KONDISI KERJA KARYAWAN DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VI KEBUN KAYU ARO

V. KONDISI KERJA KARYAWAN DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VI KEBUN KAYU ARO

Sejak dibukanya Perkebunan teh Kayu Aro pada tahun 1925 sampai dengan 1928 dan dibangunya pabrik teh pada tahun 1932 di Bedeng VIII Kayu Aro, perusahaan Belanda mendatangkan ribuan pekerja (buruh) dari pulau Jawa. Mulai saat itu pekerja dari pulau Jawa mensosialisasikan pekerjaan perkebunan kepada anak mereka sejak usia dini. Bagi orang tua hal ini dijadikan sebagai cara mendidik anak agar terbiasa mengelola tanaman teh, sedangkan gagi anak, sosialisasi ini penting untuk modal masa depannya. Orang tua membawa anaknya sejak kecil bekerja di perkebunan agar anak terbiasa dengan pekerjaan tersebut dan saat sudah dewasa mereka dapat bekerja sebagai pekerja di perkebunan teh. Anak dan cucu pekerja dari pulau Jawa itulah yang kini banyak bekerja mendiami desa di sekitar perkebunan teh dan menjadi karyawan di PTPN VI Kebun kayu Aro. Seperti yang diungkapkan oleh karyawan PTPN VI Kebun Kayu Aro sebagai berikut:

“Sejak kecil saya sering diajak ibu ke kebun teh, saya cuma lihat-lihat saja ibu yang sedang bekerja dari tempat yang teduh, ibu saya membawa saya sembunyi-sembunyi agar tidak terlihat mandor, setelah saya agak besar saya diajari ibu cara memetik dan sayapun ikut menolong ibu memetik pucuk teh.”

(Ibu Ytn, 42 tahun, Karyawan PTPN)

“Karyawan yang bekerja disini kebanyakan orang tuanya dahulu juga kerja disini. Kami keturunan Jawa yang lahir di Kayu aro, setiap hari kami menggunakan bahasa Jawa tapikebanyakan kami tidak tau kampung kami di Jawa ada dimana, saya pun sampai sekarang belum pernah ke Jawa, kalau ditanya saya orang mana, saya selalu jawab orang Kayu Aro.”

(Bapak Sky, 52 tahun, Karyawan PTPN)

Proses sosialisasi dari orang tua mereka menjadikan anak dan cucu mereka saat ini pada umumnya menggantungkan hidup sepenuhnya pada perkebunan. Keterbatasan pendidikan, tidak adanya tanah yang dimiliki dan adanya keterkaitan dengan perkebunan membuat mereka kini menjadi karyawan di perkebunan. Selain itu kondisi kerja yang diberikan PTPN VI Kebun Kayu Aro yang dirasakan jauh lebih baik dibandingkan dengan kondisi kerja di luar perkebunan sehingga mereka tetap memilih untuk bekerja di perkebunan. Bahkan saat ini banyak sekali angkatan kerja yang ingin bekerja menjadi karyawan di PTPN VI Kebun Kayu Aro akan tetapi perusahaan belum membuka kesempatan bagi mereka karena kondisi perusahaan yang saat ini kelebihan tenaga kerja sehingga karyawan yang pensiun tidak diimbangi dengan perekrutan karyawan baru. Dari hasil wawancara dengan salah satu karyawan yang bekerja di PTPN VI Kebun Kayu Aro diketahui bahwa perekrutan tenaga kerja terakhir yaitu sekitar tahun 1996.

Kondisi kerja karyawan adalah perlakuan perusahaan perkebunan yang diterima oleh karyawan yang meliputi golongan karir, pendapatan, jaminan kerja, dan jaminan keluarga. Kondisi ini adalah kondisi yang dialami oleh reponden ketika bekerja di perusahaan perkebunan.

