No Satuan Kerja Perangkat Daerah
Jabatan dalam Dinas PPK – SKPDPPKD
Pelatihan 25.
RSUD. Dr. Kumpulan Pane Kasubbag Keuangan
26. Inspektorat
Kepala Tata Usaha 27.
Kantor Ketahanan Pangan Kepala Tata Usaha
28. Akbid PEMKO
Kasubbag Keuangan 29.
Kecamatan Bajenis Kasubbag Keuangan
30. Sekretariat Daerah Kota
Kasubbag Umum 31. Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
Kasubbag Keuangan 32.
PPKD Kasubbag Akuntansi
Sumber: Pemerintah Kota Tebing Tinggi, 2010.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini yang akan diberikan kuisioner adalah seluruh pejabat Pengelola Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah PPK-SKPD serta Pejabat
Pengelolaan Keuangan Daerah. Tahapan dalam pengumpulan terdiri dari dua tahap. pertama adalah melakukan penyebaran kuisioner secara langsung kepada Pejabat
Pengelola Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah PPK-SKPD serta Pejabat Pengelola Keuangan Daerah kemudian menunggu pengisian kuisioner tersebut.
Tahapan yang kedua adalah pengambilan kuisioner yang telah diisi oleh seluruh Pejabat Pengelola Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah PPK-SKPD serta
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah PPKD untuk kemudian dilakukan pengolahan data dari kuisioner tersebut.
4.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan lima variabel independen Peraturan, Latar Belakang Pendidikan, Pelatihan, dan Komitmen serta Perangkat Pendukung dan satu
Lanjutan Tabel 4.1
Universitas Sumatera Utara
variabel dependen yaitu Kemampuan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
4.5.1. Variabel Dependen
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah kemampuan penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah berdasarkan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku yang diartikan sebagai kemampuan dari masing- masing SKPD dalam menyusun laporan keuangan pemerintah daerah yang terdiri dari
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan Atas Laporan Keuangan sesuai dengan Permendagri 13 Tahun 2006 dan Standar Akuntansi Pemerintahan. Pengukur
variabel ini adalah sebagai berikut: a.
Laporan keuangan SKPD yang disusun terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
b. Laporan keuangan Pemerintah Daerah yang disusun terdiri dari Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan. c.
PPKD menyusun laporan keuangan Pemerintah Daerah dengan cara menggabungkan laporan-laporan keuangan SKPD.
d. SKPD dan Pemerintah Daerah harus menyusun laporan keuangan tepat waktu
yaitu untuk laporan keuangan SKPD disusun paling lambat 2 dua bulan setelah tahun anggaran berakhir, sedangkan laporan keuangan pemerintah daerah paling
lambat 3 tiga bulan setelah tahun anggaran berakhir. Variabel ini diukur dengan skala interval. Untuk penilaiannya adalah sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Sangat Tidak Setuju STS
Skor 1 2.
Kurang Setuju KS Skor 2
3. Ragu-ragu N
Skor 3 4.
Setuju S Skor 4
5. Sangat Setuju SS
Skor 5
4.5.2. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini yaitu: 1.
Peraturan pada variabel ini adalah Peraturan, keputusan, prosedur-prosedur dan perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan dan penyusunan laporan
keuangan daerah. Variabel ini diukur dengan menggunakan indikator-indikator sebagai berikut:
a. Pemerintah daerah harus membuat peraturan tentang pokok-pokok
pengelolaan keuangan daerah, sistem akuntansi dan kebijakan akuntansi sehingga memudahkan dalam penyusunan laporan keuangan daerah.
b. Peraturan tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah, sistem dan
kebijakan akuntansi harus dibuat dalam peraturan daerah dan peraturan kepala daerah.
c. Pemerintah daerah harus membuat prosedur akuntansi penerimaan kas, dan
prosedur akuntansi aset tetapbarang milik daerah prosedur akuntansi selain kas.
d. Sistem akuntansi SKPD dilaksanakan oleh PKK – SKPD dan sistem akuntansi
pemerintah daerah dilakukan oleh PPKD – selaku BUD.
Universitas Sumatera Utara
e. PPK – SKPD dan PPKD harus mengkoordinasikan pelaksanaan sistem dan
prosedur akuntansi tersebut dengan penatausahaan keuangan pengelolaan keuangan daerah oleh bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran.
Variabel ini diukur dengan skala interval. Untuk penilaiannya adalah sebagai berikut:
1. Sangat Tidak Setuju STS
Skor 1 2.
Kurang Setuju KS Skor 2
3. Ragu-ragu N
Skor 3 4. Setuju S
Skor 4 5. Sangat Setuju SS
Skor 5 2.
