HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dalam penelitian pemasaran buah mangga Arumanis ini analisis data yang dilakukan meliputi karakteristik usahatani buah mangga Arumanis, identitas petani responden, identitas pedagang, saluran pemasaran yang ada, lembaga pemasaran, analisis biaya, keuntungan, marjin pemasaran dan efisiensi pemasaran dari buah mangga Arumanis.

1. Karakteristik Usahatani Buah Mangga Arumanis Tanaman buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan merupakan bentuk program pemerintah Kabupaten Magetan yang menjadikan Kecamatan Parang menjadi sentra penanaman buah mangga Arumanis, program ini mulai dijalankan pada tahun 1995. Tanaman buah mangga Arumanis Pohon mangga berumur 2 (dua) tahun dapat menghasilkan 5 kg buah, sedangkan pada umur 10 tahun, 100 kg buah. Hasil panen dari pohon mangga Arumanis berumur 10 tahun sebesar 170 kg/pohon. Hasil panen maksimum didapatkan setelah pohon mangga berumur lebih dari 10 tahun. Kemudian untuk 15 - 20 tahun kemudian, masih produktif, walaupun ditemukan pohon mangga yang berumur lebih dari 100 tahun yang masih produktif. Masa panen raya berkisar antara bulan Juni hingga Desember. Produktivitas tanaman buah mangga Arumanis tergantung pada kualitas bibit mangga yang ditanam, perawatan yang dilakukan yang meliputi; pemupukan, pengairan, penyemprotan bunga, pengendalian hama, bila dimungkinkan penjarangan buah, serta pemangkasan (wiwil) pasca panen yaitu dengan cara memangkas ranting- ranting tua.

2. Identitas Petani Responden Identitas responden merupakan gambaran secara umum dan latar belakang dalam menjalankan suatu kegiatan usahatani baik yang bersifat subsisten maupun usahatani yang sudah komersil. Dalam menjalankan usahatani dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya umur dari petani itu 2. Identitas Petani Responden Identitas responden merupakan gambaran secara umum dan latar belakang dalam menjalankan suatu kegiatan usahatani baik yang bersifat subsisten maupun usahatani yang sudah komersil. Dalam menjalankan usahatani dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya umur dari petani itu

a. Umur Petani Responden Usia produktif dan usia tidak produktif dapat mempengaruhi kegiatan yang dilakukan petani. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh data jumlah petani responden berdasarkan umur.

Tabel 18. Jumlah dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan

No.

Kelompok Umur

Jumlah Petani (Orang) Persentase (%)

Sumber : Analisis Data Primer, 2009 Berdasarkan Tabel 18 diketahui bahwa jumlah petani

responden yaitu 30 orang yang semuanya masih berusia produktif. Pada responden usia produktif, 2 (dua) orang atau 6,67 % berada pada kisaran umur 35-39 tahun, 5 (lima) orang atau 16,67 % berumur antara 40-44 tahun, 5 (lima) orang atau 16,67% berumur 45-49 tahun, 6 (enam) orang atau 20 % berumur 50-54 tahun, dan 4 (empat) orang atau 13,33 % berumur 55-69 tahun, sedangkan kisaran umur 60-64 tahun lebih banyak yaitu 8 (delapan) orang.

Usia petani responden termasuk dalam kelompok usia yang produktif. Dimana usia ini berpengaruh terhadap produktivitas kerja petani. Dengan banyaknya petani dalam kelompok umur produktif di suatu daerah memungkinkan daerah tersebut dapat berkembang. Hal ini disebabkan petani pada umumnya lebih mudah menerima informasi dan inovasi baru serta lebih cepat mengambil keputusan dalam penerapan teknologi baru yang berhubungan dengan usahataninya. Dengan kondisi usia tersebut juga diharapkan petani mampu membaca Usia petani responden termasuk dalam kelompok usia yang produktif. Dimana usia ini berpengaruh terhadap produktivitas kerja petani. Dengan banyaknya petani dalam kelompok umur produktif di suatu daerah memungkinkan daerah tersebut dapat berkembang. Hal ini disebabkan petani pada umumnya lebih mudah menerima informasi dan inovasi baru serta lebih cepat mengambil keputusan dalam penerapan teknologi baru yang berhubungan dengan usahataninya. Dengan kondisi usia tersebut juga diharapkan petani mampu membaca

b. Jumlah Anggota Keluarga Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi petani dalam menjual mangga Arumanisnya. Semakin banyak jumlah anggota keluarga menuntut petani untuk mendapatkan uang yang lebih cepat guna memenuhi kebutuhannya. Anggota keluarga yang aktif dalam usahatani mangga Arumanis tersebut hanya dua orang yaitu bapak dan ibu sedangkan anggota keluarga yang lain hanya membantu seperlunya saja. Berikut ini merupakan jumlah anggota kelurga dari petani responden.

Tabel 19. Jumlah dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.

No.

Anggota Keluarga

Sumber: Analisis data Primer, 2009 Berdasarkan Tabel 19 bahwa jumlah anggota keluarga petani

responden yang memiliki jumlah anggota terbanyak kisaran 5-8 sebanyak 20 orang atau 66,67 %. Hal ini berarti bahwa selain responden, terdapat anggota keluarga lain yang dapat diajak untuk bermusyawarah dalam pengambilan keputusan. Selain itu anggota keluarga responden tersebut dapat diikutsertakan secara aktif dalam usahatani mangga Arumanis dan pemasarannya.

c. Pendidikan Petani Responden Pendidikan petani responden merupakan salah satu faktor penting menerima dan menerapkan teknologi baru disamping kemampuan dan ketrampilan petani itu sendiri. Di samping itu sangat mempengaruhi pola pikir dan pengambilan keputusan dalam pengolahan usahatani mangga dan pemasaran mangga yang dihasilkan.

Tabel 20. Jumlah dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Pendidikan di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Petani (Orang) Persentase (%) 1. Tamat SD

22 73,33 2. Tamat SMP

2 6,67 3. Tamat SLTA

Sumber : Analisis data Primer, 2009 Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa sebagian besar

petani responden adalah tamatan SD sebanyak 22 orang atau 73,33 %. Petani responden yang tamat SMP ada 2 (dua) orang atau 6,67 %, petani yang tamat SMA ada 3 (tiga) orang atau 10 % dan yang sarjana ada 3 orang atau 10 %.

Pendidikan merupakan salah satu faktor untuk keberhasilan penerapan teknologi baru pada suatu daerah yang berhubungan dengan usahatani setempat. Tingkat pendidikan formal maupun non formal sangat mempengaruhi petani dalam pengambilan keputusan mengenai pelaksanaan usahatani. Di Kecamatan Parang dapat dikatakan pendidikan masih rendah, ditandai dengan kesadaran untuk menuntut ilmu sebagian besar hanya tamatan SD. Pendidikan yang dimiliki diharapkan dapat menjadi modal bagi petani untuk memperhatikan keadaan pasar, harga yang terjadi dan pemilihan pedagang yang mau membeli buah mangga Arumanis dengan harga tinggi untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Tingkat pendidikan yang rendah ini tentu saja berpengaruh terhadap bagaimana teknik budidaya buah mangga Arumanis yang baik sehingga akan berpengaruh terhadap produktivitas buah mangga Arumanis, pemahaman petani responden mengenai bibit mangga yang ditanam, perawatan yang dilakukan yang meliputi; pemupukan, pengairan, penyemprotan bunga, pengendalian hama, bila mdimungkinkan penjarangan buah, serta pemangkasan (pipil) pasca panen yang belum sepenuhnya dilakukan oleh petani responden. Awal tahun 2008 telah Pendidikan merupakan salah satu faktor untuk keberhasilan penerapan teknologi baru pada suatu daerah yang berhubungan dengan usahatani setempat. Tingkat pendidikan formal maupun non formal sangat mempengaruhi petani dalam pengambilan keputusan mengenai pelaksanaan usahatani. Di Kecamatan Parang dapat dikatakan pendidikan masih rendah, ditandai dengan kesadaran untuk menuntut ilmu sebagian besar hanya tamatan SD. Pendidikan yang dimiliki diharapkan dapat menjadi modal bagi petani untuk memperhatikan keadaan pasar, harga yang terjadi dan pemilihan pedagang yang mau membeli buah mangga Arumanis dengan harga tinggi untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Tingkat pendidikan yang rendah ini tentu saja berpengaruh terhadap bagaimana teknik budidaya buah mangga Arumanis yang baik sehingga akan berpengaruh terhadap produktivitas buah mangga Arumanis, pemahaman petani responden mengenai bibit mangga yang ditanam, perawatan yang dilakukan yang meliputi; pemupukan, pengairan, penyemprotan bunga, pengendalian hama, bila mdimungkinkan penjarangan buah, serta pemangkasan (pipil) pasca panen yang belum sepenuhnya dilakukan oleh petani responden. Awal tahun 2008 telah

d. Jumlah Kepemilikan Tanaman Mangga Jumlah kepemilikan tanaman mangga petani merupakan jumlah mangga Arumanis. Jumlah kepemilikan tanaman juga akan berpengaruh pada hasil produksi. Dari hasil wawancara dengan petani maka pemilikan tanaman mangga Arumanis dapat dikelompokkan di bawah ini :

Tabel 21. Jumlah dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Jumlah Pemilikan Tanaman Mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan

No.