PTPN VI Kebun Kayu Aro berupaya untuk selalu menjaga kondisi kerja di perkebunan sehingga sebagian besar karyawan mendapatkan kondisi kerja yang baik walaupun terdapat sebagian karyawan yang masih mendapatkan kondisi kerja yang kurang baik. Kondisi kerja karyawan laki-laki dan karyawan perempuan secara umum di PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VI Kebun Kayu Aro digambarkan pada Tabel 4 di bawah ini:

Tabel 4. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Kondisi Kerja dan Jenis Kelamin, PTPN VI Kebun Kayu Aro 2009

Kondisi Kerja

Jenis Kelamin

Perempuan (orang) Jumlah

Laki-Laki (orang)

Persentase (%) Baik 25 83,33 13 43,33 Kurang Baik

Berdasarkan Tabel 4 di atas karyawan laki-laki menerima perlakuan yang baik dari perusahaan perkebunan yaitu 83,33 persen dari jumlah responden laki- laki mengalami kondisi kerja yang baik, dibandingkan dengan responden perempuan yang hanya 43,33 persen. Karyawan perempuan masih banyak yang mendapatkan kondisi kerja yang kurang baik yaitu 56,67 persen. Persentase tersebut mengambarkan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan kondisi kerja. Hasil penghitungan secara statistik menunjukan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kondisi kerja dengan nilai signifikansi 0.001 dengan

α sebesar 0,10. Hubungan antara jenis kelamin dengan kondisi kerja dapat dijelaskan secara rinci pada sub bab berikut.

5.1 Golongan Karir Karyawan

Golongan karir adalah pembedaan karyawan yang dilihat dari tingkatan karir karyawan di perusahaan. Golongan karir yang dimiliki responden adalah golongan karir paling bawah di dalam perusahaan. Golongan karir tersebut dibagi menjadi dua yaitu golongan karir sedang dan golongan karir tinggi. Di PTPN VI Kebun Kayu Aro, karyawan laki-laki dan karyawan perempuan sebagian besar

telah menempati golongan karir yang tinggi. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel

5 berikut ini:

Tabel 5. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Golongan Karir dan Jenis Kelamin, PTPN VI Kebun Kayu Aro 2009

Golongan Karir

Jenis Kelamin

Perempuan (orang) Jumlah

Laki-Laki (orang)

Persentase (%)

Jumlah

Persentase (%) Tinggi 23 76,67 18 60,00 Rendah 7 23,33 12 40,00

Jumlah 30 100,00 30 100,00

Berdasarkan Tabel 5 dapat dibuktikan bahwa karyawan laki-laki lebih banyak berada pada golongan karir yang tinggi yaitu 76,67 persen dibandingkan karyawan perempuan yaitu 60,00 persen. Persentase tersebut menunjukkan bahwa tampak perbedaan antara karyawan laki-laki dan karyawan perempuan akan tetapi perbedaan itu tidak begitu besar. Hasil penghitungan secara statistik menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kondisi kerja dengan nilai signifikansi 0.165 dengan α sebesar 0,10.

PTPN VI Kayu Aro membuat peraturan yaitu karyawan laki-laki dan karyawan perempuan mempunyai hak yang sama dalam golongan karir. Golongan karir ditentukan oleh prestasi kerja karyawan. Prestasi kerja dinilai dari tiga hal yaitu: penilaian khusus oleh asisten atau kepala dinas, penilaian terhadap kesehatan karyawan, dan penilaian terhadap kehadiran dan kepribadian karyawan. Akan tetapi pada kenyataannya laki-laki lebih mudah naik golongan dibandingkan perempuan. Hal ini diketahui dari hasil wawancara dengan seorang karyawan perempuan PTPN VI Kebun Kayu Aro sebagai berikut:

“Perusahaan memberi hak yang sama pada laki-laki dan perempuan untuk naik golongan, akan tetapi peluang untuk naik golongan karyawan laki-laki lebih besar daripada perempuan. Setiap tahun ada saja laki-laki yang naik golongan, namun tidak demikian pada perempuan. Kalaupun perempuan naik golongan dalam satu tahun hanya boleh 1 tingkatan sementara laki-laki dalam satu atahu bisa lebih dari satu tingkatan.”

