22
C. Analisis Manajemen Lalu Lintas
Yang dimaksud analisis manajemen lalu lintas jalan di sini adalah menganalisis jenis penerapan manajemen lalu lintas jalan untuk meningkatkan
kapasitas jalan sehingga arus lalu lintas menjadi lancar yang ditunjukkan dengan menurunnya nilai derajat kejenuhan. Prinsip manajemen lalu lintas
ditekankan pada pemanfaatan fasilitas ruas jalan yang ada Tamin, 2005:549, seperti:
- pemanfaatan lebar jalan secara efektif
- kelengkapan marka dan rambu jalan yang memadai serta seragam
sehingga ruas jalan dapat dimanfaatkan secara optimal baik dari segi kapasitas maupun keamanan lalulintas yang meliputi sistem satu arah,
pengendalian parkir, pengaturan lokasi rambu berbalik arah, pengendalian kaki lima, pengaturan belok, serta kelengkapan marka dan rambu jalan.
Tujuan pokok manajemen lalu lintas adalah memaksimumkan pemakaian sistem jalan yang ada dan meningkatkan keamanan jalan, tanpa merusak
lingkungan Hobbs, 1995:269. Beberapa studi simulasi dan pengukuran di jalan–jalan menunjukkan
pentingnya langkah–langkah manajemen lalu lintas dalam hal konsumsi bahan bakar. Semakin berkurang kebisingan karena percepatan kendaraan, semakin
baik efisiensi kendaraan, yang mengakibatkan penghematan bahan bakar dan polusi Hobbs, 1995:282.
23
Hasil dari analisis manajemen lalu lintas adalah seberapa besar pengaruh manajemen lalu lintas terhadap kapasitas jalan yang berpengaruh terhadap
konsumsi BBM.
D. Analisis Konsumsi Bahan Bakar
Analisis konsumsi bahan bakar dilakukan dengan membandingkan konsumsi bahan bakar pada waktu lalu lintas macet dengan konsumsi bahan bakar pada
waktu tidak terjadi kemacetan lalu lintas setelah diadakan manajemen lalu lintas.
Faktor–faktor yang mempengaruhi konsumsi bahan bakar mencakup jarak tempuh, geometrik jalan, kecepatan, perubahan kecepatan, kekasaran
permukaan jalan dan faktor–faktor lain yang berpengaruh pada kecepatan seperti: lebar lajur, jumlah lajur, lebar bahu, dan kondisi lalu lintas.
Diperkirakan ada hubungan yang mendasar antara konsumsi bahan bakar dan kecepatan, di luar dari pengaruh geometrik jalan, kekasaran permukaan dan
kondisi lalu lintas. Konsumsi seperti itu disebut sebagai konsumsi bahan bakar dasar yang didefinisikan sebagai konsumsi bahan bakar pada kondisi lalu
lintas bebas, kelandaian yang relatif datar 0, dan kekasaran permukaan relatif tidak mempengaruhi konsumsi bahan bakar. Konsumsi tersebut
selanjutnya disebut sebagai basic fuel. Dengan demikian spesifikasi model konsumsi bahan bakar dapat dijelaskan sebagai berikut:
Konsumsi bahan bakar = basic fuel 1 + k
k
+ k
l
+ k
r
dimana: basic fuel dalam liter1000 km
24
k
k
= koreksi akibat kelandaian k
l
= koreksi akibat kondisi lalu lintas k
r
= koreksi akibat kekasaran jalan roughness Konsumsi bahan bakar tidak dapat diukur secara teliti dalam selang waktu
yang kecil Bowyer, 1985 dalam LAPI–ITB, 1986. Hubungan basic fuel dengan kecepatan v sebagai berikut :
Basic fuel = 0,0284 V
2
– 3,0644 + 141,68 Basic fuel bus = 2.2655 x Basic fuel Kijang
Basic fuel truk = 2.3004 x Basic fuel Kijang
TABEL I.2 FAKTOR KOREKSI KONSUMSI BAHAN BAKAR DASAR KENDARAAN
g -5 -0,337
Faktor koreksi akibat kelandaian negatif K
k
-5 g 0 -0,158
0 g 5 0,4
Faktor koreksi akibat kelandaian positif K
k
g 5 0,82
0 NVK 0,6 0,05
0,6 NVK 0,8 0,185
Faktor koreksi akibat kondisi arus lalu lintas K
l
NVK 0,8 0,253
3 m km 0,035
Faktor koreksi akibat kekasaran jalan K
r
3m km 0,085
g = kelandaian NVK = nisbah volume per kapasitas
Sumber: LAPI-ITB 1996
E. Analisis Implikasi Pemanfaatan Lahan dan Manajemen Lalu Lintas