Jumlah Pemilikan Mangga

Sumber : Analisis Data Primer, 2009 Berdasarkan Tabel 21 diketahui bahwa jumlah kepemilikan

tanaman mangga Arumanis kisaran 18-27, 28-37, 38-47, dan 58-67 pohon sebanyak 5 (lima) orang atau 16,67 %. Sedangkan petani

responden yang memiliki ≥ 98 pohon adalah 3 (tiga) orang. Jumlah pemilikan pohon yang produktif atau menghasilkan menentukan besarnya pendapatan petani, semakin banyak jumlah pohon mangga Arumanis yang ditanam maka pendapatan yang diterima petani besar. Dari hasil penelitian petani responden memperoleh tingkat pendapatan yang lebih besar apabila jumlah luas pertanaman dan jumlah pohon responden yang memiliki ≥ 98 pohon adalah 3 (tiga) orang. Jumlah pemilikan pohon yang produktif atau menghasilkan menentukan besarnya pendapatan petani, semakin banyak jumlah pohon mangga Arumanis yang ditanam maka pendapatan yang diterima petani besar. Dari hasil penelitian petani responden memperoleh tingkat pendapatan yang lebih besar apabila jumlah luas pertanaman dan jumlah pohon

e. Luas Lahan Usahatani Mangga Arumanis Kepemilikan lahan petani akan berpengaruh pada produksi yang dihasilkan. Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang penting. Jika jumlah produksi yang dihasilkan banyak maka akan berpengaruh juga pada penerimaan dan pendapatan petani. Berikut ini merupakan luas lahan usahatani mangga Arumanis dari petani responden.

Tabel 22. Jumlah dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.

No.

Luas Tanam (Ha)

Jumlah Petani (Orang) %

Sumber: Analisis Data Primer, 2009 Luas lahan tanam akan berpengaruh pada hasil produksi.

Keberadaan lahan akan mempengaruhi besar kecilnya peneriaan petani, semakin luas lahan tanamnya semakin banyak pohon mangga Arumanis yang ditanam. Pada lokasi penelitian diketahui bahwa sebagian besar petani responden atau 86,6 % memiliki luas lahan ≤ 0,5 Ha. Mayoritas petani buah mangga Arumanis didaerah penelitian adalah petani kecil karena mempunyai luas lahan ≤ 0,5 ha. Sebagian besar petani menanam pohon mangga di areal persawahan, tegalan, dan pekarangan rumah.

f. Pengalaman Usahatani Mangga Arumanis Keberhasilan usahatani mangga Arumanis tidak terlepas dari pengalaman dalam berusahatani mangga Arumanis. Dari hasil wawancara maka jumlah petani berdasarkan pengalamannya, dapat dikelompokkan seperti tercantum pada Tabel 23 berikut :

Tabel 23. Jumlah dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani Mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.

Pengalaman Usahatani

Jumlah Petani

No. Persentase (%)

Sumber : Analisis Data Primer, 2009 Berdasarkan Tabel 23 dapat diketahui bahwa pengalaman petani

mangga Arumanis antara 5-11 tahun adalah 23 orang atau 76,67 % . Lama pengalaman ini dipengaruhi oleh adanya program pemerintah melalui Dinas Pertanian Kabupaten Magetan pada tahun 1995 yang menjadikan Kecamatan Parang sebagai sentra penanaman buah mangga Arumanis. Pengalaman tersebut menunjukkan lamanya waktu petani/produsen dalam mengusahakan mangga serta keuletan dalam budidaya dan pemasaran mangga. Semakin lama pengalaman tersebut maka keberhasilan dalam usahatani mangga akan lebih mudah dalam pengelolaan maupun dalam pemasarannya. Berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki oleh petani buah mangga Arumanis diharapkan untuk kedepannya petani mampu lebih baik lagi dalam menjalankan usahatani

buah mangga Arumanisnya, sehingga mampu mempertahankan

produktivitas dan pendapatannya.

serta

meningkatkan

3. Identitas Responden Lembaga Pemasaran Pedagang/lembaga pemasaran yang terlibat pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan adalah pedagang penebas, pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer, dan pada akhir tahun 2009 ini sedang dikembangkan pengolahan manisan dari buah mangga Arumanis yang dijalankan oleh kelompok petani. Dari petani buah mangga Arumanis menjual ke pedagang/lembaga pemasaran. Layaknya suatu pengalaman dan pola pikir yang cermat yang dalam hal ini pengalaman, umur, dan pendidikan sangat mempengaruhi keberhasilan 3. Identitas Responden Lembaga Pemasaran Pedagang/lembaga pemasaran yang terlibat pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan adalah pedagang penebas, pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer, dan pada akhir tahun 2009 ini sedang dikembangkan pengolahan manisan dari buah mangga Arumanis yang dijalankan oleh kelompok petani. Dari petani buah mangga Arumanis menjual ke pedagang/lembaga pemasaran. Layaknya suatu pengalaman dan pola pikir yang cermat yang dalam hal ini pengalaman, umur, dan pendidikan sangat mempengaruhi keberhasilan

a. Pedagang Penebas Pedagang penebas pada umumnya mendapatkan buah mangga Arumanis langsung dari petani dengan cara sistem tebasan dan per kilogram. Berikut ini identitas responden pedagang penebas buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan :

Tabel 24. Identitas Responden Pedagang Penebas Buah Mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.

No.

Status Lembaga Pemasaran Pedagang Penebas (Orang) Persentase % 1. Umur (Tahun)

a. Tidak Tamat SD

b. Tamatan SD

c. Tamatan SMP

d. Tamatan SMA

e. Diploma/Sarjana

6 100 3. Pengalaman Usaha (Tahun)

Sumber : Analisis data Primer, 2009

Berdasarkan Tabel 24 dapat diketahui bahwa umur responden pedagang penebas buah mangga Arumanis tergolong dalam usia produktif antara 32-56 tahun. Pada umur kisaran 32-36 tahun sebanyak

1 (satu) orang atau 16,67%, begitu juga kisaran umur 45-48 tahun. Sedangkan untuk kisaran umur 49-52 tahun dan 53-56 tahun yang masing-masing sebanyak 2 (dua) orang atau 33,33%. Pada usia ini pedagang penebas masih mampu bekerja dengan baik, sehingga pedagang yang usianya masih produktif.

Tingkat pendidikan responden pedagang penebas dalam pemasaran buah mangga Arumanis adalah tamatan SD sebanyak 2 orang atau 33,33%, tamatan SMP sebanyak 3 orang (50%) dan tamat SMA sebanyak 1 orang (16,57%). Tingkat pendidikan pada pedagang penebas yang mayoritas tamatan SMP mempengaruhi strategi penjualan ke Pedagang Pengumpul sehingga dalam menjalankan kegiatan penjualan buah mangga Arumanis pedagang penebas tidak melakukan Grading buah mangga Arumanis. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengalaman dan tidak mau mengelurakan biaya sortir serta waktu.

Lama berusaha akan mempengaruhi pengalaman mereka dalam memasarkan buah mangga Arumanis. Lama usaha pada pedagang penebas sekitar 3–10 tahun. Semakin lama pengalaman berdagang semakin mudah bagi mereka untuk mendapatkan produksi buah mangga Arumanis hal ini disebabkan karena mereka sudah dikenal oleh produsen/petani.

b. Pedagang Pengumpul Pedagang Pengumpul pada umumnya mendapatkan buah mangga Arumanis langsung dari petani dan pedagang penebas yang mengantarkan ke tempat pedagang pengumpul, selain itu pedagang pengumpul juga melakukan peran ganda yaitu melakukan pembelian buah mangga Arumanis dengan cara tebasan dan per kilogram dari b. Pedagang Pengumpul Pedagang Pengumpul pada umumnya mendapatkan buah mangga Arumanis langsung dari petani dan pedagang penebas yang mengantarkan ke tempat pedagang pengumpul, selain itu pedagang pengumpul juga melakukan peran ganda yaitu melakukan pembelian buah mangga Arumanis dengan cara tebasan dan per kilogram dari

Tabel 25. Identitas Responden Pedagang Pengumpul Buah Mangga Arumanis Di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.

Status Lembaga Pemasaran No.

Uraian

Pedagang Pengumpul Persentase

% 1. Umur (Tahun)

a. Tidak Tamat SD

b. Tamatan SD

c. Tamatan SMP

d. Tamatan SMA

e. Diploma/Sarjana

4 100 3. Pengalaman Usaha (Tahun)

Sumber : Analisis data Primer, 2009 Berdasarkan Tabel 25 dapat diketahui bahwa umur Pedagang

Pengumpul buah mangga Arumanis tergolong dalam usia produktif antara 41-58 tahun. Pada usia ini pedagang pengumpul masih mampu bekerja dengan baik didukung dengan fisik yang kuat serta mental dalam melaksanakan peran sebagai penyalur pemasaran buah mangga Arumanis dari petani ke konsumen.

Tingkat pendidikan Pedagang Pengumpul adalah tamatan SD sebanyak 2 (dua) orang atau 50%, tamatan SMP sebanyak 1 (satu) Tingkat pendidikan Pedagang Pengumpul adalah tamatan SD sebanyak 2 (dua) orang atau 50%, tamatan SMP sebanyak 1 (satu)

Lama berusaha juga akan berpengaruh terhadap pengalaman mereka dalam memasarkan buah mangga Arumanis. Lama usaha pada responden pedagang pengumpul 4-10 tahun sebanyak 3 (tiga) orang atau sebesar 75%, dan 11-17 tahun sebesar 1 (satu) atau sebesar 25%. Pengalaman Pedagang Pengumpul ini mempengaruhi strategi pemasaran dan perlakuan buah mangga Arumanis dari hasil pembelian atau tebasan.

c. Pedagang Besar Pedagang Besar mendapatkan buah mangga Arumanis dari kiriman Pedagang Pengumpul dan volume pembeliannya besar berkisar 8 (delapan) sampai 12 ton setiap sekali transaksi. Pedagang Besar dalam penelitian ini berada di Pasar Induk Keramat Jati Jakarta Timur. Berikut ini identitas responden Pedagang Besar buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan :

Tabel 26. Identitas Responden Pedagang Besar Buah Mangga Arumanis Di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.

Status Lembaga Pemasaran No.