(Ibu Ald, 52 tahun, Karyawan PTPN)

Golongan karir karyawan dapat turun ketingkat yang lebih rendah apabila karyawan melakukan kesalahan misalnya tidak disiplin, sedangkan bagi karyawan yang melakukan tindakan kriminal langsung dikeluarkan dari perusahaan.

5.2 Pendapatan Karyawan

Pendapatan yang diperoleh karyawan di PTPN VI Kebun Kayu Aro berasal dari upah bulanan. Upah bulanan terdiri dari upah pokok, tunjangan tetap,dan bantuan RALT/Transpor yang diberikan berdasarkan golongan karyawan, ditambah dengan 15 Kg beras perbulan. Sementara itu juga diberikan premi kepada karyawan berdasarkan perhitungan kerja mereka setiap harinya. Untuk karyawan petik diberikan premi yaitu Rp. 250,- per kilogram teh yang dipetik di luar basis petikan wajib yaitu 32 Kg. Sementara karyawan lainnya diberikan premi lembur yang dihitung perjam setelah jam wajib kerja yaitu 7 jam. Pada kondisi tertentu perusahaan memberikan bonus pada karyawan. Pada umumnya karyawan selalu mendapatkan premi, akan tetapi masih terdapat karyawan yang mendapatkan upah kurang atau sama dengan upah minimum perusahaan sebab dipotong oleh cicilan hutang dan iuran wajib Jamsostek,

pensiun. Seperti yang diungkapkan oleh karyawan PTPN VI Kebun Kayu Aro berikut ini:

“Upah dari perusahaan sebenarnya lumayan sudah sesuai dengan upah minimum yang seharusnya, tapi upah itu hanya ada di dalam kertas perinciannya, sedangkan upah yang saya dan karyawan lainnya terima setiap bulan seringkali lebih sedikit dari pada upah minimum itu karena dipotong dengan cicilan hutang koperasi bagi yang berhutang dan iuran-iuran yang harus dibayar, tapi cukuplah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.”

(Bapak Mk, 44 tahun, Karyawan PTPN VI Kebun Kayu Aro)

Pendapatan di PTPN VI Kebun Kayu Aro ditentukan berdasarkan golongan karir dan premi. Perbedaan pendapatan antara karyawan laki-laki dan karyawan perempuan disebabkan oleh lebih tingginya golongan karir yang dimiliki karyawan laki-laki dibandingkan karyawan perempuan. Perbedaan pendapatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini:

Tabel 6. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pendapatan dan Jenis Kelamin, PTPN VI Kebun Kayu Aro 2009

Pengupahan

Jenis Kelamin

Perempuan (orang) Jumlah

Laki-Laki (orang)

Persentase (%)

Jumlah

Persentase (%) Tinggi 23 76,67 15 50,00 Sedang 7 23,33 15 50,00

Jumlah 30 100,00 30 100,00

Berdasarkan Tabel 6 di atas, diketahui bahwa pendapatan karyawan laki- laki berada pada tingkatan tinggi yaitu melebihi dari UMP PTPN VI Kebun Kayu Aro yaitu 76,67 persen, sedangkan karyawan perempuan sebanyak masing-masing 50,00 persen mendapatkan pendapatan tinggi dan rendah. Persentase tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan pendapatan. Hal

ini didukung dengan hasil pengujian statustik yang menunjukkan nilai signifikansi 0,032 dengan α sebesar 0,10.

Perbedaan pendapatan itu terjadi sebab selain ditentukan oleh golongan karir, pendapatan juga ditentukan oleh premi. Karyawan laki-laki lebih banyak mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan karyawan perempuan sebab karyawan laki-laki mendapat premi yang lebih besar karena karyawan laki-laki dalam waktu satu bulan tidak mendapat libur sedangkan karyawan perempuan mendapatkan libur cuti haid selama dua hari setiap bulan sehingga karyawan perempuan tidak mendapat premi pada libur cuti haid tersebut. Selain itu untuk karyawan yang bekerja di kebun tidak dapat dipungkiri bahwa jumlah pucuk yang dapat dipetik oleh karyawan laki-laki dalam setiap harinya memang lebih besar dibandingkan dengan karyawan perempuan, sedangkan untuk karyawan pabrik jam kerja lembur pada malam hari hanya diperbolehkan untuk karyawan laki-laki. Sementara yang menjadi sumber premi adalah kelebihan jam kerja (kerja lembur) dan kelebihan jumlah pucuk yang dapat dipetik. Seperti yang diungkapkan oleh karyawan perempuan PTPN VI Kebun Kayu Aro:

“Perusahaan memberi keuntungan buat karyawan perempuan, perempuan dikasih libur dua hari untuk cuti haid jadi ibu-ibu disini bias istirahat. Karena libur perempuan tidak dapat premi hari itu tapi kami lebih memilih dapat libur dari pada premi.”

(Ibu Ald, 52 tahun, Karyawan PTPN)

5.3 Jaminan Kerja Karyawan

Jaminan kerja di PTPN VI Kebun Kayu Aro dilihat dari perolehan jaminan kesehatan dan jaminan keselamatan dan fasilitas kerja. Jaminan kesehatan yaitu mendapatkan libur/cuti jika sakit, menstruasi, dan melahirkan, mendapatkan biaya

penggantian bila sakit, mendapatkan biaya pengobatan rawat jalan bila sakit, mendapatkan biaya pengobatan rawat inap bila sakit, mendapatkan asuransi kesehatan penduduk miskin, mendapatkan hak beristirahat, dan mendapatkan hak beribadah. Jaminan keselamatan dan fasilitas kerja yaitu mendapatkan asuransi keselamatan kerja, medapatkan kompensasi apabila cacat akibat kecelakaan kerja, dan mendapatkan fasilitas kerja dan keselamatan kerja (sepatu, topi/penepis panas, karung, dll).

Perusahaan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VI Kebun Kayu Aro memberikan jaminan kerja yang cukup baik untuk karyawan yaitu jaminan kesehatan maupun jaminan keselamatan dan fasilitas kerja. Seperti yang diungkapkan oleh karyawan PTPN VI Kebun Kayu Aro berikut:

“Saya betah di perusahaan ini walaupun saya karyawan rendahan, karena kalau bekerja di sini saya mendapat banyak keuntungan seperti bisa berobat gratis di Rumah Sakit Kayu Aro (RSKA), pokoknya kesehatan saya terjagalah, kalau RSKA tidak bisa mengobati saya dipindahkan ke rumah sakit yang lebih besar di Sungai Penuh. Waktu saya terluka saat kerja, saya diberi pengobatan. Perusahaan juga pernah memberikan alat-alat untuk kerja, tapi itu jarang dan tidak selalu ada, terakhir sudah lama sekali, saya tidak ingat. Jadi alat untuk bekerja ya saya beli sendiri dengan uang saya.

(Bapak Sky, 52 tahun, Karyawan PTPN Kebun Kayu Aro)”

Akan tetapi karyawan laki-laki dan karyawan perempuan mendapatkan jumlah jaminan yang berbeda. Karyawan laki-laki mendapatkan jaminan yang lebih banyak dibandingkan karyawan perempuan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel

7 berikut:

Tabel 7. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jaminan Kerja dan Jenis Kelamin, PTPN VI Kebun Kayu Aro 2009

Jaminan Kerja

Jenis Kelamin

Perempuan (orang) Jumlah

Laki-Laki (orang)

Persentase (%)

Jumlah

Persentase (%) Baik 23 76,67 16 53,33

Kurang Baik

14 46,67 Jumlah 30 100,00 30 100,00

Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa jaminan kerja karyawan laki-laki jauh lebih baik yaitu 76,67 persen, dibandingkan dengan karyawan perempuan yang mendapatkan jaminan kerja baik yaitu 53,33 persen. Hasil penghitungan secara statistik menunjukan bahwa terdapat hubungan antara

jenis kelamin dengan jaminan kerja dengan nilai signifikansi 0,058 dengan α sebesar 0,1.

PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VI Kebun Kayu Aro memberikan jaminan kerja yang sama untuk karyawan laki-laki dan karyawan perempuan. Perbedaan persentase banyaknya jaminan kerja yang diperoleh karyawan laki-laki dan karyawan perempuan disebabkan kurangnya pengetahuan karyawan perempuan tentang jaminan keselamatan kerja yang diberikan oleh perusahaan.

Jaminan kerja karyawan laki-laki lebih banyak dibandingkan jaminan kerja karyawan perempuan sebab aktivitas kerja karyawan laki-laki yang lebih rentan mengalami kecelakaan tidak dialami oleh karyawan perempuan sehingga karyawan laki-laki yang pernah mengalami atau melihat rekan sesama karyawan laki-laki mengalami kecelakaan saat bekerja mengetahui bahwa mereka mendapatkan jaminan keselamatan kerja sedangkan karyawan perempuan yang belum pernah mengalami atau melihat rekan sesama karyawan perempuan

mengalami kecelakaan saat bekerja sebagian tidak mengatahui bahwa mereka mendapat jaminan keselamatan kerja. Seperti yang diungkapkan oleh karyawan perempuan PTPN VI Kebun Kayu Aro berikut:

“Selama saya bekerja di Kebun, Alhamdulillah saya belum pernah terluka, saya juga belum melihat ada teman saya yang terluka parah, paling kalau terluka cuma diobati sendiri di rumah dan itu tidak diberi biaya untuk berobat dari perusahaan. Tapi Pak TL dulu pernah luka lumayan parah saat mengangkut pucuk di Pabrik dan dia diberi pengobatan oleh perusahaan. Mungkin laki-laki diberi biaya atau yang diberi obat hanya untuk yang luka parah, saya juga kurang tahu.”

(Ibu Wyt, 43 tahun, Karyawan PTPN)

5.4 Jaminan Keluarga Karyawan

Jaminan keluarga adalah jaminan dan fasilitias kesejahteraan untuk keluarga yang diterima oleh karyawan dari perusahaan perkebunan. Jaminan keluarga dilihat dari mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR), mendapat santunan menikah, mendapat santunan melahirkan, mendapat santunan anggota keluarga sakit, mendapat santunan anak khitan/sunatan, mendapat santunan pendidikan anak, mendapat santunan keluarga meninggal dunia, rumah/tempat tinggal, mendapat pinjaman/hutang, mendapat sembako bulanan, mendapat dana pensiun, dan mendapat pesangon bila di-PHK. Sama halnya seperti jaminan kerja, karyawan laki-laki mendapatkan jaminan keluarga lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Perbandingan perolehan jaminan keluarga dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini:

Tabel 8. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jaminan Keluarga dan Jenis Kelamin, PTPN VI Kebun Kayu Aro 2009

Jaminan

Jenis Kelamin

Keluarga

Perempuan (orang) Jumlah

Laki-Laki (orang)

Persentase (%) Baik 23 76,67 7 23,33 Kurang Baik

Berdasarkan Tabel 8 di atas, dapat dilihat bahwa jaminan keluarga yang diperoleh karyawan laki-laki lebih baik daripada karyawan perempuan yaitu 76,67 persen dari karyawan laki-laki mendapatkan jaminan keluarga yang baik, sedangkan karyawan perempuan lebih banyak mendapatkan jaminan keluarga yang kurang baik yaitu 76,67 persen. Hasil penghitungan secara statistik menunjukan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan jaminan

keluarga 0,00 dengan nilai signifikansi 0,058 dengan α sebesar 0,10. Perbedaan jaminan keluarga yang diperoleh karyawan laki-laki dan

