Sintesa Kajian Teori IMPLIKASI PEMANFAATAN LAHAN DAN MANAJEMEN LALU LINTAS JALAN TERHADAP KONSUMSI BBM DI KOTA TEGAL - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

58 transport in Cairo and Giza; Keterbatasan kenyamanan dan ruang publik terbuka di permukiman informal Giza Lack of amenities and open public space in Giza’s informal settlements; Keterbatasan ruang untuk sanitasi Lack of space for sanitations solutions Acioly dalam Mike Jenks, 1996:137.

2.11 Sintesa Kajian Teori

Dalam Rencana tata guna lahan ditentukan berbagai jenis penggunaan lahan misalnya untuk permukiman, perdagangan, industri dan berbagai kebutuhan umum lainnya. Di dalam uraiannya terdapat kebijaksanaan–kebijaksanaan, sedangkan peta–peta menggambarkan penerapan rencana pada ruang yang tersedia. Sifat rencana tata guna lahan bisa berlainan karena jenis dan luas lingkungan, struktur pemerintahan serta peraturan–peraturan negara bagian dan kotamadya atau kabupaten yang mengatur masalah perlahanan Roberts, 1988 dalam Catanase. Sebaran geografis antara tata guna lahan sistem kegiatan serta kapasitas dan lokasi dari fasilitas transportasi sistem jaringan digabungkan untuk mendapatkan arus dan pola pergerakan lalulintas di daerah perkotaan sistem pergerakan. Besarnya arus dan pola pergerakan lalu lintas sebuah kota dapat memberikan umpan-balik untuk menetapkan lokasi tata guna lahan yang tentu membutuhkan prasarana baru pula Tamin, 2000. Pergerakan lalulintas merupakan fungsi tata guna lahan yang menghasilkan pergerakan lalu lintas. Bangkitan lalulintas ini mencakup: - Lalulintas yang meninggalkan suatu lokasi 59 - Lalu lintas yang menuju lokasi Hasil keluaran dari perhitungan bangkitan dan tarikan lalulintas berupa jumlah kendaraan, orang, atau angkutan barang per satuan waktu, misalnya kendaraanjam. Kita dapat dengan mudah menghitung jumlah orang atau kendaraan yang masuk atau keluar dari suatu luas tanah tertentu dalam satu hari atau satu jam untuk mendapatkan bangkitan dan tarikan pergerakan. Bangkitan dan tarikan lalulintas tersebut tergantung pada dua aspek tata guna lahan: - jenis tata guna lahan dan - jumlah aktivitas dan intensitas pada tata guna lahan tersebut. Jenis tata guna lahan yang berbeda permukiman, pendidikan, dan komersial mempunyai ciri bangkitan lalulintas yang berbeda: - jumlah arus lalulintas - jenis lalulintas pejalan kaki, truk, mobil - lalu lintas pada waktu tertentu kantor menghasilkan arus lalulintas pada pagi dan sore hari, sedangkan pertokoan menghasilkan arus lalulintas di sepanjang hari Tamin, 2000:43. Peningkatan volume lalu lintas yang tidak diimbangi dengan kapasitas suatu jalan akan mengakibatkan kemacetan lalu lintas. Kemacetan lalu lintas akan meningkatkan konsumsi bahan bakar. Ada hubungan yang mendasar antara konsumsi bahan bakar dan kecepatan, di luar dari pengaruh geometrik jalan, kekasaran permukaan dan kondisi lalu lintas. Untuk itu perlu diadakan manajemen lalu lintas guna mempertahankan kecepatan rencana kendaraan agar konsumsi bahan bakar dapat dihemat. 60 Rekayasa manajemen lalu lintas dapat dilakukan dengan berbagai cara: perbaikan sistem lampu lalu lintas dan sistem jaringan jalan, kebijakan perparkiran dan prioritas angkutan umum Tamin, 2000:523. Ada dua aspek yang akan dikaji dalam menemukan konsep sistem transportasi yang hemat energi yaitu: tata guna lahan dan manajemen lalu lintas. Konsep sistem transportasi yang hemat energi diadopsi dari konsep kota hemat energi. Dari uraian di atas dapat disimpulkan variabel–variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu: pemanfaatan lahan di sekitar ruas jalan yang diteliti, pola pergerakan, jumlah arus lalulintas, jenis lalulintas pejalan kaki, truk, mobil, lalu lintas pada waktu tertentu jam puncak, jumlah aktivitas dan intensitas pada tata guna lahan tersebut, jarak tempuh, kecepatan kendaraan, kondisi geometrik jalan dan manajemen lalu lintas di wilayah penelitian. 61 BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG PEMANFAATAN LAHAN DAN KONDISI LALU LINTAS JALAN DI KOTA TEGAL

3.1 Struktur Tata Ruang Kota Tegal