Uraian

Persentase Pedagang Besar (Orang) %

1. Umur (Tahun)

a. Tidak Tamat SD

b. Tamatan SD

c. Tamatan SMP

d. Tamatan SMA

e. Diploma/Sarjana

2 100 3. Pengalaman Usaha (Tahun)

Sumber : Analisis data Primer, 2009 Berdasarkan Tabel 26 dapat diketahui bahwa umur Pedagang

Besar buah mangga Arumanis tergolong dalam usia produktif antara 45-54 tahun. Tingkat pendidikan pedagang besar adalah tamat SMA sebanyak 1 (satu) orang (50%) dan tamat Diploma/Sarjana sebanyak 1 (satu) orang (50%). Keseluruhan responden lembaga pemasaran sudah mengikuti pendidikan formal dengan tingkat pendidikan yang berbeda. Lama usaha berdagang pada responden Pedagang Besar buah mangga Arumanis yaitu berkisar antara 11-17 tahun sebanyak 1 (satu) orang (50%) dan 18-24 tahun sebanyak 1 (satu) orang (50%). Hal inilah yang mempengaruhi strategi pemasaran buah mangga Arumanis, dimana Pedagang Besar mampu membaca kondisi pasar dan persaingan harga.

d. Agen Agen mendapatkan buah mangga Arumanis dari Pedagang Besar dengan sistem pembayaran buka tutup. Agen dalam penelitian ini berada di Pasar Induk Keramat Jati Jakarta Timur. Berikut ini identitas responden Agen buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan : Tabel 27. Identitas Responden Agen Buah Mangga Arumanis Di

Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.

Status Lembaga Pemasaran No.

Uraian

Agen (Orang) Persentase %

1. Umur (Tahun)

a. Tidak Tamat SD

b. Tamatan SD

c. Tamatan SMP

d. Tamatan SMA

e. Diploma/Sarjana

9 100 3. Pengalaman Usaha (Tahun)

Sumber : Analisis data Primer, 2009

Berdasarkan Tabel 27 dapat diketahui bahwa umur Agen buah mangga Arumanis tergolong dalam usia produktif antara 39 - ≥51 tahun. Umur Agen buah mangga Arumanis paling banyak pada kisaran umur 47-50 tahun yaitu 4 (empat) orang atau 44,44%. Tingkat pendidikan Agen adalah tamatan SMP sebanyak 1 (satu) orang atau 11,11% dan tamatan SMA sebanyak 8 (delapan) orang atau sebesar

88,89%. Tingkat pendidikan ini mempengaruhi strategi pemasaran dan mengakses informasi serta kondisi pasar. Keseluruhan responden lembaga pemasaran sudah mengikuti pendidikan formal dengan tingkat pendidikan yang berbeda. Lama usaha berdagang pada responden Agen buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan yaitu ≤ 3 tahun sebanyak 1 satu orang atau 11,11%, antara 4-

5 tahun sebanyak 5 (lima) orang (55,56%), dan antara 11-17 tahun sebanyak 3 orang (33,33%). Tingkat pengalaman ini mempengaruhi strategi pemasaran yang digunakan.

e. Pedagang pengecer Pedagang pengecer mendapatkan buah mangga Arumanis dari Agen. Pedagang pengecer dalam penelitian ini berada di daerah Jakarta dan sekitarnya. Berikut ini identitas responden pedagang pengecer buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan :

Tabel 28. Identitas Responden Pedagang Pengecer Buah Mangga Arumanis Di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.

Status Lembaga Pemasaran No.

Uraian

Persentase Pedagang Pengecer (Orang) %

1. Umur (Tahun)

a. Tidak Tamat SD

b. Tamatan SD

c. Tamatan SMP

d. Tamatan SMA

e. Diploma/Sarjana

Pengalaman Usaha (Tahun)

Sumber : Analisis data Primer, 2009 Berdasarkan Tabel 28 dapat diketahui pedagang pengecer

berjumlah banyak yaitu 38 responden, hal ini dikarenakan jumlah kegiatan pemasaran buah mangga Arumanis melibatkan banyak pedagang pengecer, baik pedagang pengecer didalam Kabupaten Magetan maupun pedagang pengecer diluar Kabupaten Magetan yaitu daerah Jakarta dan sekitarnya. Umur pedagang pengecer buah mangga Arumanis tergolong dalam usia produktif antara 22-57 tahun. Sebagian besar pedagang pengecer berumur antara 40-45 tahun yaitu sebanyak

16 orang atau 42,11%. Tingkat pendidikan pedagang besar adalah tamatan SD sebanyak 2 (dua) orang atau 5,26%, tamatan SMP 16 orang atau 42,11%. Tingkat pendidikan pedagang besar adalah tamatan SD sebanyak 2 (dua) orang atau 5,26%, tamatan SMP

19 orang (50%), sedangkan tamatan Diploma/Sarjana sebanyak 8 (delapan) orang atau 21,05%. Keseluruhan responden lembaga pemasaran sudah mengikuti pendidikan formal dengan tingkat pendidikan yang berbeda. Lama usaha berdagang pada responden pedagang pengecer buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan yaitu berkisar antara 4-10 tahun sebanyak 36 orang (94,74%) dan 11-17 tahun sebanyak 2 (dua) orang atau 5,26%. Tingkat pendidikan dan pengalaman berdagang ini mempengaruhi bagaimana cara memasarkan buah mangga Arumanis dan mampu mengikuti kondisi pasar.

f. Konsumen Buah Mangga Arumanis Konsumen buah mangga Arumanis adalah orang-orang yang membeli buah mangga Arumanis untuk dikonsumsi sendiri. Konsumen buah mangga Arumanis diperoleh menggunakan pendekatan (proxy) dari pedagang pengecer (konsumen luar Kabupaten Magetan). Berdasarkan hasil penelitian konsumen buah mangga Arumanis dikonsumsi dalam skala rumah tangga. Biasanya volume pembeliannya dalam jumlah kecil berkisar antara 2-10 kg. Konsumen akhir buah mangga Arumanis pada saluran I dan II adalah konsumen dalam Kabupaten Magetan dan sekitarnya yaitu Ngawi, Madiun, dan Ponorogo. Sedangkan konsumen pada saluran III dan IV adalah konsumen luar Kabupaten Magetan yaitu konsumen di daerah Jakarta dan sekitarnya.

g. Tugas dan Fungsi Lembaga Pemasaran Buah Mangga Arumanis di Kecamatan parang Kabupaten Magetan

Dalam rangka proses penyampaian hasil produksi dari petani sebagai produsen sampai ke konsumen. Lembaga pemasaran memiliki arti penting dalam proses penyampaian barang dari produsen ke konsumen. Hubungan antara produsen dan pedagang sama-sama menguntungkan kedua belah pihak, produsen memerlukan jasa pedagang untuk memasarkan barang produksinya dan pedagang memerlukan produsen Dalam rangka proses penyampaian hasil produksi dari petani sebagai produsen sampai ke konsumen. Lembaga pemasaran memiliki arti penting dalam proses penyampaian barang dari produsen ke konsumen. Hubungan antara produsen dan pedagang sama-sama menguntungkan kedua belah pihak, produsen memerlukan jasa pedagang untuk memasarkan barang produksinya dan pedagang memerlukan produsen

Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen sampai kepada konsumen akhir. Serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Tugas lembaga pemasaran adalah menjalankan fungsi pemasaran serta memenuhi kebutuhan konsumen (Sudiyono, 2002). Berdasarkan hasil penelitian maka tugas dan fungsi lembaga pemasaran buah mangga Arumanis yang ada di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan tersaji pada Tabel 29 berikut :

Tabel 29. Tugas dan Fungsi Lembaga Pemasaran Buah Mangga Arumanis Yang Ada di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan

No. Lembaga Pemasaran Tugas dan Fungsi Lembaga Pemasaran 1. Pedagang Penebas

- Melakukan fungsi pembelian dengan sistem tebasan

dan penjualan - Melakukan fungsi pengangkutan - Melakukan fungsi pelancar yaitu penanggungan resiko

rusak

2. Pedagang Pengumpul - Melakukan fungsi pembelian dengan sistem tebasan maupun per kilogram dan penjualan - Melakukan fungsi pengepakan, pemeraman, pengangkutan dan penyimpanan sementara - Melakukan Grading pada buah mangga Arumanis - Melakukan fungsi pelancar yang meliputi

penanggungan resiko rusak, dan menyampaikan informasi kepada pihak yang membutuhkan (konsumen dan pedagang besar)

3. Pedagang Besar - Melakukan fungsi pembelian dan penjualan - Melakukan fungsi penyimpanan sementara - Melakukan fungsi pelancar yang meliputi

penanggungan resiko rusak, dan menyampaikan informasi kepada pihak yang membutuhkan (Agen)

4. Agen - Melakukan fungsi pembelian, penjulan, dan

penyimpanan sementara - Melakukan fungsi pelancar yang meliputi penanggungan resiko rusak dan penyampaian informasi kepada pihak yang membutuhkan (pedagang pengecer)

5. Pedagang Pengecer - Melakukan fungsi pembelian dan penjualan - Melakukan fungsi pengangkutan dan penyimpanan

sementara - Melakukan fungsi pelancar yang meliputi penanggungan resiko rusak, dan menyampaikan informasi kepada pihak yang membutuhkan (konsumen)

Sumber : Analisis Data Primer, 2009

Berdasarkan hasil penelitian pemasaran mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan lembaga pemasaran yang terlibat untuk memperlancar penyampaian mangga Arumanis dari petani sampai ke konsumen terdapat beberapa lembaga pemasaran yaitu:

1. Pedagang Penebas Pedagang penebas adalah pedagang atau orang yang melakukan pembelian mangga Arumanis yang mendatangi langsung petani dan membeli semuanya dengan menebas buah mangga Arumanis yang masih berbunga di pohon atau buah mangga Arumanis yang sudah siap dipanen. Penebas ini biasanya berasal dari desa setempat. Dalam melakukan kegiatan pemasaran yaitu hanya pemanenan dan pengangkutan, serta penjualan. Penebas setelah melakukan pemanenan biasanya menjual langsung ke padagang pengumpul langganan tiap tahunnya, yang bertujuan untuk mengurangi resiko. Resiko yang ditanggung oleh penebas yaitu penyusutan berat mangga dan kehilangan. Penebas melakukan pengangkutan menggunakan alat angkut sepeda motor apabila jarak yang di tempuh dekat dari tempat pemanenan dan untuk jarak yang cukup jauh dari tempat pemanenan menggunakan Pick up dengan yang disesuaikan dengan volume pemanenan.