Latar belakang pendidikan dalam penelitian ini adalah latar belakang pendidikan yang diperoleh pejabat pengelola keuangan Satuan kerja perangkat Daerah PKK
– SKPD dan pejabat pengelola keuangan Daerah PPKD di bangku pendidikan
formal menunjang kemampuannya melaksanakan penyusunan laporan keuangan SKPD dan pemerintah daerah. Indikator yang digunakan untuk mengukur
variabel ini adalah sebagai berikut:
a. Pegawai mempunyai latar belakang pendidikan akuntansi.
b. Penempatan pegawai pada posisi yang tepat dan benar sebagai PPK –
SKPD, bendahara penerimaan maupun bendahara pengeluaran.
Variabel ini diukur dengan skala Interval. Untuk penilaiannya adalah sebagai berikut:
1. Sangat Tidak Setuju STS Skor 1
Universitas Sumatera Utara
2. Kurang Setuju KS
Skor 2 3.
Ragu-ragu N Skor 3
4. Setuju S
Skor 4 5.
Sangat Setuju SS Skor 5
3. Pelatihan dalam penelitian ini adalah seperangkat penambahan pengetahuan dan
keterampilan responden yang bertujuan agar dapat meningkatkan profesionalisme dan produktivitas kerja yang baik dalam kemampuan penyusunan laporan
keuangan pemerintah daerah. Adapun penyusunan laporan keuangan pemerintah
daerah. Adapun indikator pengukuran variabel ini adalah sebagai berikut:
a. Pengalaman bekerja pegawai di bidang pengelolaan keuangan daerah
b. Pegawai yang pernah mengikuti pelatihan mengenai akuntansi.
Variabel ini diukur dengan skala interval. Untuk penilaiannya adalah sebagai berikut:
1. Sangat Tidak Setuju STS Skor 1
2. Kurang Setuju KS
Skor 2 3.
Ragu-ragu N Skor 3
4. Setuju S
Skor 4 5.
Sangat Setuju SS Skor 5
4. Komitmen artinya adalah keinginan dari setiap Pejabat Pengelola Keuangan
Satuan Kerja Perangkat Daerah PPK – SKPD dan Pengelolaan Keuangan Daerah PPKD untuk melakukan perubahan sesuai dengan adanya Peraturan dan
Universitas Sumatera Utara
perundang-undangan yang berlaku dalam penyusunan laporan keuangan daerah.
Pengukuran variabel diukur melalui sebagai berikut:
a. Pejabat atau pegawai harus mengetahui mengenai tata cara penyusunan
laporan keuangan sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 dan Standar Akuntansi Pemerintahan.
b. Keinginan dan kemauan pejabat dan pegawai harus dimiliki untuk menyusun
laporan keuangan sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 dan
Standar Akuntansi Pemerintahan.
c. Penyusunan laporan keuangan yang tidak sesuai dengan Permendagri Nomor
13 Tahun 2006 dan Standar Akuntansi Pemerintahan Daerah menyebabkan
laporan keuangan kurang informatif bagi pengguna.
Variabel ini diukur dengan skala interval. Untuk penilaiannya adalah sebagai berikut:
1. Sangat Tidak Setuju STS Skor 1
2. Kurang Setuju KS
Skor 2 3.
Ragu-ragu N Skor 3
4. Setuju S
Skor 4 5.
Sangat Setuju SS Skor 5
5. Perangkat Pendukung dalam penelitian ini adalah ketersediaan perangkat
pendukung yang akan membantu mereka dalam melaksanakan tugas seperti ketersediaan perangkat komputer dan software yang berkaitan dengan kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
dan didukung keahlian pegawai untuk mengoperasikan perangkat komputer
tersebut. Variabel ini diukur berdasarkan sebagai berikut:
a. Tersedianya perangkat keras hardware untuk melaksanakan program
perangkat lunak software. b.
Tersedianya perangkat lunak software untuk memproses data akuntansi. c.
Adanya keterampilan dan keahlian pegawai dalam mengaplikasikan komputer dalam memproses data akuntansi dengan menggunakan perangkat lunak
software.
Variabel ini diukur dengan skala interval. Untuk penilaiannya adalah sebagai berikut:
1. Sangat Tidak Setuju STS
Skor 1 2.
Kurang Setuju KS Skor 2
3. Ragu-ragu N
Skor 3 4.
Setuju S Skor 4
5. Sangat Setuju SS
Skor 5 Atas hal tersebut maka dapat disusun matriks operasional variabel pada Tabel
4.2 berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2. Definisi Operasional Variabel
Jenis Variabel Definisi Operasional
Alat Ukur Skala
A. Dependen
1. Kemampuan
Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah
B. Independen
1. Peraturan
Kemampuan penyusunan
laporan keuangan
pemerintah daerah
adalah Kemampuan
dari masing-masing SKPD
dalam penyusunan
laporan keuangan
pemerintah daerah
yang disusun
dan disajikan oleh Pejabat
Pengelola Keuangan
Satuan Kerja Perangkat Daerah dan Pejabat
Pengelola Keuangan
Daerah sesuai dengan permendagri 13 Tahun
2006 dan
Est ándar
Akuntansi Pemerintahan.
