Tipe dan Bentuk Dasar Demokrasi Lokal

2.2 Tipe dan Bentuk Dasar Demokrasi Lokal

n Ada berbagai tipe dan bentuk pemerintahan lokal; dari sistem walikota hingga dewan regional .

Seperti telah dibahas pada Bab 1, demokrasi lokal melibatkan lembaga-lembaga pemerintah lokal, (misalnya walikota, dewan kota, komite-komite, dan struktur- struktur administrasi) serta hubungan di antara para pejabat dan masyarakat di luar pemerintahan resmi. Pemahaman mengenai demokrasi lokal ini dapat digunakan dalam memilih dua kelompok pilihan yang mempengaruhi tipe dan bentuk dasar demokrasi lokal.

Pilihan-pilihan institusional dan inovasi institusional mungkin dapat meningkatkan peran serta masyarakat dan memperkuat manajemen konflik. Institusi politik merupakan cerminan dari aturan main yang telah disepakati bersama. Pada pemerintahan lokal, salah satu penunjang praktik demokrasi yang terpenting adalah sistem pemilu (lihat Bab 4).

Pilihan-pilihan prosedur mungkin mencakup proses partisipasi warga berkenaan dengan isu yang tengah berkembang di masyarakat, misalnya pertemuan warga kota untuk maksud tertentu, penetapan anggaran keuangan masyarakat, upaya- upaya khusus untuk menarik partisipasi kaum perempuan atau remaja, atau praktik-praktik informal seperti kebebasan melakukan orasi di halaman kantor walikota (lihat Bab 5).

Dengan mengacu pada dua pilihan fundamental di atas, kita dapat menjajaki enam tipe dasar pemerintahan lokal yang paling ideal: n

Sistem walikota yang kuat . Di dalam sistem pemerintahan walikota yang kuat, seorang tokoh dipilih menjadi pemimpin wilayah kotapraja, dan dia memiliki ororitas yang cukup luas (yang kerap disertai dengan gaya kepemimpinan karismatik). Walikota itu dipilih untuk menjalani masa jabatan satu atau dua periode, dan sekaligus memainkan peran ganda, yakni menentukan kebijakan publik serta memainkan peranan simbolik yang mewakili tata nilai, karakteristik, serta budaya dari kota yang dipimpinnya. Sosok walikota itu juga berperan sebagai eksekutif yang mengarahkan dan mengelola birokrasi. Tokoh-tokoh walikota yang kuat kerap muncul di kota-kota raksasa (megacity) yang dikarenakan besar/luasnya wilayah perkotaan di sana, tidak memungkinkan terlaksananya partisipasi langsung dari warga masyarakat. Moskow banyak dipandang sebagai kota di mana sosok walikotanya merupakan penguasa terpilih yang sangat kuat, sehingga pejabat-pejabat lain dikalahkan oleh kekuasaannya.

Sistem dewan atau parlementer yang kuat . Di beberapa wilayah kotapraja, ada sebuah kelompok legislatif yang memegang kekuasaan terbesar. Para anggota dewan terpilih itu memiliki otoritas legislatif dan parlementer yang lumayan besar, dan sering juga mereka secara kolektif menjalankan roda birokrasi. Sistem dewan atau parlemen yang kuat kerap menggaji seorang administratur atau manajer kota yang profesional, yang menangani urusan bisnis pemerintah kota serta bertanggung jawab kepada dewan kota. Pemerintahan kota Amsterdam dijalankan oleh sebuah dewan kota dan sekelompok anggota senior dewan kota. Dewan kota memegang kekuasaan tertinggi di kota Amsterdam dan bertanggung jawab mengambil keputusan-keputusan penting. Dewan itu memiliki 45 kursi yang diperebutkan setiap empat tahun oleh berbagai partai

M ENDESAIN S IST EM D EMOKRASI L OKAL

politik yang populer. Walikota Amsterdam ditunjuk oleh Kerajaan Belanda dan memiliki satu kursi di dewan kota namun tidak memiliki hak suara formal.

Penguasa atau pejabat yang ditunjuk. Meskipun sudah jarang terjadi, masih saja ada beberapa kota yang diperintah atau dikelola oleh penguasa (sering disebut walikota, mayor, atau prefect) yang ditunjuk (bukan dipilih) oleh penguasa di tingkat propinsi atau pemerintah pusat. Pemerintahan lokal seperti ini kerap dijumpai di negara-negara sentralistik atau negara yang memberlakukan sistem pemerintahan regional atau propinsi. Kebijakan pemerintah pusat serta merta dijalankan oleh penguasa, dengan semuanya berdasarkan keputusan yang diambil oleh pemerintah di tingkat atas. Kadang- kadang jika sebuah kota (di negara sentralistik) mengalami kebangkrutan atau krisis berat, para penguasa di pusat akan menunjuk pejabat ad interim sampai selesai/teratasinya masalah di kota itu, dan kemudian otoritas atau kekuasaan diserahkan kembali kepada penguasa/pejabat semula. Di Cina, penguasa- penguasa wilayah metropolitan yang terpenting ditunjuk langsung oleh pejabat pusat di Beijing, dan pejabat yang bersangkutan langsung bertanggung jawab kepada pemerintah pusat lewat jalur Partai Komunis atau saluran-saluran pemerintahan yang lain.

