Apa yang Dimaksud dengan Partisipasi Masyarakat yang Kolaboratif?

5.1 Apa yang Dimaksud dengan Partisipasi Masyarakat yang Kolaboratif?

n Melibatkan segenap komponen masyarakat dalam pengambilan kebijakan akan meningkatkan arus informasi, akuntabilitas, dan perlindungan kepada masyarakat; langkah tersebut juga memberikan suara secara langsung pada pihak-pihak yang terimbas langsung oleh kebijakan publik.

Yang dimaksud dengan kegiatan masyarakat kolaboratif adalah berbagai kebijakan dan metode untuk menciptakan peluang bagi warga masyarakat untuk langsung terlibat dalam penentuan kebijakan publik berikut pelaksanaannya. Sering, lewat pengambilan keputusan kolaboratif itu, berbagai kepentingan dan identitas masyarakat dapat terwakili, dan berbagai sudut pandang dan pendapat dihargai dan diintegrasikan ke dalam sebuah keputusan kolektif. Meski proses pengambilan keputusan itu bisa sulit, rumit, makan waktu, dan kadang-kadang sulit terwujud, manakala sebuah keputusan berdasar konsensus dicapai, hasilnya kerap lebih absah (legitimate) dan diterima khalayak ketimbang keputusan yang diambil sepihak oleh para pejabat yang tidak mengatasnamakan siapa pun.

D alam mengevaluasi tipe pendekatan untuk pengambilan keputusan kolaboratif yang tepat, sebaiknya tetap mengingat dua perbedaan utama yang menyangkut masalah pengambilan keputusan kolaboratif itu, yakni: perbedaan antara metode-metode manajemen pengambilan keputusan yang bersifat ad hoc serta tergantung isu yang merebak di masyarakat (misalnya pertikaian bertopik D alam mengevaluasi tipe pendekatan untuk pengambilan keputusan kolaboratif yang tepat, sebaiknya tetap mengingat dua perbedaan utama yang menyangkut masalah pengambilan keputusan kolaboratif itu, yakni: perbedaan antara metode-metode manajemen pengambilan keputusan yang bersifat ad hoc serta tergantung isu yang merebak di masyarakat (misalnya pertikaian bertopik

Ikhtisar 15 Partisipasi Tradisional Partisipasi yang Ditingkatkan

n Demokrasi perwakilan n Demokrasi langsung n Mencalonkan diri untuk sebuah

n Inisiatif masyarakat jabatan

n Pengumpulan informasi n Memberi suara bagi kandidat

n Konsultasi atau musyawarah tertentu

n Pengambilan keputusan oleh n Aktif di partai politik

masyarakat n Memonitor pelaksanaan pemilu

n Mekanisme-mekanisme penyelesaian n Berkomunikasi dengan pejabat-

konflik dan usaha-usaha untuk pejabat terpilih

memulihkan perdamaian n Keterlibatan di dalam proses-

n Keterlibatan dalam berbagai proses/ proses legislatif atau

kegiatan masyarakat madani pengambilan kebijakan resmi

Menyusun prosedur-prosedur partisipasi yang efektif untuk masyarakat lokal dapat memberikan berbagai peluang strategis untuk membangun demokrasi dan mengatasi konflik sosial yang berkembang pada tingkat nasional. Pemerintah lokal yang ditandai keterlibatan masyarakat yang kuat dan disertai partisipasi yang bermakna, merupakan fondasi dasar bagi demokrasi.

5.1.1 Pentingnya Partisipasi Masyarakat

Ada berbagai alasan mengapa partisipasi dan kolaborasi masyarakat perlu didorong dan difasilitasi. Alasan yang mendasar, mungkin, adalah karena partisipasi itu sendiri adalah bagian inti dari makna hakiki demokrasi. Partisipasi masyarakat penting bagi sebuah pemerintahan yang baik dalam upayanya untuk meningkatkan arus informasi, akuntabilitas, memberikan perlindungan kepada masyarakat, serta memberi suara bagi pihak-pihak yang paling terimbas oleh kebijakan publik yang diterapkan. Pakar demokrasi Robert Dahl menggarisbawahi pentingnya konsep “partisipasi efektif” – yakni warga masyarakat memiliki peluang yang cukup dan

M ENGEMBANGKAN D EMOKRASI P ART ISIPATORIS

sama untuk menyatakan pilihan mereka, mengajukan pertanyan-pertanyan mengenai agenda, dan menyampaikan alasan mengapa mereka lebih mendukung salah satu solusi atau opsi.

Prosedur-prosedur yang mengutamakan dan melestarikan partisipasi (masyarakat) dalam pemilu dan berbagai pengambilan keputusan yang didukung konsensus dapat menghasilkan keputusan yang lebih tinggi keabsahannya sebab masyarakat sudah dilibatkan dalam menyusun keputusan itu, seperti ditegaskan oleh Jane Mansbridge dalam bukunya Beyond Adversary Democracy. Buku itu terutama memaparkan bagaimana pengambilan keputusan kolektif yang dilakukan di sebuah tempat kerja dan gedung balaikota di daerah New England (Amerika Serikat) dapat menghasilkan solusi-solusi yang lebih mantap ketimbang keputusan yang ditempuh lewat metode pemilu atau melalui pendekatan kekuasaan.

