ketentuan ini perlu dikemukakan bahwa hak cipta bukanlah suatu hak yang berlakunya secara absolut dan bukan hanya
mengenai hak saja. Hak cipta juga berkenaan dengan kewajiban sebagaimana dapat dibaca dalam Pasal 1 ayat 1
UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang tersebut di atas, yaitu bahwa hak cipta dibatasi undang-undang.
Hak cipta bukan merupakan suatu monopoli mutlak melainkan hanya suatu limited monopoly. Hal ini dapat terjadi karena hak
cipta secara konseptual tidak mengenal konsep monopoli penuh, sehingga mungkin saja seorang pencipta menciptakan
suatu ciptaan yang sama dengan ciptaan yang telah tercipta lebih dahulu.
2. Pengertian Hak Cipta Dalam sejarah perkembangan istilah hak cipta bahasa
Indonesia yang lazim dipakai sekarang pada awal mulanya istilah yang dikenal adalah hak pengarang sesuai dengan terjemahan
harfiah bahasa Belanda, Auteursrecht. Baru pada Kongres Kebudayaan Indonesia ke-2, Oktober 1951 di Bandung,
penggunaan istilah hak pengarang dipersoalkan karena dipandang menyempitkan
50
pengertian hak cipta. Jika istilah yang dipakai adalah hak pengarang, seolah-olah yang diatur hak cipta hanyalah
hak-hak dari pengarang saja dan hanya bersangkut paut dengan
50
Stephen Fishmen, “The Copyright Handbook: How to Protect and Use Written Works”, dalam Eddy Damian, Ibid., hlm. 111.
karang-mengarang saja, sedangkan cakupan hak cipta jauh lebih luas dari hak-hak pengarang. Karena itu, kongres memutuskan
untuk mengganti istilah hak pengarang dengan istilah hak cipta. Istilah ini merupakan istilah yang diperkenalkan oleh ahli bahasa
Soetan Moh. Syah dalam suatu makalah pada waktu Kongres. Menurutnya terjemahan Auteursrecht adalah Hak Pencipta, tetapi
untuk penyederhanaan dan kepraktisan disingkat menjadi Hak Cipta
51
. Menurut bahasa Indonesia, istilah hak cipta berarti hak
seseorang sebagai miliknya atas hasil penemuannya yang berupa tulisan, lukisan dan sebagainya yang dilindungi oleh undang-
undang. Dalam bahasa Inggris disebut Copy Right yang berarti hak cipta. Adapun pengertian secara yuridis menurut Undang-
Undang RI Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, pada Pasal 2 menyatakan: Hak Cipta adalah hak khusus bagi pencipta
maupun penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu dengan tidak
mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kemudian dalam Undang-Undang RI Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, dalam Pasal 1 yang dimaksud dengan Hak
Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan
51
J. C. T. Simorangkir, Hak Cipta Lanjutan, Jakarta: Penerbit Jembatan, 1973, hlm. 21- 24.
izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Subjek Hak Cipta: Pencipta dan Pemegang Hak Cipta