Konsepsi Setting Perilaku Behavior Setting

2.2.2. Konsepsi Setting Perilaku Behavior Setting

Konsepsi perilaku merupakan suatu bentuk dari beberapa teori dari perilaku yang dikemukakan oleh beberapa ahli, dimana perilaku sebagai bentuk dari reaksi fisik dan non fisik dari manusia terhadap kondisi lingkungan. Terdapat banyak teori yang dikembangkan oleh para ahli dan menunjukkan pendekatannya masing-masing. Perilaku yang merupakan wujud dari kebudayaan secara konseptual juga membentuk sebuah setting, yang menjadikan perilaku tersebut dapat dikelompokkan sebagai sebuah tata aturan yang memberikan pengaruh terhadap aspek kehidupan masyarakat, dimana salah satunya adalah berkaitan dengan interaksinya dengan lingkungan yang dikenal dengan behavior setting. Behaviour setting dapat diartikan secara sederhana sebagai suatu interaksi antara suatu kegiatan dengan tempat yang spesifik. Dengan demikian behaviour setting mengandung unsur-unsur sekelompok orang yang melakukan suatu kegiatan, aktivitas atau perilaku dari sekelompok orang tersebut, dimana kegiatan tersebut dilakukan, serta waktu spesifik saat kegiatan tersebut dilaksanakan Haryadi dan Setiawan, 1995. Dengan bahaviour setting, dapat diidentifikasikan perilaku-perilaku yang secara konstan atau regular muncul pada situasi tempat atau setting tertentu. Behaviour setting kemudian dijabarkan lagi dalam dua bentuk HaryadiSetiawan, 1995 yaitu: 1. Sistem of setting, adalah sistem tempat atau diartikan sebagai rangkaian elemen- elemen fiscal atau spasial yang mempunyai hubungan tertentu dan terkait sehingga dipakai untuk kegiatan tertentu. 2. Sistem of actifity, adalah sistem kegiatan yang diartikan sebagai suatu rangkaian perilaku yang sengaja dilakukan oleh satu atau beberapa orang. Manusia sebagai mahluk yang berasio dan berbudaya, selalu berusaha untuk menstrukturkan, memahami dan memberikan makna kepada lingkungan disekitarnya, dimana mereka tinggal. Hal ini dikenal sebagai proses kognisi lingkungan. Proses kognisi lingkungan ini sangat penting karena ketika manusia ingin membentuk atau mengubah lingkungannya, kognisi lingkungan ini bekerja dan menentukan produk dari lingkungan yang akan diciptakan. Kognisi lingkungan sebagaimana dijelaskan Rapopport 1977, ditentukan oleh tiga faktor, yakni; organismic, environmental dan cultural. Ketiganya saling berinteraksi dan mempengaruhi proses kognisi. Bisa dikatakan, bahwa kognisi lingkungan tersebut merupakan sesuatu yang abstrak atau intangible karena berkaitan dengan pamahaman dan pikiran manusia dalam memperlakukan lingkungan dimana manusia itu tinggal dan berinteraksi. Jika dikaitkan dengan ruang, maka kognisi lingkungan ini dapat diproyeksikan dalam bentuk model spasial yang biasa dikenal sebagai peta mental. Peta mental sendiri adalah gambaran spasial yang spesifik terhadap suatu lingkungan, didefinisikan sebagai gambaran spasial yang spesifik terhadap suatu lingkungan dan berpengaruh terhadap pola perilaku seseorang Haryadi dan Setiawan, 1995. Berdasarkan pengertian peta mental tersebut, bisa disimpulkan bahwa setiap orang mempunyai peta mental yang berbeda terhadap suatu lingkungan yang sama, ini berlaku untuk masyarakat yang tinggal di kota. Tetapi pada lingkungan pemukiman yang kecil dalam hal ini adalah desa tradisional, maka masyarakat desa tersebut dimungkinkan akan mempunyai peta mental yang mirip. Hal ini disebabkan oleh masyarakat desa mempunyai interaksi dan pengalaman yang relatif sama terhadap desanya, sehingga proses kognisi yang menghasilkan peta mental masyarakat desa tersebut dapat dikatakan relatif mirip.

2.3. Konsepsi Tangible, Intagible dan Abstract