Mengevaluasi Hasil Pemilu Lokal

4.4 Mengevaluasi Hasil Pemilu Lokal

n Ujian paling menentukan dalam mengevaluasi keberhasilan pemilu lokal adalah: apakah isu-isu yang

paling menyentuh kehidupan masyarakat sudah diperdebatkan dan ditangani.

Semakin besar keberhasilan masyarakat dalam mengatasi isu-isu penting di tingkat lokal, semakin besar pula sukses pemilu lokal; memang tidak semua isu (misalnya isu politik luar negeri) dapat diatasi di tingkat lokal, namun banyak isu lainnya (misalnya isu lingkungan lokal) yang dapat dibahas dan ditindaklanjuti.

Pertanyaan-pertanyan berikut dapat dipakai untuk menganalisis integritas pemilu lokal:

Kehendak masyarakat . Apakah pemilu itu dapat menunjukkan bahwa kehendak masyarakat telah terungkap dan pejabat pemerintah mengakui legitimasi kehendak itu?

Kemungk ina n a da nya perga ntia n pemena ng . Apakah proses pemilu memungkinkan munculnya pemenang koalisi politik yang lain? Maksudnya, apakah partai oposisi memiliki peluang untuk menang?

Membangun kepercayaan . Apakah pemilu itu berhasil membangun kepercayaan terhadap sistem politik, yakni keyakinan masyarakat atau konstituen bahwa para pemuka politik atau pejabat terpilih akan melaksanakan mandat mereka untuk mewujudkan kepentingan umum?

Pilihan terdidik . Apakah pemilu lokal memberikan kesempatan kepada pemilih dan kandidat untuk mendefinisikan berbagai isu dan memilih solusi yang tepat bagi berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat? Apakah pemilu lokal itu memberi pendidikan kepada warga masyarakat tentang isu-isu penting yang dihadapi oleh masyarakat?

Ajang permainan yang setara . Apakah ajang politik di mana para kandidat dan partai politik itu bermain sudah setara? Maksudnya, adakah kondisi yang memungkinkan kandidat tertentu memperoleh kemenangan dengan cara lebih mudah?

Mandat . Apakah tujuan utama pemilu adalah untuk menimbulkan perseteruan,

M ENINGKAT KAN K UALITAS P EMILU YANG D EMOKRAT IS

pilihan-pilihan pemenang-menguasai-segalanya di antara para calon dan partai- partai, atau apakah pemilu dirancang untuk menghasilkan wakil dari berbagai unsur populasi pemilih, menyerahkan penyelesaian isu-isu sensitif pada tawar- menawar di antara pejabat-pejabat itu?

Ikhtisar 12

Perbandingan Hasil Berbagai Pemilu Lokal

Iran, Februari 1998 Pemilu-pemilu lokal yang diadakan di Iran pada Februari 1998 telah menjadi

indikator penting mengenai peta kekuatan antara kekuatan-kekuatan politik moderat dan konservatif. Pemilu 1998 itu merupakan pemilu lokal pertama yang diadakan sejak revolusi Islam tahun 1979. Lebih dari 300.000 calon bersaing pada peristiwa pemilu yang menyediakan 200.000 kursi untuk dewan lokal; sementara proses pencalonan bagi orang-orang yang mendaftarkan diri untuk jabatan itu (terutama mereka yang bukan pemuka agama atau ulama) menjadi bahan perdebatan sengit antara panel seleksi nasional dan pihak Kementerian Dalam Negeri yang melaksanakan pemilu. Sejak revolusi Islam, kaum ulama telah memegang kartu truf dalam perimbangan kekuasaan politik di Iran. Pemilu-pemilu lokal itu berlangsung sangat seru dan sebagian besar pengamat melihat hasil-hasil mayoritas itu sebagai indikator bahwa para pendukung Presiden Mohammad Khatami yang moderat adalah golongan yang masih memegang kekuasaan.