Sistem distrik atau wilayah. Ada beberapa kota besar yang menunjukkan tipe pemerintahan terdesentralisir, di mana wilayah-wilayah metropolitan yang paling luas diperintah oleh pejabat distrik atau wilayah (setara rukun kampung atau kumpulan daerah-daerah rukun kampung) yang menikmati desentralisasi atau pelimpahan wewenang pemerintahan. Wewenang yang dilimpahkan itu biasanya tidak bisa dicabut kembali, sedangkan wewenang yang didelegasikan dapat ditarik kembali oleh pejabat pemerintahan pada tingkat yang lebih tinggi. Sistem pemerintahan yang mirip dengan sistem federal pemerintahan nasional ini didasarkan pada pembagian wewenang di dalam wilayah yang luas. Kota New York memiliki otoritas sentral, namun juga memiliki lima wilayah utama (borough) yang memiliki wewenang cukup signifikan serta beberapa posisi jabatan (yang diperebutkan lewat pemilu) dan wewenang administratif yang kuat.

Dewan regional. Banyak kota di zaman sekarang ini yang sesungguhnya merupakan hasil peleburan dari apa yang dahulu – sebelum jaman adanya urbanisasi kolosal dan kemajuan ekonomi dunia – disebut kota-kota kecil atau desa. Banyak contoh yang menunjukkan bahwa wilayah-wilayah metropolitan yang luas masih mengakui wilayah teritorial berikut hak-hak pemerintahan otonom dari wilayah kota-kota kecil yang di masa lalu memang berdiri sendiri, namun dalam hal ini diperlukan upaya koordinasi formulasi kebijakan dan implementasinya yang bersifat lintas wilayah jurisdiksi. Dewan- Dewan regional. Banyak kota di zaman sekarang ini yang sesungguhnya merupakan hasil peleburan dari apa yang dahulu – sebelum jaman adanya urbanisasi kolosal dan kemajuan ekonomi dunia – disebut kota-kota kecil atau desa. Banyak contoh yang menunjukkan bahwa wilayah-wilayah metropolitan yang luas masih mengakui wilayah teritorial berikut hak-hak pemerintahan otonom dari wilayah kota-kota kecil yang di masa lalu memang berdiri sendiri, namun dalam hal ini diperlukan upaya koordinasi formulasi kebijakan dan implementasinya yang bersifat lintas wilayah jurisdiksi. Dewan-

Demokrasi langsung. Ada banyak wilayah kotapraja yang memotong otoritas para pemimpin atau dewan parlemen dan mengambil keputusan-keputusan penting melalui partisipasi langsung warga masyarakat, baik lewat referendum atau pertemuan desa atau rukun kampung. Para birokrat pun sepenuhnya mengimplementasikan keputusan yang diambil para warga. Sebagai contoh, Swiss terdiri atas 23 wilayah yang disebut canton. Masing-masing canton dan half-canton (yang seluruhnya berjumlah tiga dan dibentuk karena alasan historis tertentu) memiliki konstitusi, parlemen, pemerintah dan bahkan sistem peradilan sendiri.

Demokrasi langsung yang berupa Landsgemeinde atau pertemuan warga di tempat terbuka bisa ditemui di daerah (canton) Appenzel Innerrhoden dan daerah (canton) Glarus; sedangkan di canton-canton lainnya, para pemilih menggunakan kotak-kotak suara untuk menyatakan keputusan atau pilihannya. Kesemua canton di Swiss dibagi ke dalam wilayah-wilayah kotapraja dan yang disebut commune. Kurang lebih satu perlima dari 2.900 pemerintah kotapraja di sana memiliki parlemen sendiri; sementara pada empat perlima yang lain, semua keputusan ditetapkan dalam rapat-rapat lokal yang bersifat demokrasi langsung. Tipe pemerintahan seperti ini dibatasi oleh luas/besarnya wilayah kota, meskipun perkembangan terbaru dalam teknologi komunikasi, seperti Internet, misalnya, bisa membuka kemungkinan-kemungkinan baru ke arah pemerintahan lokal yang lebih demokratis (lihat Bagian 5.7).