Salah satu hasil praktis dari partisipasi adalah terciptanya apa yang disebut “modal sosial” (social capital). Modal sosial adalah kepercayaan dan keyakinan yang terbentuk manakala pemerintah dan masyarakat sipil bertemu dan berembug untuk mengupayakan kebaikan bagi semua pihak, demikian dijelaskan ilmuwan politik Robert Putnam. Modal sosial merupakan basis legitimasi bagi lembaga- lembaga pemerintahan resmi, dan sangat penting untuk mewujudkan pemerintahan yang efektif dan efisien. Tanpa adanya modal sosial ini – maksudnya jika kepercayaan dan keyakinan masyarakat demikian rendah – pekerjaan pemerintah akan terhambat; dan pada akhirnya, masyarakat yang tidak memiliki kepercayaan kepada pemerintah itu akan menjadi masyarakat yang tidak mampu menjalankan fungsi sebagaimana diharapkan; dan skenario terburuk yang bisa terjadi adalah merebaknya tindak kekerasan di antara kekuatan-kekuatan sosial yang bersaing. Kegiatan masyarakat kolaboratif dapat menjadi peranti yang amat penting dalam menyegarkan kembali modal sosial yang sudah ada, atau menyemaikannya jika belum ada.

D engan kian meningkatnya kemajemukan masyarakat, proses-proses pengambilan keputusan yang kolaboratif dapat menyediakan metode-metode baru untuk mencegah, menangani, dan mengatasi pertikaian masyarakat. Di AS, misalnya, para aktivis pemerintahan lokal banyak mengambil inisiatif untuk mengintegrasikan kemajemukan masyarakat di sana ke dalam berbagai bentuk partisipasi yang baru. Laporan dari National Civic League tahun 1997 menyatakan:

Seiring dengan kian meningkatnya jumlah dan kemajemukan para aktor yang ingin berperan serta di dalam keputusan-keputusan masyarakat, proses pengambilan keputusan yang memungkinkan mereka mengakses ke proses- proses itu juga wajib ditingkatkan. Menyatukan berbagai aktor itu – mencari kesamaan visi dan mendefinisikan kepentingan bersama – merupakan sebuah Seiring dengan kian meningkatnya jumlah dan kemajemukan para aktor yang ingin berperan serta di dalam keputusan-keputusan masyarakat, proses pengambilan keputusan yang memungkinkan mereka mengakses ke proses- proses itu juga wajib ditingkatkan. Menyatukan berbagai aktor itu – mencari kesamaan visi dan mendefinisikan kepentingan bersama – merupakan sebuah

Akhirnya, tekanan masyarakat internasional terhadap pemerintah lokal juga akan meningkat, sebab sistem perekonomian internasional jelas berdampak pada berbagai isu penting yang ditangani oleh para pengambil keputusan di tingkat lokal, bersama dengan kian ketatnya standar internasional mengenai pengambilan keputusan yang demokratis. Perlunya meningkatkan partisipasi (masyarakat) dalam pemerintahan lokal tampaknya merupakan konsekuensi langsung dari berubah- ubahnya tekanan yang muncul dari dunia industri yang kian mengglobal. Untuk mewujudkan pembangunan lokal yang berkesinambungan, suatu pemerintahan yang partisipatoris merupakan syarat utama.

Ikhtisar 16 Kata-Kata Kunci dalam Pengambilan Keputusan Kolaboratif Kolaborasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana berbagai

kepentingan yang ada di dalam masyarakat disatukan melalui suatu proses pengambilan keputusan bersama yang terstruktur. Kerap kali melibatkan pihak ketiga untuk melancarkan pengambilan keputusan. Jika sudah tercapai konsensus, sering pula disusun mekanisme untuk mengimplementasikan keputusan-keputusan yang dicapai. Pendekatan-pendekatan kolaboratif sering digunakan untuk mengatasi isu-isu pembangunan dan kesejahteraan ekonomi, penetapan sasaran, perencanaan dan penyusunan kebijakan, serta implementasi berbagai kebijakan atau program. Pengambilan keputusan kolaboratif ada kaitannya dengan upaya-upaya mencegah pertikaian dengan melibatkan semua pihak untuk mengambil sebuah keputusan sebelum konflik yang dikhawatirkan itu meletus, mengatasi perbedaan-perbedaan yang terjadi, dan menyelesaikan berbagai perselisihan yang mengancam keutuhan (kesehatan) dan persatuan masyarakat.

Resolusi atau penyelesaian konflik adalah istilah yang bermakna luas, yang antara lain berarti pencegahan, penanganan, dan penyelesaian konflik/ pertikaian. Seperti dijelaskan oleh pakar John Burton, “Pengambilan keputusan di tingkat masyarakat bawah cenderung terfokus pada kebutuhan dasar manusia yang kerap mengemuka dalam kehidupan keluarga, masyarakat, atau sekolah. Karenanya, keputusan itu bisa lebih ampuh dalam mengatasi masalah, dibandingkan dengan keputusan-keputusan yang diambil tanpa melibatkan kontak tatap muka langsung antara para pengambil

M ENGEMBANGKAN D EMOKRASI P ART ISIPATORIS

keputusan dan mereka yang akan mengalami dampaknya.” Mengatasi isu- isu kebutuhan dasar manusia secara kolaboratif merupakan kunci penyelesaian konflik dan pencegahan tindak kekerasan.

Konsensus dapat didefinisikan sebagai aturan main pengambilan keputusan yang berlaku di dalam suatu proses kolaboratif. Konsensus melibatkan suatu keputusan kelompok yang diterima atau ditaati oleh semua – atau sebanyak mungkin — peserta, termasuk di dalamnya pihak-pihak yang berpotensi “mengacau” atau “merusak” keputusan itu. Keputusan itu dicapai lewat sebuah dialog yang terbuka dan jujur, saling memberi dan menerima, dan didasari oleh semangat untuk menghargai perbedaan pendapat. Idealnya, proses-proses pengambilan keputusan ini melibatkan kekuatan dan tanggung jawab yang sama besar dari semua pihak, meskipun hal ini sulit diwujudkan apabila terdapat pihak-pihak dengan kepentingan yang sangat kuat.