BAB IV Deskripsi Daerah Penelitian
4.1 Sejarah singkat perkembangan Kota Semarang
Pada akhir abad 17 , kota Semarang menjadi kota kecil yangmemiliki fungsi, kota Benteng Belanda, kampung Cina dan permukiman penduduk asli .
Pada abad inilah dimulainya pertumbuhan urban morfologis dari kota Semarang dengan ketiga elemen urbannya. Tahun 1708 – 1824, bentuk kota Semarang
sudah ada pada fase ini dan bersamaaan dengan perkembangan benteng de Europesche Buurt, kelompok-kelompok permukiman yang ada di sekeliling kota
benteng juga semakin berkembang. Sampai dengan abad 18, perkembangan Semarang semakin pesat,
keadaan di dalam benteng juga semakin berkembang dengan tumbuhnya perkantoran dan jumlah penduk yang semakin bertambah, lalu kampong-
kampung Cina tampak hidup sebab berdekatan dengan lokasi pusat perdagangan, maka mulai diaakan perluasan kota dengan mengembangkan
daerah di luar kota benteng de Europeesche Buurt. Kawasan permukiman baru mulai berkembang dan akaan mendorong pertumbuhan kota Semarang.
Tahun 1824, benteng yang mengelilingi pusat kota lama dibongkar sehingga wilayah permukiman tidak terbagi lagi dalam struktur benteng.
Perkembangan wilayah kota Semarang bisa ditentukan oleh 2 faktor : permukiman kaum Belanda serta camp kaum Cina yang dikelilingi oleh
permukiman pribumi yang kurang tertata sekitar abad 19. Dengan bertambahnya jumlah penduduk maka kebutuhan akan rumah
sebagai tempat tinggal semakin banyak. Pada tahun 1892 luas lahan yang digunakan untuk persawahan Semarang bagian Barat dan bagian timur
semakin sedikit, hal ini dapat dilihat daerah lampersari, mlaten dan krobokan yang dulu masih berupa persawahan
Pada Semarang bagian utara, semakin banyak digunakan untuk permukiman yang sebelumnya dulu merupakan daerah rawa-rawa . Pada Semarang bagian
Selatan seperti daerah tanah putih, bangunan permukiman semakin banyak tumbuh dan berkembang. Pada tahun 1916-2006 pembangunan perumahan
dilaksanakan semakin banyak. Perkembangan kota Semarang bagian bawah semakin pesat dan terus berlangsung dengan pendirian kawasan-kawasan
permukiman di sekitar jalan baru, demikian pula halnya dengan kawasan pedurungan ini yang mempunyai kepadatan permukiman sedang – tinggi,
terutama pada sekitar fisik kawasan daerah Pedurungan.
4.2. Tinjauan fisik dasar kota Semarang