2. Pedagang Pengumpul Pedagang pengumpul di Kecamatan Parang yaitu pedagang yang membeli mangga dari penebas mangga dan petani serta mengumpulkannya kemudian dijual ke pedagang besar dan pengecer. Pedagang pengumpul biasanya pedagang yang memiliki modal kecil dan pada umumnya berjualan dekat dengan tempat tinggalnya. Pedagang pengumpul dalam pembelian mangga biasanya didatangi oleh penebas dan petani selain sebagai pengumpul. pedagang pengumpul pada umumnya juga melakukan kegiatan tebasan yaitu menebas langsung dari petani kemudian menjualnya ke pedagang besar, sedangkan untuk menjual ke pengecer biasanya pedagang 2. Pedagang Pengumpul Pedagang pengumpul di Kecamatan Parang yaitu pedagang yang membeli mangga dari penebas mangga dan petani serta mengumpulkannya kemudian dijual ke pedagang besar dan pengecer. Pedagang pengumpul biasanya pedagang yang memiliki modal kecil dan pada umumnya berjualan dekat dengan tempat tinggalnya. Pedagang pengumpul dalam pembelian mangga biasanya didatangi oleh penebas dan petani selain sebagai pengumpul. pedagang pengumpul pada umumnya juga melakukan kegiatan tebasan yaitu menebas langsung dari petani kemudian menjualnya ke pedagang besar, sedangkan untuk menjual ke pengecer biasanya pedagang

3. Pedagang Besar Pedagang besar yaitu pedagang yang membeli mangga Arumanis dalam volume yang relatif banyak dan memiliki modal yang cukup besar. Biasanya pedagang besar membeli mangga Arumanis dari pedagang pengumpul secara aktif. Maksudnya pedagang besar yang memberi informasi bahwa mangga Arumanis dari Pedagang Pengumpul telah terjual semua dan memesan kembali untuk melakukan pengiriman ke pedagang besar. Pedagang besar ini berdomisili di luar Kabupaten Magetan yaitu Jakarta. Volume pembelian pedagang besar dalam jual beli transaksi rata-rata sebanyak 8000-12000 kg untuk tiap kali pengiriman dan tergantung dengan transaksi yang terjadi. Pedagang besar juga melakukan fungsi pemasaran yaitu pembelian, bongkar muat, resiko, dan retribusi. Setelah itu pedagang besar melakukan penjualan ke Agen. Pedagang besar memberikan nota tertulis mangga yang dibawa oleh Agen.

4. Agen Agen membeli buah mangga Arumanis dari Pedagang Besar dalam kondisi per peti/kotak. Sistem pembayaran Agen ini adalah buka tutup, maksudnya Agen melihat dahulu isi dari peti/kotak buah mangga Arumanis, apabila terjadi kecocokan barang dan harga kemudian Agen membawa buah mangga Arumanis dengan membayar kemudian setelah buah mangga Arumanis tersebut terjual semua ke 4. Agen Agen membeli buah mangga Arumanis dari Pedagang Besar dalam kondisi per peti/kotak. Sistem pembayaran Agen ini adalah buka tutup, maksudnya Agen melihat dahulu isi dari peti/kotak buah mangga Arumanis, apabila terjadi kecocokan barang dan harga kemudian Agen membawa buah mangga Arumanis dengan membayar kemudian setelah buah mangga Arumanis tersebut terjual semua ke

5. Pedagang Pengecer Pedagang pengecer ini membeli mangga dari Agen yang sudah masak dalam kotak jadi tidak memerlukan pemeraman. Pedagang pengecer ini biasanya mengambil keuntungan anatar 200-1000 per kilogram buah mangga Arumanis. Pedagang pengecer juga melakukan fungsi pemasaran seperti penimbangan, resiko, retribusi, dan pengangkutan.

h. Saluran Pemasaran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat diuraikan mengenai pola saluran pemasaran mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan. Pengumpulan data untuk mengetahui berbagai hasil pemasaran mangga Arumanis yang digunakan. diperoleh dengan cara penelusuran jalur pemasaran mangga Arumanis mulai dari petani sampai pada pedagang pengecer.

Berikut ini merupakan tipe saluran pemasaran buah mangga Arumanis yang ada di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan :

Gambar 2. Bagan Saluran I Pemasaran buah mangga Arumanis di

Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.

Gambar 3. Bagan Saluran II Pemasaran buah mangga Arumanis di

Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.

Gambar 4. Bagan Saluran III Pemasaran buah mangga Arumanis di

Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.

Gambar 5. Bagan Saluran IV Pemasaran buah mangga Arumanis di

Kecamatan Parang Kabupaten Magetan. Jika digambarkan dalam satu kesatuan, saluran pemasaran yang

digunakan produsen buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan tersaji seperti di bawah ini :

Gambar 6. Saluran Pemasaran Buah Mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan Untuk Saluran I dan II.

Gambar 7. Saluran Pemasaran Buah Mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan Untuk Saluran III dan IV.

Berdasarkan bagan saluran pemasaran mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan, melalui bebarapa saluran yaitu :

a. Saluran Pemasaran I Pada saluran pemasaran I ini, petani menjual dengan cara menebaskan ke pedagang penebas. Kegiatan penjualan dengan cara pedagang penebas mendatangi petani. Biaya panen, pemetikan, dan pengangkutan ditanggung oleh pedagang penebas. Kemudian dari pedagang penebas, mangga dijual ke pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul menjualnya ke pedagang pengecer, kemudian pedagang pengecer menjual ke konsumen di pasar kabupaten. Pasar Baru Kabupaten Magetan. Pada saluran I pemasaran komoditi mangga Arumanis bertujuan untuk memenuhi permintaan dalam kota.

b. Saluran Pemasaran II Pada saluran pemasaran II ini, petani menjual buah mangga Arumanis ke Pedagang Pengumpul dengan cara mengantarkan buah mangga Arumanis. Kemudian dari penebas dan pengumpul, mangga Arumanis dijual ke pedagang pengecer yang ada di tingkat Kecamatan Parang maupun Kabupaten Magetan. Pedagang pengumpul sebelum menjual buah mangga Arumanis ke pedagang pengecer terlebih dahulu melakukan kegiatan penyortiran sesuai tingkat warna kulit buah kulit buah yang bercak-bercak karena serangan hama dan penyakit dan besar kecilnya ukuran buah, untuk harga jual buah mangga Arumanis saluran I maupun saluran II disesuaikan dengan ukuran dan kondisi buah yang dijual. Semakin halus warna kulit buah dan semakin besar ukuran buah maka harga jualnyapun lebih tinggi. Kemudian dari pedagang pengecer, mangga Arumanis dijual ke konsumen ditingkat Kecamatan Parang, dan dalam Kabupaten Magetan.

c. Saluran Pemasaran III Pada saluran pemasaran III, petani menjual ke pedagang penebas dengan sistem tebasan, maksudnya pedagang penebas membeli buah masih berada dipohon berdasarkan jumlah pohon

maupun berdasarkan volume buah mangga yang masih berada dipohon. Biaya pemetikan dan pengangkutan merupakan tanggungan pedagang penebas. Dari pedagang penebas mangga kemudian dijual ke Pedagang Pengumpul. Setelah berada di Pedagang Pengumpul, dilakukan sortasi sesuai dengan ukuran buah (Grading), pengepakan, pemeraman, dan pengangkutan. Setelah buah setengah masak dalam peti/kotak kegiatan selanjutnya adalah mengirim ke Pedagang Besar luar Kabupaten Magetan. Buah mangga Arumanis yang berada di Pedagang Besar kemudian dijual ke Agen dengan sisitem pembayaran buka tutup yaitu membayar setelah buah mangga di Agen terjual. Dari Agen kemudian dijual kembali ke pedagang pengecer, biasanya pedagang pengecer ini berdomisili di Bekasi, Karawang, dan sekitarnya, kemudian pedagang pengecer menjual buah mangga Arumanis tersebut ke konsumen.

d. Saluran Pemasaran IV Pada saluran pemasaran IV, petani menjual ke Pedagang Pengumpul dimana petani mendatangi pedagang. Petani harus menaggung biaya pemetikan dan pengangkutan. Dari pedagang pengumpul melakukan sortasi sesuai dengan ukuran buah (grade), pengepakan, pemeraman, dan pengangkutan, Pemasaran yang dilakukan adalah mengirim buah ke Pedagang Besar yang berada diluar Kabupaten Magetan, Daerah tujuan pemasaran yaitu Pasar Induk Keramat Jati Jakarta Timur. Pemasaran luar kota dengan volume yang cukup besar yaitu kurang lebih 8 (delapan) ton mangga/pengiriman. Dengan alasan untuk mendapatkan keuntungan yang besar, mengurangi biaya pengiriman, dan untuk memenuhi permintaan konsumen luar kota. Setelah buah mangga Arumanis berada di Pedagang Besar kemudian di jual ke Agen, dari Agen dijual kembali ke pedagang pengecer, konsumen bisa membeli buah mangga ditingkat pedagang pengecer.

