Jenis – jenis sambungan dibedakan menjadi sambungan satu irisan menyambungkan dua batang kayu, dua irisan menyambungkan tiga irisan dan
seterusnya. Selain itu juga ada dikenal jenis sambungan takik. Menurut sifat gaya yang bekerja pada sambungan, sambungan dibedakan atas sambungan desak, sambungan tarik
dan sambungan momen. Berdasarkan interaksi gaya – gaya yang terjadi pada sambungan, alat sambung
mekanik di bagi atas dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok yang kekuatan sambungan berasal dari interaksi antar kuat lentur alat sambung dengan kuat desak atau
kuat geser kayu.. Kelompok kedua adalah kelompok alat sambung yang kekuatan sambungannya ditentukan oleh luas bidang dukung kayu yang disambungnya. Yang
tergolong kelompok pertama adalah paku dan baut. Sedangkan kelompok kedua adalah pasak kayu Koubler, cincin belah split ring , pelat geser, spike grid, single atau double
sided toothed plate dan toothed ring. Pada tugas akhir ini yang digunakan adalah alat sambung jenis pertama yaitu
baut. Berikut akan diuraikan dengan jelas dari alat sambung tersebut.
II.6.1 Perencanaan Sambungan
Menurut revisi PKKI – NI 5 2002 sambungan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga :
Zu ≤ λ
z
Z’
Universitas Sumatera Utara
Dimana : Zu = adalah tahanan perlu sambungan λ = adalah faktor waktu yang berlaku yang nilainya sama
dengan 1,0
z
= adalah faktor tahanan sambung nilainya 0.65
Z’ = adalah tahanan terkoreksi sambungan.
Tahanan terkoreksi sambungan diperoleh dari hasil perkalian antara tahanan acuan sambungan dengan faktor – faktor koreksi Keberlakuan faktor koreksi – faktor koreksi
untuk setiap jenis sambungan harus sesuai dengan diisyaratkan pada tabel II-3.
Tabel II – 4 Keberlakuan factor koreksi FK untuk sambungan
Kondis i
Terkor eksi =
Kondi si
acuan FK
diafragm a
FK aksi
Kelo mpok
FK Geom
etri FK
Kedalama n
Penetrasi FK
Serat Ujun
g FK
Pelat sisi
FK Paku
Mirin g
Z
’
= Z
’ w
= Z
Z
w
C
di
Paku pasak
C
d
C
eg
C
eg
C
m
C
m
Z
’
= Z
’ w
= Z
Z
w
Sekru p
C
d
C
eg
Z
’
= Z
C
g
Baut C
∆
Z
’
= Z
C
g
Sekru C
∆
C
eg
Universitas Sumatera Utara
Z
’ w
= Z
w
p kunci,
pen C
∆
C
eg
Z
’
= Z
’ ┴
= Z
Z
┴
C
g
C
g
Pelat geser,
cincin belah
C
∆
C
’ ∆
C
d
C
d
C
m
II.6.2. Perihal Faktor Koreksi Untuk Sambungan
Pada sambungan, faktor layan basah, C
m
tidak hanya bergantung pada kondisi penggunaan, tetapi juga bergantung pada kondisi saat difabrikasi. Kondisi acuan untuk
penggunaan kering mengacu pada sambungan – sambungan yang difabrikasi dari material dalam keadaan kering dan digunakan pada kondisi layan kering.
Faktor layan basah tidak memperhitungkan pengaruh korosi bila sambungan akan diekspose terhadap lingkungan korosif maka tahanan sambungan harus
memperhitungkan pengaruh korosi pada elemen penyambung ataupun alat penyambung baja. Alat pengencang yang digunakan pada bahan kayu yang diberi perlakuan secara
kimiawi harus diberi perlindungan yang cukup sesuai dengan tata cara yang berlaku.
II.6.3 Faktor Waktu Untuk Sambungan
Faktor waktu,
, tidak diperbolehkan melebihi 1,0 untuk sambungan. Sebagai
tambahan, jika perencanaan sambungan ditentukan oleh kegagalan pada elemen penyambung atau alat pengencang yang terbuat dari bahan non kayu maka
= 1,0.
II.6.4. Alat Pengencang , alat sambung dan elemen penyambung