FAKTOR-FAkTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONDISI KERJA KARYAWAN DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VI KEBUN KAYU ARO

VI. FAKTOR-FAkTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONDISI KERJA KARYAWAN DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VI KEBUN KAYU ARO

Dari penjelasan pada Bab V diketahui bahwa kondisi kerja karyawan di PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VI Kebun Kayu Aro digambarkan sudah cukup baik. Jenis kelamin merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi kerja karyawan perkebunan. Karyawan laki-laki cenderung mendapatkan kondisi kerja yang lebih baik dibandingkan dengan karyawan perempuan. Pada Bab VI ini akan dilihat bagaimana hubungan pendidikan, umur, dan lama bekerja dengan kondisi kerja karyawan perkebunan berdasarkan jenis kelamin yang berbeda.

6.1 Hubungan Pendidikan dengan Kondisi Kerja

Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah dilakukan karyawan. Pada PTPN VI Kebun Kayu Aro, pendidikan diduga akan mempengaruhi kondisi kerja karyawan perkebunan. Tabel 9 menunjukkan hubungan pendidikan dan kondisi kerja yang diperbandingkan antara karyawan laki-laki dan karyawan perempuan.

Tabel 9. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pendidikan, Kondisi Kerja dan Jenis Kelamin, PTPN VI Kebun Kayu Aro 2009

Karyawan Kondisi

Pendidikan

kerja

Lulus SD Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%) Laki-Laki

Tidak Lulus SD

Baik 9 100,00 16 76,19 Kurang Baik

5 23,81 Total 9 100,00 21 100,00 Perempuan

Baik 9 52,94 4 30,77 Kurang Baik 8 47,06 9 69,23 Total

Dapat dilihat pada Tabel 9 terdapat 100,00 persen karyawan laki-laki yang tidak lulus SD yang mendapat kondisi kerja yang sudah baik, sedangkan 76,19 persen karyawan laki-laki mempunyai pendidikan lulus SD mendapatkan kondisi kerja yang sudah baik. Berbeda halnya dengan karyawan perempuan, terdapat 52,94 persen karyawan perempuan yang tidak lulus SD mendapat kondisi kerja yang sudah baik, sedangkan 30,77 persen karyawan perempuan yang lulus SD mendapat kondisi kerja yang sudah baik. Data ini menunjukkan bahwa ternyata tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kondisi kerja karena pendidikan karyawan perkebunan pada umumnya tergolong rendah, hanya sampai pada tingkatan lulus SD. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh seorang karyawan perempuan PTPN VI Kebun Kayu Aro berikut ini:

“Kerja disini tidak memandang pernah sekolah atau gak, apalagi untuk jadi karyawan rendahan. Saya lulus SD, bahkan pernah SMP tapi sama saja dengan teman saya yang tidak pernah sekolah, kami sama-sama golongan IB. Soal upah juga tidak karena pendidikan tapi karena golongan kita di perusahaan sama kerajinan kita disini, misalnya kalau metik banyak dapatnya banyak, kalau lembur dikasih tambahan upah. Kalau fasilitas sama jaminan kantor itu karena dia laki-laki atau perempuan.”

(Ibu Try, 44 tahun, Karyawan PTPN VI Kebun Kayu Aro)

Tidak adanya hubungan antara pendidikan dengan kondisi kerja juga dibuktikan oleh pengujian statistik dengan nilai signifikansi 0.382 dengan α sebesar 0,10.

6.2 Hubungan Umur dengan Kondisi Kerja

Umur merupakan salah satu faktor penentu kondisi kerja. Seperti yang telah diketahui pekerjaan perkebunan merupakan pekerjaan yaang banyak menggunakan fisik dari pada hal lainnya, terbukti dari tidak berpengaruhnya faktor pendidikan dalam menentukan kondisi kerja. Karena pada kasus ini yang dibahas adalah karyawan pelaksana maka pekerjaan ini terkait dengan tenaga. sehingga sebaiknya dilakukan oleh kaum muda. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara umur dan karyawan berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini:

Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan umur, Kondisi Kerja dan Jenis Kelamin, PTPN VI Kebun Kayu Aro 2009

Karyawan Kondisi

Umur

kerja

> 45 Tahun Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%) Laki-Laki

≤ 45 Tahun

Baik 8 66,67 17 94,44 Kurang Baik

Baik 2 15,38 11 64,71 Kurang Baik

6 35,29 Total

Tabel 10 di atas menunjukan terdapat 66,67 persen karyawan laki-laki yang berumur ≤ 45 tahun mendapat kondisi kerja yang sudah baik, sedangkan 94,44 persen karyawan laki-laki yang berumur > 45 tahun mendapatkan kondisi kerja yang sudah baik pula. Berbeda halnya dengan karyawan perempuan, terdapat 15,38 persen karyawan perempuan yang berumur ≤ 45 tahun mendapat kondisi kerja yang sudah baik, sedangkan 64,71 persen karyawan perempuan yang yang berumur > 45 tahun mendapat kondisi kerja yang sudah baik. Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara umur dengan kondisi kerja karyawan dengan nilai signifikansi 0,002 dengan α sebesar 0,10. Nilai koefisien korelasinya sebesar 0,391, artinya semakin tua seseorang maka semakin baik kondisi kerja karyawan