Adapun jumlah petani berdasarkan saluran pemasaran buah mangga Arumanis yang digunakan dalam mendistribusikan mangga Arumanis dapat dilihat pada Tabel 25 dibawah ini :

Tabel 30. Jenis Saluran Pemasaran dan Jumlah Petani Responden di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan

No. Saluran Pemasaran

Jumlah Petani

1. Saluran I

2. Saluran II

3. Saluran III

4. Saluran IV

Sumber : Analisis Data Primer, 2009 Berdasarkan Tabel 30 diketahui bahwa saluran pemasaran IV

merupakan saluran yang paling banyak digunakan oleh petani yaitu sebesar 14 petani responden atau 46,72 % dari 30 petani. Hal ini disebabkan petani lebih memilih menjual buah mangga Arumanis langsung ke Pedagang Pengumpul karena setiap tahunnya Pedagang Pengumpul ini sudah berlangganan, selain itu pedagang yang aktif mendatangi tegalan atau pekarangan untuk membeli buah mangga Arumanis. Sehingga petani tidak menanggung resiko selama belum dipanen dan petani lebih memilih mengalokasikan waktunya untuk kegiatan menambah penghasilan lainya, serta tidak mengeluarkan biaya yang lebih besar. Hal ini dikarenakan biaya pemanenan dan pengangkutan di tanggung Pedagang Pengumpul, maka petani mangga tidak khawatir hasil produknya tidak terjual.

Saluran pemasaran I merupakan saluran yang lebih sedikit digunakan oleh petani dibandingkan saluran pemasaran II, yaitu sebesar

10 %. Saluran pemasaran I ini lebih sedikit digunakan oleh petani karena petani cenderung lebih memilih untuk menjual sendiri ke pedagang pengumpul, dan sebagian besar petani sudah berlangganan dengan Pedagang Pengumpul.

Saluran pemasaran II terbesar ke 2 (dua) setelah saluran IV yaitu sebesar 23,33%. Saluran pemasaran ini hanya dilakukan sebagian petani Saluran pemasaran II terbesar ke 2 (dua) setelah saluran IV yaitu sebesar 23,33%. Saluran pemasaran ini hanya dilakukan sebagian petani

Sedangkan saluran III yaitu sebesar 20 %. Saluran pemasaran ini menunjukkan bahwa petani petani memilih menjual buah mangga Arumanisnya kepada pedagang penebas. Hal ini dilakukan karena petani tidak mau mengelurakan biaya lagi. Sehingga yang menanggung biaya pemetikan dan pengangkutan adalah pedagang penebas.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka hipotesis pertama bahwa diduga terdapat beberapa saluran pemasaran buah mangga Arumanis dapat diterima. Pada saluran pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan terdapat 4 (empat) pola saluran pemasaran.

i. Biaya, Marjin dan Keuntungan Pemasaran Proses mengalirnya barang dari produsen ke konsumen memerlukan suatu biaya, dengan adanya biaya pemasaran maka suatu produk akan meningkat harganya. Semakin panjang rantai pemasaran maka biaya yang dikeluarkan dalam pemasaran akan semakin meningkat. Adapun besarnya biaya, keuntungan dan marjin pemasaran buah mangga Arumanis pada saluran I, II, III, dan IV yang digunakan oleh produsen buah mangga Arumanis tersaji pada Tabel 31, 32, 33, dan 34 berikut :

Tabel 31. Rata-Rata Biaya, Keuntungan Dan Margin Pemasaran Buah Mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan Pada Saluran Pemasaran I

No.

Rp/Kg % 1. Petani a. Harga di Tingkat Petani

Uraian

1266,67 42,22 b. Biaya Pemasaran 1) Biaya Panen

0 0 2) Biaya Pengangkutan

0 0 c. Harga yang di terima petani

Jumlah Biaya

1266,67 42,22 2. Penebas a. Harga Beli

1266,67 42,22 b. Biaya Pemasaran 1) Biaya Pemetikan

42,88 1,43 2) Biaya Pengangkutan

84,16 2,81 c. Keuntungan

Jumlah Biaya

115,84 3,86 d. Marjin Pemasaran

200 6,67 e. Harga Jual

1466,67 48,89 3. Pedagang Pengumpul

a. Harga Beli 1466,67 48,89 b. Biaya Pemasaran 1) Sortasi

414,57 13,82 c. Keuntungan

Jumlah Biaya

452,1 15,07 d. Margin Pemasaran

866,67 28,89 e. Harga Jual

Sumber : Analisis Data Primer, 2009

Lanjutan Tabel 31…

4. Pedagang Pengecer a. Harga Beli

2333,33 77,78 b. Biaya Pemasaran 1) Pengangkutan

370,41 12,35 c. Keuntungan

Jumlah Biaya

296,27 9,88 d. Margin Pemasaran

666,67 22,22 e. Harga Jual

3000 100 5. Harga Beli Konsumen

3000 100 a. Total Biaya Pemasaran

803,14 26,77 6. b. Total Keuntungan

c. Total Margin Pemasaran 1733,34 57,78 d. Farmer's Share

Sumber : Analisis Data Primer, 2009 Berdasarkan Tabel 31 menunjukkan bahwa saluran pemasaran I

pada komoditi buah mangga Arumanis, lembaga yang terkait pedagang penebas, pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer. Petani pada saluran ini tidak mengeluarkan biaya panen ataupun biaya pengangkutan dalam kegiatan pemasaran, hal ini disebabkan karena petani menjual buah mangga Arumanis ke pedagang penebas, sehingga baya panen dan biaya pengangkutan ditanggung oleh pedagang penebas. Harga yang diterima

sebesar Rp 1266,67 per kg karena kondisi buah mangga masih berada di pohon dan tidak melakukan Grading. Pedagang penebas pada saluran I mengeluarkan biaya pemetikan (panen), dan pengangkutan. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk pemetikan adalah Rp 42,88 per kg, dan biaya pengangkutan sebesar Rp 41,29 per kg. Kegiatan penjualan pedagang penebas belum dalam bentuk Grading , hal ini disebabkan karena pedagang penebas tidak paham ukuran dan kriteria Grading dan menjual ke pedagang pengumpul di tingkat Kecamatan. Keuntungan yang diperoleh pedagang penebas sebesar Rp

115,84 per kg. Margin pemasaran yang dikeluarkan adalah Rp 200 per kg. Harga jual buah mangga Arumanis ditingkat pedagang penebas sebesar Rp 1466,67 per kg.

Saluran pemasaran I pedagang pengumpul mengeluarkan biaya yaitu biaya, sortasi, pemeraman/pengepakan, Bongkar muat, pengangkutan, parkir, dan resiko. Biaya paling tinggi adalah biaya pemeraman/pengepakan, yaitu sebesar Rp 200 per kg. Hal ini disebabkan pedagang pengumpul melakukan pengepakan dan pemeraman dalam bentuk peti/kotak selama kurang lebih 3 (tiga) hari sambil menunggu pemasakan buah. Pedagang pengumpul dalam kegiatan penjualannya melakukan sortasi dengan tujuan memisahkan buah mangga Arumanis antara yang baik dengan yang busuk atau rusak. Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan sortasi adalah Rp 10 per kg. Resiko yang ditanggung pedagang pengumpul adalah kemungkinan adanya buah mangga yang busuk atau rusak dari pembelian. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk biaya pemasaran ditingkat pedagang pengumpul sebesar Rp 414,1 per kg. Pedagang pengumpul mendapatkan keuntungan rata-rata Rp 452,1 per kg dari kegiatan penjualannya. Margin pemasaran sebesar Rp 886,67 per kg dan harga jual mangga ke pedagang pengecer adalah Rp 2333,33 per kg.

Biaya yang paling banyak dikeluarkan oleh pedagang pengecer adalah biaya pengangkutan yaitu sebesar Rp 208,1 per kg. Resiko yang ditanggung oleh pedagang pengecer yaitu busuk, tidak laku di pasar, dan persaingan serta permintaan penawaran pasar. Semakin lama buah mangga Arumanis tersebut dipasarkan maka semakin besar biaya resiko yang dikeluarkan, resiko yang ditanggung pedagang pengecer sebesar Rp 104,05 per kg. Biaya retribusi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer untuk membayar keamanan dan kebersihan dan pajak di pasar, pemungutannya dilakukan setiap hari. Sedangkan untuk biaya pengemasan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli plastik dan kardus.

Pada saluran pemasaran I total biaya pemasaran buah mangga Arumanis diperoleh dari petani, penjumlahan biaya pedagang penebas, pedagang pengumpul, dan biaya ditingkat pedagang pengecer. Hasil penjumlahan tersebut diperoleh total biaya pemasaran sebesar Rp 803,14 per kg. Keuntungan pemasaran juga diperoleh dari penjumlahan keuntungan dari masing-masing lembaga pemasaran yaitu sebesar Rp 864,21 per kg dan total margin pemasaran adalah Rp 1733,34 per kg.

Farmer's Share merupakan bagian yang diterima petani atau perbandingan antara harga yang diterima petani/produsen dengan harga yang diterima konsumen. Farmer's Share pada saluran I adalah 42,22 % dan harga ditingkat konsumen Rp 3000,00 per kg. Untuk mengukur efisiensi pemasaran yaitu apabila bagian yang diterima produsen < 50% berarti pemasaran belum efisien dan bila bagian yang diterima produsen > 50% maka pemasaran dikatakan efisien. Melihat nilai Farmer's Share yang <50% maka saluran pemasaran I belum efisien secara ekonomi.

Berikut ini rata-rata biaya, keuntungan dan marjin pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan pada saluran pemasaran II tersaji pada Tabel 32 .

Tabel 32. Rata-Rata Biaya, Keuntungan Dan Margin Pemasaran Buah Mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan Pada Saluran Pemasaran II

No

Rp/Kg % 1. Petani

Uraian

1700 52,31 b. Biaya Pemasaran

a. Harga di Tingkat Petani

1) Biaya Panen 25,07 0,77 2) Biaya Pengangkutan

Jumlah Biaya

1700 52,31 2. Pedagang Pengumpul

c. Harga yang di terima petani

1700 52,31 b. Biaya Pemasaran 1) Sortasi

a. Harga Beli

Jumlah Biaya

592,22 18,22 d. Margin Pemasaran

c. Keuntungan

2571,43 79,12 3. Pedagang Pengecer

e. Harga Jual

2571,43 79,12 b. Biaya Pemasaran 1) Pengangkutan

a. Harga Beli

Jumlah Biaya

477,5 14,69 d. Margin Pemasaran

c. Keuntungan

3250 100 4. Harga Beli Konsumen

e. Harga Jual

5. a. Total Biaya Pemasaran

b. Total Keuntungan 1069,72 32,91

1569,39 48,29 d. Farmer's Share

c. Total Margin Pemasaran

Sumber : Analisis Data Primer, 2009

Berdasarkan Tabel 32 menunjukkan bahwa saluran pemasaran II pada buah mangga Arumanis lembaga yang terkait yaitu petani, pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer. Petani pada saluran ini mengeluarkan biaya panen sebesar Rp 25,07 per kg, dan biaya pengangkutan dalam kegiatan pemasaran sebesar Rp 27,5 per kg, sehingga harga yang diterima petani sebesar Rp 1700 per kg dari harga konsumen.

