > 6 = skor 2 = Baik Pengukuran kondisi kerja:

1. Skor ≤ 4 = Kurang baik

2. Skor > 4 = Baik

6. Jumlah anak dalam keluarga adalah banyaknya anak dalam keluarga yang menjadi tanggungan karyawan. Jumlah anak dalam keluarga mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga karyawan.

Pengukuran:

1. <2 = skor 1 = sedikit

2. ≥ 2 = skor 2 = banyak

7. Kesehatan keluarga adalah status kesehatan dan taraf gizi yang antara lain diukur melalui angka kondisi sakit, jenis pengobatan yang dilakukan, frekuensi makan dan jenis makanan yang dikonsumsi keluarga. Kesehatan merupakan variabel untuk melihat kesejahteraan keluarga.

Pengukuran:

a) Angka kondisi sakit merupakan variabel untuk melihat status kesehatan keluarga karyawan di perkebunan. Angka kondisi sakit dilihat dari

frekuensi seringnya sakit karyawan atau keluarganya dalam satu tahun. Angka kondisi sakit digolongkan menjadi dua yaitu:

1. > 2 kali = skor 1 = rendah

2. ≤ 2 kali = skor 2 = tinggi

b) Jenis pengobatan merupakan variabel untuk melihat status kesehatan keluarga karyawan di perkebunan. Jenis pengobatan dilihat dari apa yang dilakukan oleh karyawan dan keluarganya ketika terdapat anggota keluarganya yang sakit. Jenis pengobatan digolongkan sebagai berikut:

1. Berobat non medis (warung, dukun/pengobatan alternatif) = skor 1

2. Berobat medis (Puskesmas, Dokter,) = skor 2

c) Frekuensi makan merupakan variabel untuk melihat taraf gizi pada keluarga karyawan perkebunan. Frekuensi makan dilihat dari seberapa sering karyawan dan keluarganya makan dalam satu hari. Frekuensi makan digolongkan menjadi dua:

1. ≤ 2 kali = skor 1

2. > 2 Kali = skor 2

d) Jenis makanan merupakan variabel untuk melihat taraf gizi pada keluarga karyawan perkebunan. Jenis makanan dilihat dari seberapa banyak macam makanan yang dikonsumsi buruh dan keluarganya dalam satu hari. Janis makanan digolongkan menjadi dua kategori:

1. Makanan yang dikonsumsi kurang atau telah mencukupi makanan yang mengadung karbohidrat dan protein = skor 1

2. Makanan yang dikonsumsi melebihi makanan yang mengadung karbohidrat dan protein = skor 2

Pengukuran kesehatan keluarga:

1. ≤ 4 = skor 1 = Kurang baik

2. > 4 = skor 2 = baik

8. Pendidikan keluarga adalah banyaknya jumlah anggota keluarga karyawan yang Drop Out atau tidak melanjutkan. Pendidikan keluarga digolongkan sebagai berikut:

1. ≥ 1 orang = skor 1 = banyak

2. < 1 orang = skor 2 sedikit Semakin sedikit jumlah anggota keluarga buruh yang drop out maka semakin

sejahtera keluarga buruh.

9. Pola konsumsi adalah tingkat pengalokasian uang dalam keluarga untuk kebutuhan akan konsumsi makanan dibandingkan dengan konsumsi non- makanan. Pola konsumsi merupakan variabel untuk melihat kesejahteraan keluarga. Pola konsumsi digolongkan sebagai berikut:

1. Konsumsi makanan konsumsi non makanan = skor 1 = rendah ≥

2. Konsumsi makanan < konsumsi non makanan = skor 2 = tinggi Semakin tinggi tingkat konsumsi makanan dibandingkan konsumsi non

makanan, maka semakin rendah tingkat kesejahteraan keluarga.

10. Perumahan adalah tingkatan keadaan infastruktur rumah karyawan yang menunjukkan tingkat kesejahteraan keluarga. Hal dapat terlihat dari status rumah, keadaan rumah, keadaan MCK, alat penerangan, fasilitas komunikasi.

Pengukuran:

a) Status rumah adalah hak atas kepemilikan rumah bagi keluarga karyawan. Status rumah merupakan salah satu variabel untuk melihat tingkatan keadaan infastruktur rumah karyawan.

1. Bukan milik pribadi = skor 1

2. Milik pribadi

= skor 2

b) Keadaan rumah adalah kondisi bangunan rumah atau tempat tinggal keluarga karyawan. Keadaan rumah merupakan salah satu variabel untuk melihat tingkatan keadaan infastruktur rumah karyawan.

1. < semi permanen = skor 1

2. ≥ semi permanen = skor 2

c) Keadaan MCK adalah kondisi MCK yang dimiliki dalam rumah tangga. Kondisi MCK merupakan salah satu variabel untuk melihat tingkatan keadaan infastruktur rumah karyawan.

1. Tidak ada MCK = skor 1

2. Ada MCK = skor 2

d) Alat penerangan adalah jenis penerangan yang dipakai oleh keluarga karyawan. Alat penerangan merupakan salah satu variabel untuk melihat tingkatan keadaan infastruktur rumah karyawan. Alat penerangan dibagi menjadi dua katagori:

1. Listrik ≤ 450 Watt = skor 1

2. Listrik > 450 Watt = skor 2

• Fasilitas komunikasi adalah kepemilikan alat komunikasi dalam sebuah rumah tangga. Fasilitas komunikasi merupaka variabel untuk melihat

tingkatan keadaan infastruktur rumah karyawan. Fasilitas komunikasi dibagi menjadi dua katagori :

i. Tidak menggunakan telepon/HP = skor 1

ii. Menggunakan telepon/HP = skor 2 Pengukuran perumahan:

1. skor ≤ 5 = Kurang baik

2. skor > 5 Baik

11. Kesejahteraan keluarga karyawan adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan keluarga yang membuat sebuah keluarga merasa aman dan bahagia. kesejahteraan keluarga karyawan dapat dilihat dari kesehatan, pendidikan anggota keluarga, pola konsumsi keluarga, dan perumahan.

Pengukuran:

1. skor ≤ 4 = Kurang terpenuhi

2. skor > 4 = Terpenuhi