Israel, November 1998 Di dalam masyarakat terpolitisasi seperti warga Israel, berbagai sumber

pertikaian yang paling pelik pun diperjuangkan lewat jalur politik yang sangat sengit di tingkat lokal. Terutama di kota-kota besar Israel, identitas menjadi isu yang sangat penting; perbedaan antara kelompok Yahudi yang sekuler dan religius, antar berbagai komunitas imigran, dan antara kelompok Yahudi Israel dan kelompok Arab berubah menjadi isu amat sensitif jika sudah menyangkut pengambilan keputusan atau pemilihan perwakilan untuk dewan setempat. Pada pemilu 1998, misalnya, seorang tokoh Arab untuk pertama kalinya memenangkan pemilihan sebagai anggota dewan kota.

Azerbaijan, Desember 1999 Pemilu untuk memilih anggota dewan lokal di negara Azerbaijan diadakan

pada bulan Desember 1999. Itulah pemilu lokal yang pertama kali diadakan pada bulan Desember 1999. Itulah pemilu lokal yang pertama kali diadakan

Bosnia-Herzegovina, April 2000 Sebagai sebuah negara yang dikoyak-koyak perang dan kenangan buruk

kekejaman masa lalu, Bosnia merupakan contoh langka tentang perkembangan demokrasi lokal. Pada April 2000, OSCE mengorganisasikan pemilu lokal di negara ini untuk melengkapi hasil yang diperoleh dua pemilu nasional yang telah diadakan sejak perang saudara usai. Dalam beberapa hal, pemilu-pemilu itu boleh dikatakan berhasil. Partisipasi para pemilih cukup signifikan: kira-kira 70 persen pemilik suara melaksanakan hak pilihnya. OSCE sendiri menyatakan bahwa pelaksanaan pemilu pada umumnya berjalan jujur dan adil (meski tercatat ada beberapa kasus intimidasi dan kekacauan proses pelaksanaan di beberapa distrik). Hasil pemilu itu merefleksikan pola umum peta politik pasca-perang di Bosnia, yakni bahwa partai-partai nasionalistis yang membawa negeri ini ke dalam peperangan masih memperoleh dukungan kuat dari masyarakat masing-masing. Pada saat yang sama, pemilu lokal di sana menunjukkan partai-partai oposisi mulai memperoleh momentum, terutama di daerah-daerah yang mayoritas penduduknya etnis Bosnia.

Afrika Selatan, Desember 2000 Afrika Selatan mengadakan pemilu lokal di seluruh negeri pada Desember

2000, yang bertujuan membentuk badan-badan pemerintahan daerah untuk mempersatukan daerah-daerah yang semula terpecah-belah. Di dalam proses ini, partai Kongres Nasional Afrika (ANC) yang dominan memperoleh kemenangan mayoritas untuk menguasai pemerintahan daerah (mereka

M ENINGKAT KAN K UALITAS P EMILU YANG D EMOKRAT IS

menang di 170 dari 240 daerah pemilihan), meski hasil itu merupakan kemerosotan dari perolehan suara sebelumnya (kemenangan yang diperoleh tidak lebih dari 60 persen dari total suara yang terkumpul, yang merupakan penurunan 4 persen dari hasil pemilu nasional pada 1999). Yang menarik, partai oposisi utama, yakni partai Aliansi Demokratik, memperoleh momentum dengan memenangkan 22 persen dari total perolehan suara dan menguasai sekitar 18 dewan daerah. Proses pemilu lokal itu diawasi ketat karena erat kaitannya dengan sejumlah isu penting yang menyangkut proses

partai ANC, lahirnya partai-partai oposisi multi-etnis, peranan para pemimpin tradisional, pentingnya pengadaan layanan bagi masyarakat, serta semangat masyarakat terhadap perkembangan demokrasi secara umum. Sejauh ini, dari pemilu itu dapat dilihat bahwa benih-benih demokrasi pemilu tetap tumbuh bersemi, dan semarak.