Pada saluran pemasaran II pedagang pengumpul mengeluarkan biaya yaitu biaya sortasi, pemeraman/pengepakan, pengangkutan, parkir, retribusi, dan resiko. Biaya paling tinggi adalah biaya pengepakan, yaitu Sebesar Rp 187,7400 per kg. Hal ini disebabkan pedagang pengumpul harus melakukan pengepakan dan pemeraman dalam bentuk kotak/peti. Sedangkan biaya resiko sebesar Rp 141,22 per kg, hal ini disebabkan kemungkinan akibat adanya kebusukan buah pada saat pemeraman. Jumlah biaya yang dikeluarkan pedagang pengumpul sebesar Rp 279,21 per kg. Keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 592,22 per kg, margin pemasarannya adalah Rp 871,43, dan harga jual buah mangga Arumanis ditingkat pedagang pengumpul sebesar Rp 2571,43 per kg.

Biaya yang paling banyak dikeluarkan oleh pedagang pengecer adalah biaya resiko sebesar Rp 97,42 per kg. Resiko yang ditanggung oleh pedagang pengecer yaitu perubahan selera konsumen, busuk, tidak laku di pasar, dan persaingan serta permintaan penawaran pasar. Biaya pengangkutan yang dikeluarkan sebesar Rp 96,19 per kg, karena pedagang pengecer melakukan pengangkutan. Sedangkan untuk biaya pengemasan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli plastik dan kardus sebagai tempat buah mangga yang dijual ke konsumen, sehingga pengecer harus menanggung biaya pengemasan sebesar Rp 19,42 per kg.

Total biaya pemasaran pada saluran pemasaran II sebesar Rp 960,96 per kg dengan keuntungan pemasaran sebesar Rp 1069,72 per kg. Besarnya biaya dan keuntungan tergantung banyaknya pedagang perantara yang terlibat dalam saluran pemasaran. Berdasarkan Tabel 27 marjin pemasarannya sebesar Rp 1569,39 per kg. Besarnya nilai marjin ini Total biaya pemasaran pada saluran pemasaran II sebesar Rp 960,96 per kg dengan keuntungan pemasaran sebesar Rp 1069,72 per kg. Besarnya biaya dan keuntungan tergantung banyaknya pedagang perantara yang terlibat dalam saluran pemasaran. Berdasarkan Tabel 27 marjin pemasarannya sebesar Rp 1569,39 per kg. Besarnya nilai marjin ini

Rata-rata biaya, keuntungan dan marjin pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan pada saluran pemasaran III tersaji pada Tabel 33 berikut :

Berdasarkan Tabel 33 menunjukkan bahwa saluran pemasaran III buah mangga Arumanis lembaga yang terkait yaitu pedagang penebas, pedagang pengumpul, dan pedagang besar, dan pengecer. Pada saluran pemasaran III ini petani tidak mengeluarkan biaya pemasaran, sehingga petani memperoleh pendapatan bersih dari hasil penjualan mangga tersebut. Sedangkan biaya pemasaran yang dikeluarkan penebas terdiri dari biaya pemetikan, dan biaya pengangkutan. Biaya pemasaran yang paling tinggi dikeluarkan oleh penebas yaitu biaya pengangkutan yaitu sebesar Rp 54,99 per kg. Biaya pengangkutan adalah biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan mangga sampai ke tangan pedagang pengumpul.

Biaya pemasaran yang dikeluarkan pedagang pengumpul adalah biaya sortasi, biaya pengepakan/pemeraman, bongkar muat, pengangkutan dan biaya resiko. Sortasi adalah kegiatan memilah-milah buah mangga Arumanis sesuai dengan ukurannya (grade) dan biayanya sebesar Rp 9,96 per kg. Bongkar muat adalah kegiatan memindahkan peti/kotak-kotak mangga dari tempat pemeraman ke truk pengangkutan.

Biaya pemeraman/pengepakan yang dikeluarkan pedagang pengumpul sebesar Rp 202,86 per kg, hal ini dikarenakan pedagang pengumpul harus mengeluarkan biaya pembelian peti/kotak, tenaga, kertas (bekas semen), karbit, belerang, jerami, dan lain-lain. Pada tingkat ini biaya pengangkutan yaitu Rp 519,01 per kg, hal ini disebabkan karena pedagang pengumpul harus menanggung biaya transportasi dari Kabupaten Magetan ke Pasar Induk Keramat Jati Jakarta Timur. Biaya yang paling banyak dikeluarkan oleh pedagang pengumpul adalah biaya resiko sebesar Rp 574,97 per kg. Resiko yang ditanggung oleh pedagang pengumpul yaitu kemungkinan adanya buah mangga yang busuk atau rusak pada saat pembelian, busuk, rusak diperjalanan.

Kegiatan yang dilakukan pedagang pengumpul yaitu melakukan penjualan kepada Pedagang Besar diluar Kabupaten Magetan. Biaya yang paling tinggi dikeluarkan oleh Pedagang Besar adalah biaya resiko, hal ini Kegiatan yang dilakukan pedagang pengumpul yaitu melakukan penjualan kepada Pedagang Besar diluar Kabupaten Magetan. Biaya yang paling tinggi dikeluarkan oleh Pedagang Besar adalah biaya resiko, hal ini

Agen dalam menjalankan kegiatan pemasarannya menanggung biaya pindah tempat sebesar Rp 64,52 per kg, biaya bongkar peti Rp 9,95 per kg, sewa tempat Rp 64,52 per kg, retribusi sebesar Rp 2,37, dan biaya resiko Rp 39,46 per kg. Biaya yang dikeluarkan terbesar adalah biaya pindah tempat dan sewa tempat, dimana Agen harus memindahkan peti/kotak-kotak buah mangga tersebut dari tempat Pedagang Besar ke lapak-lapak yang telah disewanya.

Biaya yang paling banyak dikeluarkan oleh pedagang pengecer adalah biaya pengangkutan sebesar Rp 168,89 per kg. Biaya pengangkutan besar disebabkan karena pedagang pengecer haraus melakukan pengakutan peti/kotak-kotak buah mangga dari Pasar Induk Kramat Jati ke kios-kios penjualannya ditempat lain seperti Bekasi, Cibubur, Ciracas. Resiko yang ditanggung oleh pedagang pengecer yaitu perubahan selera konsumen, busuk, tidak laku di pasar, dan persaingan serta permintaan penawaran pasar. Sedangkan untuk biaya pengemasan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli plastik dan kardus sebagai tempat buah mangga yang dijual ke konsumen, sehingga pengecer harus menanggung biaya pengemasan sebesar Rp 50,67 per kg.

Pada saluran pemasaran III ini, total biaya pemasaran masing- masing grade buah mangga Arumanis sebesar Rp 2329,92 per kg, hal ini dikarenakan rata-rata biaya yang dikeluarkan relatif sama besarnya. Total keuntungan pemasarannya yang paling besar adalah grade Mega yaitu sebesar Rp 3891,8 per kg, karena kecenderungan konsumen yang lebih suka mengkonsumsi buah mangga yang berukuran besar (mega). Total Pada saluran pemasaran III ini, total biaya pemasaran masing- masing grade buah mangga Arumanis sebesar Rp 2329,92 per kg, hal ini dikarenakan rata-rata biaya yang dikeluarkan relatif sama besarnya. Total keuntungan pemasarannya yang paling besar adalah grade Mega yaitu sebesar Rp 3891,8 per kg, karena kecenderungan konsumen yang lebih suka mengkonsumsi buah mangga yang berukuran besar (mega). Total

Berikut ini rata-rata biaya, keuntungan dan marjin pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan pada saluran pemasaran IV tersaji pada Tabel 34 .

Berdasarkan Tabel 34 menunjukkan bahwa saluran pemasaran IV pada komoditi buah mangga Arumanis Grade A, Super, Bom, dan Grade Mega. Lembaga yang terkait Pedagang pengumpul, Pedagang Besar, Agen, dan pedagang pengecer. Petani pada saluran ini mengeluarkan biaya panen dan biaya pengangkutan dalam kegiatan pemasaran, harga yang diterima petani sebesar Rp 1325 per kg dari harga konsumen karena petani dalam penjualannya tidak melakukan Grading buah, hal ini disebabkan karena petani tidak tahu kriteria dari Grading yang diinginkan oleh pedagang.

Saluran pemasaran IV pedagang pengumpul mengeluarkan biaya yaitu biaya sortasi, pemeraman dan pengepakan, Bongkar muat, pengangkutan, dan resiko. Biaya paling tinggi adalah biaya resiko, yaitu sebesar Rp 440,16 per kg. Hal ini disebabkan pedagang pengumpul menanggung kemungkinan akibat permintaan dan penawaran mangga yang merosot pada waktu musim panen raya, buah mangga yang rusak pada saat pembelian dan busuk pada saat pemeraman. Biaya pengepakan dan pemeraman sebesar Rp 198,05 per kg, dimana proses pengepakan membutuhkan peti/kotak, jerami, karbit, belerang, dan kertas bekas kardus semen dan lainnya. Grade mangga dengan harga paling tinggi di tingkat konsumen adalah mangga Grade Mega, yaitu sebesar Rp 6000,00 per kg dan harga yang paling rendah di tingkat konsumen adalah mangga grade

A, yaitu sebesar Rp 3000,00 per kg. Biaya pengangkutan adalah biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan mangga sampai ke tangan pedagang besar, dari keempat grade mangga menanggung biaya pengangkutan yang sama yaitu sebesar Rp 418,44 per kg. Keuntungan yang paling besar adalah grade Rp 3568,71 per kg, dan keuntungan terkecil adalah grade A yaitu sebesar Rp 650,73 per kg, perbedaan keuntungan yang berbeda ini disebabkan karena masing-masing grade mangga harus menanggung biaya pemasaran yang sama sedangkan selisih harga jualnya besar.

Kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul adalah dengan jalan menjual/mengirim ke Pedagang Besar di Jakarta.

Pedagang Besar dalam pemasaran buah mangga Arumanis ini menanggung biaya bongkar muat, retribusi, penataan peti, dan resiko. Biaya resiko merupakan biaya terbesar yang harus ditanggung Pedagang Besar, dimana dari jumlah biaya yang harus ditanggung untuk buah mangga Arumanis grade A, Super, Bom, dan Grade Mega adalah sama yaitu Rp 199,26 per kg. Harga jual ditingkat pedagang pengumpul untuk grade

A yaitu Rp 3750,00 per kg, Super Rp 4800 per kg, Rp 5900 per kg untuk grade Bom, dan Grade Mega Rp 6950 per kg, sehingga keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan untuk grade A sebesar Rp 550,74 per kg, Super Rp 600,74 per kg, Bom Rp 700,74 per kg, dan grade Mega sebesar Rp 750,74 per kg.

Pedagang Besar melakukan penjulan keAgen, Sub grosir menjual buah mangga Arumanis berbagai grade, dimana sub grosir harus menaggung biaya pindah tempat, bongkar peti, sewa tempat, retribusi, dan resiko. Biaya retribusi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer untuk membayar keamanan dan kebersihan dan pajak di pasar, pemungutannya dilakukan setiap hari. Sedangkan untuk biaya pengemasan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli plastik dan kardus. Biaya pindah tempat dan sewa tempat menjadi biaya paling besar yaitu Rp 60,27 per kg. Harga jual grade A sebesar Rp 4200, Rp 5400 per kg untuk grade Super, Grade Bom sebesar Rp 6400 per kg, dan untuk grade Mega Rp 7500 per kg, sehingga mendatangkan keuntungan yang berbeda pula tiap grade nya.

Pada saluran pemasaran IV total biaya pemasaran dari empat jenis grade buah mangga Arumanis sama yaitu Rp 1677,58 per kg dari harga yang dibayarkan konsumen akhir, dengan keuntungan pemasaran sebesar Rp 1932,59 per kg untuk grade A, grade super Rp 2634,94 per kg, grade Bom Rp 4046,73 per kg, dan keuntungan grade mega sebesar Rp 5068,39 per kg. Besarnya biaya dan keuntungan tergantung banyaknya pedagang perantara yang terlibat dalam saluran pemasaran. Berdasarkan Tabel 29 marjin pemasaran yang paling besar dari keempat jenis grade adalah grade Pada saluran pemasaran IV total biaya pemasaran dari empat jenis grade buah mangga Arumanis sama yaitu Rp 1677,58 per kg dari harga yang dibayarkan konsumen akhir, dengan keuntungan pemasaran sebesar Rp 1932,59 per kg untuk grade A, grade super Rp 2634,94 per kg, grade Bom Rp 4046,73 per kg, dan keuntungan grade mega sebesar Rp 5068,39 per kg. Besarnya biaya dan keuntungan tergantung banyaknya pedagang perantara yang terlibat dalam saluran pemasaran. Berdasarkan Tabel 29 marjin pemasaran yang paling besar dari keempat jenis grade adalah grade

IV memiliki marjin pemasaran yang tinggi sehingga pendapatan yang diterima petani (farmer’s share) rendah. Masing-masing grade buah mangga Arumanis nilai farmer’s share < 50%, hal ini untuk mengukur efisiensi pemasaran, dan hasilnya yaitu apabila bagian yang diterima produsen <50% berarti pemasaran belum efisien dan bila bagian yang diterima produsen >50% maka pemasaran dikatakan efisien, sehingga saluran pemasaran IV dikatakan belum efisien.

Besarnya biaya pemasaran, keuntungan pemasaran dan marjin pemasaran tiap lembaga pemasaran beragam, hal ini dikarenakan adanya perbedaan harga jual buah mangga Arumanis, biaya yang dikeluarkan dan keuntungan tiap-tiap lembaga pemasaran tersebut.

j. Efisiensi Pemasan Buah Mangga Arumanis Sistem pemasaran dianggap efisien apabila dianggap mampu menyampaikan hasil-hasil dari produsen kepada konsumen dengan biaya wajar serta mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen.

Tinggi rendahnya marjin pemasaran dan bagian yang diterima petani dari harga beli di tingkat konsumen/pedagang akhir merupakan indikator dari efisiensi suatu pemasaran. Semakin rendah marjin pemasaran dan semakin besar bagian yang diterima petani, maka sistem pemasaran tersebut dikatakan efisien (Mubyarto, 1995).

Untuk mengetahui efisiensi pemasaran buah mangga Arumanis secara ekonomis adalah dengan melihat marjin dan bagian yang diterima petani (Farmer’s Share) pada setiap saluran pemasaran yang ada, dapat dilihat pada Tabel 34 berikut :

Tabel 35. Perbandingan Total Biaya, Keuntungan, dan Total Margin Pemasaran Pada Setiap Lembaga Pemasaran Buah Mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan

Total Margin No.

Farmer's Pemasaran

Pemasaran Share

(Rp/Kg) 1. Saluran I

(Rp/Kg)

(Rp/Kg)

1733,34 42,22 2. Saluran II

1583,96 52,31 3. Saluran III

a. Grade A

9664,15 22,22 c. Grade Bom

b. Grade Super

18259,15 19,04 d. Grade Mega

21962 14,69 4. Saluran IV

2784,8 26,5 Grade A b. Grade Super

a. 1677,58

4876,15 22,08 c. Grade Bom

5658,89 18,93 d. Grade Mega

Sumber : Analisis Data Primer, 2009

Berdasarkan Tabel 35, dapat diketahui bahwa saluran pemasaran

III memiliki margin pemasaran yang paling tinggi dibandingkan saluran pemasaran yang lain, ditunjukkan margin pemasaran pada grade Bom sebesar Rp 18259,15 per kg. Hal ini disebabkan karena pada saluran pemasaran III lembaga pemasaran yang terlibat lebih banyak dan biaya yang dikeluarkan juga semakin tinggi dibandingkan dengan lembaga pemasaran yang lain. Berdasarkan tinggi dan rendahnya marjin pemasaran maka saluran pemasaran II merupakan saluran pemasaran yang efisien di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan. Hal ini dikarenakan lembaga yang terlibat sedikit yaitu petani, pedagang pengumpul, pedagang pengecer, dan konsumen dalam Kabupaten Magetan.

Nilai farmer’s share saluran pemasaran II lebih tinggi dibadingkan dengan saluran yang lain dimana besarnya 52,31% dibandingkan saluran yang lain, karena pada saluran pemasaran II lembaga yang berperan lebih sedikit. Saluran pemasaran mangga II di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan merupakan saluran yang paling efisien secara ekonomis. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 30 bahwa pada saluran pemasaran II total margin Nilai farmer’s share saluran pemasaran II lebih tinggi dibadingkan dengan saluran yang lain dimana besarnya 52,31% dibandingkan saluran yang lain, karena pada saluran pemasaran II lembaga yang berperan lebih sedikit. Saluran pemasaran mangga II di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan merupakan saluran yang paling efisien secara ekonomis. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 30 bahwa pada saluran pemasaran II total margin

Saluran pemasaran buah mangga Arumanis III di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan merupakan saluran pemasaran paling banyak digunakan oleh petani responden yaitu sebanyak 15 responden. Saluran ini mempunyai nilai farmer’s share paling rendah dibandingkan dengan saluran pemasaran yang lain. Hal ini disebabkan karena lembaga pemasaran yang terkait pada saluran ini lebih banyak/panjang, yaitu perdagang penebas, pedagang pengumpul, Pedagang Besar, Agen, dan pedagang pengecer.

B. Pembahasan

1. Saluran dan Lembaga Pemasaran Buah Mangga Arumanis Pemasaran pada prinsinya merupakan proses penyampaian barang dari produsen ke konsumen. Pola saluran pemasaran seperti fungsi pertukaran, fungsi pengadaan barang secara fisik dapat berjalan dengan baik. Pemasaran merupakan kegiatan yang penting dalam siklus produksi. Produksi yang baik akan sia-sia karena harga pasar yang rendah, Oleh karena itu, tingginya produksi tidak mutlak memberikan keuntungan yang tinggi tanpa disertai pemasaran yang baik.

Dalam memasarkan komoditi pertanian memerlukan keberadaan lembaga pemasaran yang membantu menyalurkan barang. Dengan adanya lembaga pemasaran, produsen dapat menjual hasil produksinya kepada konsumen, dan konsumen bisa mendapatkan barang-barang kebutuhannya. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan suatu lembaga pemasaran sangatlah penting.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa terdapat 4 (empat) tipe saluran pemasaran yang digunakan oleh petani buah mangga Arumanis. Dalam kegiatan pemasaran petani ada yang menjual pada pedagang penebas yang kemudian pedagang penebas Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa terdapat 4 (empat) tipe saluran pemasaran yang digunakan oleh petani buah mangga Arumanis. Dalam kegiatan pemasaran petani ada yang menjual pada pedagang penebas yang kemudian pedagang penebas

IV petani yang menjual pada pedagang penebas, dan atau langsung ke pedagang pengumpul yang kemudian dijual ke pedagang besar, kegiatan ini berlanjut sampai ke konsumen melalui lembaga pemasaran agen dan pengecer yang berada pada di luar Kabupaten Magetan, yaitu Pasar Induk Keramat Jati Jakarta Timur dan sekitarnya.

