Konsumsi Bahan Bakar Minyak pada Transpotasi Jalan Konsep Kota Hemat Energi dan Kota Kompak Compact City

56 LT Truk Besar = Truk tiga gandar dan truk kombinasi dengan jarak gandar gandar pertama ke kedua 3,5 m sesuai sistem klasifikasi Bina Marga. LB Bis Besar = Bis dengan dua atau tiga gandar dengan jarak as 5,0 - 6,0 m.

2.9 Konsumsi Bahan Bakar Minyak pada Transpotasi Jalan

Faktor–faktor yang mempengaruhi konsumsi bahan bakar mencakup jarak tempuh, geometrik jalan, kecepatan, perubahan kecepatan, kekasaran permukaan jalan dan faktor–faktor lain yang berpengaruh pada kecepatan seperti: lebar lajur, jumlah lajur, lebar bahu, dan kondisi lalu lintas. Diperkirakan ada hubungan yang mendasar antara konsumsi bahan bakar dan kecepatan, di luar dari pengaruh geometrik jalan, kekasaran permukaan dan kondisi lalu lintas. Konsumsi seperti itu disebut sebagai konsumsi bahan bakar dasar yang didefinisikan sebagai konsumsi bahan bakar pada kondisi lalu lintas bebas, kelandaian yang relatif datar 0, dan kekasaran permukaan relatif tidak mempengaruhi konsumsi bahan bakar. Konsumsi tersebut selanjutnya disebut sebagai basic fuel. Dengan demikian spesifikasi model konsumsi bahan bakar dapat dijelaskan sebagai berikut: Konsumsi bahan bakar = basic fuel 1 + k k + k l + k r .....................1 dimana: basic fuel dalam liter 1000 km k k = koreksi akibat kelandaian k l = koreksi akibat kondisi lalu lintas k r = koreksi akibat kekasaran jalan roughness Hubungan basic fuel dengan kecepatan v sebagai berikut : 57 Basic fuel = 0,0284 V 2 – 3,0644 + 141,68 ..........................................2 Basic fuel bus = 2.2655 x Basic fuel Kijang Basic fuel truk = 2.3004 x Basic fuel Kijang

2.10 Konsep Kota Hemat Energi dan Kota Kompak Compact City

Menurut Budi 2005, ada tiga persoalan kota yang sangat penting untuk diperhatikan dalam membangun kota hemat energi yakni pertama perencanaan sistem transportasi dan manajemen lalu lintas transport planning and traffic management, kedua, perencanaan dan perancangan tata ruang kota dan tata guna lahan urban spaces and land-use planning and design, dan ketiga, erencanaan dan perancangan tata lingkungan dan tata bangunan lanscape and building planning and design. Dari studi kasus di Mesir dan Brazil dapat diringkas keuntungan dan permasalahan dari Compact City. Keuntungan: Potensi interaksi sosial di Mesir Potential for social interaction di Mesir; Penggunaan sumberdaya lahan yang optimal di Curitiba dan Sao Paulo Optimal use of land resources in Curitiba dan Sao Paulo; Kemudahan akses ke pelayanan dasar dan perdagangan kecil di Mesir Easier access to consumers in Curitiba and Egypt; Keanekaragaman dan vitalitas kota di Mesir dan Curitiba Urban vitality and diversity in Egypt and Curitiba; Efisiensi penyediaan infrastruktur di Brazil Eficiency in infrastructure supply in Brazil; Efisiensi Transportasi publik di Brazil Efficiency of public transport in Curitiba. Sedangkan permasalahannya : Kelebihan beban infrastruktur dan kemacetan di Kairo Congestion and overload of infrastructure in Cairo; Transportasi publik yang penuh di Kairo dan Giza Crowded public 58 transport in Cairo and Giza; Keterbatasan kenyamanan dan ruang publik terbuka di permukiman informal Giza Lack of amenities and open public space in Giza’s informal settlements; Keterbatasan ruang untuk sanitasi Lack of space for sanitations solutions Acioly dalam Mike Jenks, 1996:137.

2.11 Sintesa Kajian Teori