Dugaan awal seharusnya karyawan yang berumur lebih muda mendapatkan kondisi kerja yang lebih baik daripada karyawan yang berumur lebih tua. Pada kasus kondisi kerja di PT Perkebunan Nusantara VI Kebun Kayu Aro, ternyata baik pada karyawan laki-laki maupun karyawan perempuan, umur yang lebih tua mendapatkan kondisi kerja yang lebih baik. Pekerjaan di perkebunan tidak membutuhkan tenaga yang besar, yang lebih diutamakan adalah kecepatan dalam bekerja. Hal ini menyangkut pengalaman kerja yang biasanya dimiliki oleh karyawan yang sudah tua. Hal juga ini didukung oleh ungkapan dari seorang karyawan PTPN VI Kebun Kayu Aro:

“Biasanya karyawan yang lebih tua labih baik daripada yang lebih muda, hal itu karena mereka lebih dulu bekerja di perusahaan sehingga golongan mereka jadi lebih tinggi. Mereka yang tua lebih berpengalaman sehingga bekerja lebih cepat. Mereka lebih akrab dengan atasan bahkan atasan yang lebih muda menghormati karyawan tersebut sehingga kebutuhan mereka di perusahaan lebih dipermudah.”

(Bapak Aq, 39 tahun, Karyawan PTPN VI Kebun Kayu Aro)

6.3 Hubungan Lama Bekerja dengan Kondisi Kerja

Lama bekerja adalah sejumlah waktu kerja karyawan di perkebunan mulai dari awal bekerja sampai saat ini. Lama bekerja mempunyai pengaruh terhadap kondisi kerja di perkebunan. semakin lama seorang karyawan bekerja maka semakin baik kondisi kerjanya di dalam perusahaan. Karyawan yang telah lama bekerja mempunyai golongan karir yang lebih baik sehingga upah dari golongan juga menjadi baik. Selain itu adanya pengalaman membuat orang yang lama bekerja menjadi lebih cepat dalam melaksanakan tugasnya sehingga mendapat tambahan premi yang lebih baik. Begitu pula halnya dengan jaminan kerja dan jaminan kesehatan misalnya jumlah cuti dalam satu tahun. Selain itu karyawan yang bekerja lebih dari 25 tahun akan mendapatkan bonus dari perusahaan berupa emas sebanyak 10 gram, uang sebanyak enam bulan gaji. Sedangkan untuk yang lebih dari 30 tahun akan mendapatkan uang dan piagam, begitu juga ketika karyawan bekerja sampai lebih dari 35 tahun. Untuk mengetahui hubungan lama bekerja dengan kondisi kerja yang diperbandingkan antara karyawan laki-laki dan karyawan perempuan dapat dilihat dari Tabel 11 berikut ini:

Tabel 11. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Lama Berkerja, Kondisi Kerja dan Jenis Kelamin, PTPN VI Kebun Kayu Aro 2009

Karyawan Kondisi

Lama Bekerja

kerja

> 25 Tahun Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%) Laki-Laki

≤ 25 Tahun

Baik 11 68,75 14 100,00 Kurang Baik

Baik 6 33,33 7 58,33 Kurang Baik

5 41,67 Total

Berdasarkan Tabel 11 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 68,75 persen karyawan laki-laki yang bekerja selama ≤ 25 tahun mendapat kondisi kerja yang sudah baik, sedangkan 100,00 persen karyawan laki-laki yang bekerja selama lebih dari 25 tahun mendapatkan kondisi kerja yang sudah baik pula. Berbeda halnya dengan karyawan perempuan yang bekerja selama ≤ 25 tahun lebih banyak mendapat kondisi kerja yang kurang baik yaitu sebanyak 66,67 persen, sedangkan karyawan perempuan yang bekerja selama lebih dari 25 tahun mendapat kondisi kerja yang sudah baik sebanyak 58,33 persen.

Data tersebut membuktikan bahwa lama bekerja berhubungan dengan kondisi kerja. Hal ini didukung oleh pengujian statistik yang menunjukan nilai signifikansi 0,054 dengan α sebesar 0,10. Nilai koefisien korelasinya sebesar 0,250 artinya semakin lama karyawan bekerja di PTPN VI Kebun Kayu Aro maka semakin baik kondisi kerjanya.

6.4 Ikhtisar

Pada kasus di PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VI Kebun Kayu Aro ternyata tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kondisi kerja karena pendidikan karyawan perkebunan pada umumnya tergolong rendah, hanya sampai pada tingkatan lulus SD.

Umur memiliki hubungan dengan kondisi kerja di perkebunan, semakin tua karyawan maka semakin baik kondisi kerja karyawan. Hal ini karena pekerjaan di perkebunan tidak membutuhkan tenaga yang besar, yang lebih diutamakan adalah kecepatan dalam bekerja yang biasanya dimiliki oleh karyawan yang sudah tua.

71

Lama bekerja mempunyai hubungan dengan kondisi kerja di perkebunan. semakin lama seorang karyawan bekerja maka semakin baik kondisi kerjanya di dalam perusahaan. Karyawan yang telah lama bekerja mempunyai golongan karir yang lebih baik sehingga upah dari golongan juga menjadi baik. Pengalaman membuat orang yang lama bekerja menjadi lebih cepat dalam melaksanakan tugasnya sehingga mendapat tambahan premi yang lebih baik.