Pada saluran pemasaran I merupakan saluran yang paling sedikit digunakan oleh petani buah mangga Arumanis yaitu sebanyak 3 (tiga) orang dari 30 responden. Petani menjual buah mangga Arumanisnya ke pedagang penebas dimana buah mangga masih berada dipohon. Terdapat dua sistem pembelian pada pemasaran buah mangga Arumanis ini yaitu dengan cara tebasan dimana buah mangga Arumanis masih berada dipohon sehingga pedagang penebas memetik sendiri buah mangga Arumanis ataupun dengan cara menjual per kilogram yaitu pedagang penebas memetik buah mangga Arumanis yang masih berada dipohon kemudian harga disesuaikan berdasarkan hasil penimbangan (Rp/Kg). Kemudian Pedagang penebas menjual kembali pada pedagang pengumpul ditingkat kecamatan, kemudian Pedagang Pengumpul menjual buah mangga Arumanis yang sudah dalam peti ke pedagang pengecer, dimana pedagang pengecer mendatangi kios Pedagang Pengumpul.

Saluran pemasaran II digunakan oleh petani responden dalam memasarkan buah mangga Arumanis sebanyak 7 (tujuh) orang. Dalam saluran ini, buah mangga Arumanis petani menjual langsung ke pedagang pengumpul dengan cara pembelian per kilogram dimana petani langsung mendatangi Pedagang Pengumpul. Dari Pedagang Pengumpul tersebut kemudian menjualnya pada pedagang pengecer yang ada pada lingkup Kabupaten Magetan dan sekitarnya yaitu Ngawi, Madiun, dan Ponorogo.

Alasan mengapa sebagian petani menjual buah mangga Arumanis secara tebasan adalah agar petani tidak menanggung resiko yang tinggi Alasan mengapa sebagian petani menjual buah mangga Arumanis secara tebasan adalah agar petani tidak menanggung resiko yang tinggi

2. Tugas dan Fungsi Lembaga Pemasaran Buah Mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan

Berdasarkan hasil penelitian maka tugas dan fungsi lembaga pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan antara lain melakukan penjualan dan pembelian. Fungsi penjualan dilakukan pedagang penebas, pedagang pengumpul, Pedagang Besar, Agen, dan pedagang pengecer. Fungsi penjualan merupakan faktor penting dalam menentukan berapa besar keuntungan pemasaran yang diperoleh. Sedangkan fungsi pembelian dilakukan oleh pedagang penebas, pengumpul, Pedagang Besar, agen, dan pedagang pengecer. Fungsi pembelian merupakan faktor penentu harga jual selanjutnya oleh pedagang. Semakin kecil harga pembelian maka semakin besar keuntungan yang ingin diperoleh. Hasil penelitian Agen membeli buah mangga Arumanis kepada Pedagang Besar dengan sistem buka tutup dengan kesepakatan harga buah mangga Arumanis tiap-tiap grade per peti, maksudnya Agen membuka peti buah untuk melihat kondisi buah mangga Arumanis, sedangkan sistem pembayarannya adalah tempo, setelah buah mangga Arumanis terjual semua ke pedagang pengecer baru dilakukan pembayaran ke Pedagang Besar.

Proses pengangkutan/transportasi merupakan hal yang tidak dapat diabaikan dalam proses pemasaran buah mangga Arumanis. Fungsi pengangkutan ini dilakukan sebagian petani responden, pedagang penebas, pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer. Fungsi pengangkutan dilakukan untuk menyampaikan hasil produksi dari produsen ke konsumen. Pada proses penyampaian buah mangga Arumanis dari Proses pengangkutan/transportasi merupakan hal yang tidak dapat diabaikan dalam proses pemasaran buah mangga Arumanis. Fungsi pengangkutan ini dilakukan sebagian petani responden, pedagang penebas, pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer. Fungsi pengangkutan dilakukan untuk menyampaikan hasil produksi dari produsen ke konsumen. Pada proses penyampaian buah mangga Arumanis dari

pengumpul melakukan pemeraman/pengepakan dalam bentuk peti/kotak untuk mengurangi kerusakan buah mangga Arumanis. Selain itu pedagang penebas, Pedagang pengumpul, Pedagang Besar, dan Agen melakukan fungsi penyampaian informasi kepada pihak yang membutuhkan. Pihak yang membutuhkan informasi dalam hal ini adalah petani serta masing-masing lembaga pemasaran yaitu Pedagang penebas, Pedagang pengumpul, Pedagang Besar, dan Agen dan konsumen akhir yang membeli buah mangga Arumanis. Informasi yang disampaikan mengenai perkembangan harga dan kualitas buah mangga Arumanis dari tingkat petani sampai tingkat konsumen.

konsumen,

pedagang

3. Biaya, Keuntungan dan Margin Pemasaran Buah Mangga Arumanis

Proses pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan, besarnya biaya yang dikeluarkan produsen dan setiap lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran berbeda-beda. Besarnya biaya pemasaran sangat dipengaruhi oleh kegiatan petani didalam menjual buah mangga Arumanis dan setiap saluran pemasaran buah mangga Arumanis dan lembaga pemasaran tersebut.

Hasil analisis menunjukan bahwa keempat saluran pemasaran menunjukan bahwa saluran III saluran pemasaran yang paling banyak mengeluarkan biaya pemasaran, Pada saluran pemasaran ini besarnya biaya pemasaran adalah Rp 2326,66 per Kg dan tiap-tiap Grading buah adalah sama, karena tidak ada perlakuan berbeda dari masing-masing grading , sehingga besarnya biaya dibebankan sama untuk tiap grading- nya.

Keuntungan merupakan balas jasa yang diterima oleh lembaga pemasaran atas kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyampaikan produk-produk sampai pada konsumen akhir. Dalam pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan keuntungan yang diterima oleh produsen dan lembaga pemasaran berbeda-beda, Keuntungan diperoleh dari selisih margin pemasaran dan biaya pemasaran.

4. Efisiensi Pemasaran Buah Mangga Arumanis Saluran pemasaran dianggap efisien apabila masing-masing saluran pemasaran mempunyai nilai persentase pemasaran yang rendah dan nilai Farmer’s Share yang tinggi. Farmer’s Share pada saluran I sebesar 42,22%, saluran II sebesar 52,31%, pada saluran III dan IV terdapat Grading yang nilai Farmer’s Share berbeda-beda, akan tetapi dari masing- masing Grading tersebut nilai Farmer’s Share rendah yaitu <50%. Berdasarkan tinggi rendahnya margin pemasaran dan Farmer’s Share maka saluran pemasaran II merupakan saluran yang paling efisien secara ekonomis dibandingkan dengan saluran pemasaran I,III, dan IV. Hal ini disebabkan karena pada saluran II lembaga yang terlibat dalam pemasaran sedikit, Sedangkan pada saluran III dan IV melibatkan banyak lembaga pemasaran lebih dari satu yaitu pedagang penebas, Pedagang pengumpul, Pedagang Besar, Agen, dan pedagang pengecer.

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa petani, pedagang penebas, dan pedagang pengumpul pada saluran I dan II dalam pembelian dan penjualannya belum melakukan Grading buah mangga Arumanis karena konsumen dalam Kabupaten Magetan belum mengenal Grading buah yang dibelinya. Pada saluran III dan IV petani dan pedagang penebas juga belum melakukan Grading buah, hal ini disebabkan karena petani maupun pedagang penebas tidak cukup tahu kriteria Grading yang diinginkan oleh pedagang pengumpul. Sehingga kegiatan Grading hanya dilakukan oleh pedagang pengumpul, hal ini merupakan strategi pemasaran yang akan memberikan keuntungan yang lebih tinggi dan kualitas buah mangga Arumanis yang dipasarkan.

Tiap-tiap saluran pemasaran sebetulnya semuanya menguntungkan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa saluran pemasaran II nilai Farmer’s Share sebesar 52,31%, sedangkan besarnya margin pemasaran total Rp 1569,39 per kilogram atau 48,29%, secara ekonomis saluran II efisien daripada saluran pemasaran I, III, dan IV. Hal ini disebabkan semakin rendah marjin pemasaran atau semakin tinggi bagian yang Tiap-tiap saluran pemasaran sebetulnya semuanya menguntungkan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa saluran pemasaran II nilai Farmer’s Share sebesar 52,31%, sedangkan besarnya margin pemasaran total Rp 1569,39 per kilogram atau 48,29%, secara ekonomis saluran II efisien daripada saluran pemasaran I, III, dan IV. Hal ini disebabkan semakin rendah marjin pemasaran atau semakin tinggi bagian yang

Kendala-kendala yang dihadapi petani dalam pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan dalam rangka penyampaian barang dari produsen ke konsumen di daerah penelitian yaitu :

a. Petani dalam menjual buah mangga Arumanisnya kurang mau mencari informasi harus kemana menjual untuk mendapatkan harga yang lebih tinggi serta tidak mau melakukan peng-grading-an buah mangga Arumanis.

b. Merosotnya harga buah mangga Arumanis pada saat panen raya dan musim penghujan, bagi petani yang memiliki buah mangga Arumanis yang mempunyai kualitas yang rendah, misalnya fisik yang kurang menarik biasanya pada kulit buah timbul bercak-bercak hitam dan berukuran kecil. Dalam hal ini tentunya tidak menguntungkan bagi petani.

c. Kerusakan diakibat masaknya buah mangga Arumanis yang tidak seragam dalam perjalanan dan sebagian peti rusak, keadaan ini disebabkan buah mangga Arumanis akan dipasarkan untuk jarak jauh, dan belum adanya sistem pengepakan yang baik sehingga buah mangga menjadi mudah rusak, dimana bahan kayu pembuatan peti kurang kuat.