karyawan perempuan disebabkan adanya kebijakan perusahaan yang menganggap bahwa karyawan laki-laki adalah kepala keluarga yang menopang kehidupan keluarganya sehingga jaminan keluarga yang diberikan kepada karyawan laki-laki lebih banyak dibandingkan karyawan perempuan. Untuk jenis jaminan keluarga tertentu seperti santunan keluarga sakit, santunan anak khitan/sunatan, santunan pendidikan anak, sembako bulanan, hanya diberikan kepada karyawan laki-laki saja. Jaminan yang diberikan perusahaan untuk karyawan laki-laki diberikan bagi dirinya dan keluarganya sedangkan untuk karyawan perempuan hanya untuk dirinya sendiri. Kurang baiknya jaminan keluarga yang diterima oleh karyawan

perempuan terungkap dari hasil wawancara dengan seorang karyawan perempuan PTPN VI Kebun Kayu Aro sebagai berikut:

“Kalau laki-laki mendapat banyak pemberian dari perusahaan daripada perempuan. Seperti bantuan pendidikan anak dan kesehatan anak hanya didapatkan oleh karyawan laki-laki karena laki-laki adalah kepala keluarga. Untungnya suami saya juga bekerja di PTPN jadi anak saya kalau sakit bisa berobat gratis ke RSKA karena dia jadi tanggungan bapaknya. Kalau yang suaminya tidak bekerja di PTPN anaknya tidak bisa berobat gratis di RSKA cuma yang bekerja saja yang bisa. Untuk biaya pendidikan anak sebenarnya cuma sedikit Cuma buat pemondokan, kalau masih tinggal sama orang tua ya tidak dikasih bantuan.”

(Ibu Ytn, 42 tahun, Karyawan PTPN)

5.5 Ikhtisar

Pekerjaan perkebunan telah disosialisasikan oleh orang tua kepada anak- anaknya dari usia dini sejak dibukanya Perkebunan teh Kayu Aro sampai dengan dibangunya pabrik teh di Bedeng VIII Kayu Aro. Hal ini membuat anak dan cucu mereka kini banyak bekerja dan tinggal di desa di sekitar perkebunan teh dan menjadi karyawan di PTPN VI Kebun kayu Aro. Kondisi kerja di PTPN VI Kebun Kayu Aro yang jauh lebih baik dibandingkan dengan kondisi kerja di luar perkebunan menyebabkan banyak angkatan kerja yang ingin menjadi karyawan di PTPN VI Kebun Kayu Aro akan tetapi perusahaan belum membuka kesempatan bagi mereka karena kondisi perusahaan yang saat ini kelebihan tenaga kerja.

Kondisi kerja karyawan di PTPN VI Kebun Kayu Aro secara umum digambarkan sudah cukup baik. Akan tetapi terdapat perbedaan kondisi kerja karyawan karena perbedaan jenis kelamin. Karyawan laki-laki dan karyawan perempuan di PTPN VI Kebun Kayu Aro sebagian besar telah menempati golongan karir yang tinggi, namun masih tampak bahwa karyawan laki-laki lebih

banyak berada pada golongan karir yang tinggi dibandingkan karyawan perempuan.

Pendapatan di PTPN VI Kebun Kayu Aro ditentukan berdasarkan golongan karir dan premi. Oleh karena itu, pendapatan karyawan laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan karyawan perempuan sebab karyawan laki-laki memiliki golongan karir yang lebih tinggi dan mendapatkan premi yang lebih besar dibandingkan karyawan perempuan.

Jaminan kerja di Perusahaan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VI Kebun Kayu Aro telah cukup baik. Akan tetapi karyawan laki-laki mendapatkan jaminan yang lebih banyak dibandingkan karyawan perempuan. Perbedaan banyaknya jaminan kerja yang diperoleh karyawan laki-laki dan karyawan perempuan disebabkan kurangnya pengetahuan karyawan perempuan tentang jaminan keselamatan kerja yang diberikan oleh perusahaan. Sama halnya seperti jaminan kerja, karyawan laki-laki mendapatkan jaminan keluarga lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Hal ini disebabkan adanya kebijakan perusahaan yang menganggap bahwa laki-laki adalah kepala keluarga yang menopang kehidupan keluarganya sedangkan perempuan yang bekerja hanya untuk tambahan nafkah dalam keluarga.