Kerangka Pikir
2.2 Kerangka Pikir
Semakin rumit dan kompleksnya suatu negara berakibat pada bertambah banyak persoalan yang harus dihadapi pemerintah, membuat mereka kuwalahan tidak mampu mengatasi semua permasalahan sendiri. Terlebih permasalahan pedagang kaki lima yang jumlahnya semakin lama semakin bertambah. Dalam perkembangannya PKL sering dipandang illegal dan sebagai kelompok marginal (pinggiran) di perkotaan yang sering menimbulkan berbagai persoalan. Seringkali kita jumpai masalah-masalah yang terkait dengan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat. Kesan kumuh, liar, merusak keindahan, seakan sudah menjadi label paten yang melekat pada usaha mikro ini. Mereka berjualan di trotoar jalan, di taman- Semakin rumit dan kompleksnya suatu negara berakibat pada bertambah banyak persoalan yang harus dihadapi pemerintah, membuat mereka kuwalahan tidak mampu mengatasi semua permasalahan sendiri. Terlebih permasalahan pedagang kaki lima yang jumlahnya semakin lama semakin bertambah. Dalam perkembangannya PKL sering dipandang illegal dan sebagai kelompok marginal (pinggiran) di perkotaan yang sering menimbulkan berbagai persoalan. Seringkali kita jumpai masalah-masalah yang terkait dengan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat. Kesan kumuh, liar, merusak keindahan, seakan sudah menjadi label paten yang melekat pada usaha mikro ini. Mereka berjualan di trotoar jalan, di taman-
Masalah-masalah sosial yang ditimbulkan PKL mendorong pemerintah untuk menata dan mengatur PKL melalui aturan-aturan dan kebijakan-kebijakan dengan mengeluarkan perda tentang PKL maupun melakukan berbagai tindakan seperti penertiban, penggusuran, dan relokasi. Akan tetapi semua itu tidak bisa menyelesaikan permasalahan PKL, bahkan pemerintah seolah-olah kuwalahan dalam menghadapi masalah tersebut sehingga terkesan mengabaikan ataupun kurang memperhatikannya.
Dalam upaya menyelesaikan permasalahan yang ditimbulkan PKL tidak bisa bergantung pada peran pemerintah saja melainkan dimungkinkan campur tangan atau diserahkan pada pihak PKL itu sendiri untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi, karena sebetulnya kunci keberhasilan pemecahan masalah PKL terletak pada para PKL itu sendiri dan bagaimana kapasitas yang dimiliki oleh para PKL dapat tergali. Dengan kondisi seperti itu maka diperlukan model governance PKL yang menekankan unsur interaksi dalam diri PKL itu sendiri maupun interaksi antara PKL dengan stakeholders (pemangku kepentingan) lainnya (termasuk pemerintah, sektor lain non pemerintah, maupun sektor formal). Model seperti ini terutama diperlukan untuk mengurangi aspek negatif yang ditimbulkan PKL tanpa menghilangkan aspek positifnya. Karena sebenarnya jika PKL dapat dikelola dengan baik, ditata dengan konsisten dapat menjadi daya tarik tersendiri.
yang muncul di kelompok PKL Alun-Alun Sukoharjo tidak terdapat kompleksitas hubungan didalamnya, peneliti mengkaji proses governance PKL meliputi tiga hal yaitu: (1) hubungan antara pemerintah dengan kelompok PKL; (2) hubungan antar PKL dalam paguyuban; (3) hubungan paguyuban dengan stakeholders non-government. Dari ketiga aspek tersebut dapat dikaji bentuk-bentuk interaksi yang dilakukan oleh PKL maupun interaksi-interaksi antara PKL dengan stakeholders terkait dalam proses governance PKL dalam upaya memecahkan permasalahan yang ditimbulkan PKL maupun guna mengembangkan usaha PKL kedepannya.
Hubungan pemerintah bisa terkait berupa hubungan antara hak dan kewajiban yakni kewajiban PKL untuk mentaati peraturan dan membayar retribusi harian, pemberikan diskresi kebijakan, baik dituntut oleh PKL maupun atas inisiatif pemerintah sendiri. Hubungan PKL dan pemerintah bisa berupa penyelewengan dana retribusi oleh pihak-pihak tertentu yang ditugasi oleh pihak pemerintah, sehingga memunculkan persoalan akuntabilitas kepada publik oleh pihak yang diberi otoritas untuk mengumpulkan dana retribusi tersebut. Hubungan antara PKL dan pemerintah juga bisa dilihat dari seberapa jauh PKL berpartisipasi/dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan yang bisa berpengaruh bagi kehidupan PKL dimasa depan.
Hubungan antar anggota dalam paguyuban bisa berupa hubungan kerjasama antar anggota PKL dan penyelesaian konflik PKL dalam paguyuban. Sedangkan hubungan paguyuban dengan stakeholders non-government juga berupa kerja sama dan penyelesaian konflik dari dampak yang timbulkan karena keberadaan PKL itu sendiri. Dari uraian diatas dapat diperjelas dengan gambar 2.2.1.
Masalah Sosial Akibat
Ke putusan Pemerintah
Kondisi PKL
untuk Menata PKL
Kemacetan
Perda PKL
Merusak keindahan
Penggusuran
Konflik sosial