Peraturan
adalah Peraturan,
keputusan, prosedur-prosedur dan
perundang-undangan yang berkaitan dengan
pengelolaan dan
penyusunan laporan
keuangan Daerah
a. Laporan keuangan SKPD yang
disusun terdiri
dari Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan Atas Laporan Keuangan.
b. Laporan
Keuangan Pemerintah
Daerah yang disusun terdiri dari Laporan
Realisasi Anggaran,
Neraca, Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan.
c. PPKD
menyusun Laporan
keuangan Pemerintah
Daerah dengan
cara menggabungkan
laporan-laporan keuangan SKPD. d.
SKPD dan Pemerintah daerah harus menyusun laporan keuangan tepat
waktu yaitu
untuk laporan
keuangan SKPD disusun paling lambat 2 dua bulan setelah tahun
anggaran berakhir,
sedangkan laporan
keuangan pemerintah
daerah paling lambat 3 tiga bulan setelah tahun anggaran berakhir.
a. Pemerintah daerah harus membuat
peraturan tentang
pokok-pokok pengelolaan
keuangan daerah,
sistem akuntansi dan kebijakan akuntansi sehingga memudahkan
dalam penyusunan
laporan keuangan daerah.
b. Peraturan
tentang pokok-pokok
pengelolaan keuangan
daerah, sistem dan kebijakan akuntansi
harus dibuat
dalam peraturan
daerah dan peraturan kepala daerah. c.
Pemerintah daerah harus membuat prosedur akuntansi penerimaan kas,
prosedur pengeluaran kas dan prosedur akuntansi aset tetap
barang milik daerah dan prosedur akuntansi selain kas.
d. Sistem
akuntansi SKPD
dilaksanakan oleh PPK-SKPD dan sistem akuntansi pemerintah daerah
dilakukan oleh PPKD selaku BUD. Interval
Interval
Universitas Sumatera Utara
Jenis Variabel Definisi Operasional
Alat Ukur Skala
2. Latar belakang
pendidikan
3. Pelatihan
4. Komitmen
Berdasarkan
latar belakang
pendidikan adalah latar belakang
pendidikan yang
diperoleh pejabat
pengelola keuangan
satuan kerja perangkat Daerah
PPK-SKPD dan
pejabat pengelolaan keuangan
daerah PPKD
di bangku
pendidikan formal
penunjang kemampuannya
melaksanakan penyusunan
laporan keuangan
pemerintah daerah Pelatihan
adalah seperangkat penilaian
pengetahuan dan
keterampilan responden
yang bertujuan agar dapat
meningkatkan profesionalisme
dan produktivitas
kerja yang
baik dalam
kemampuan penyusunan
laporan keuangan
pemerintah daerah.
Komitmen adalah
keinginan dari setiap pejabat
Pengelola Keuangan Satuan Kerja
Perangkat Daerah
e. PPK-SKTP
dan PPKD
harus mengkoordinasikan
pelaksanaan sistem dan prosedur akuntansi
tersebut dengan
penatausahaan keuangan pengelolahan keuangan
daerah oleh bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran.
a. Pegawai
mempunyai latar
belakang pendidikan akuntansi. b.
Penempatan pegawai dalam posisi yang tepat dan benar sebagai PPK-
SKPD bendahara
penerimaan maupun bendahara pengeluaran.
a.
Pengalaman bekerja pegawai liker di bidang pengelolaan keuangan
daerah. b.
Pegawai yang pernah mengikuti pelatihan mengenai akuntansi.
a.
Sejauhmana pengetahuan pejabat atau pegawai mengenai tatacara
penyusunan laporan
keuangan sesuai dengan Permendagri 13
Tahun 2006 dan standar akuntansi Interval
Interval
Interval
Lanjutan Tabel 4.2
Universitas Sumatera Utara
Jenis Variabel Definisi Operasional
Alat Ukur Skala
5.
Perangkat Pendukung
PPK-SKPD dan
Pejabat Pengelola
Keuangan Daerah
PPKD untuk
melakukan perubahan sesuai dengan adanya
Peraturan dan
perundangan yang
berlaku dalam
penyusunan laporan
keuangan daerah Perangkat pendukung
adalah
ketersediaan perangkat
pendukung yang akan membantu
mereka dalam
melaksanakan tugas
seperti ketersediaan
perangkat komputer
dan software
yang berkaitan
dengan kebutuhan
dan didukung
keahlian pegawai
untuk mengoperasikan
perangkat komputer
tersebut. pemerintahan.
b. Keinginan dan kemauan pejabat
dan pegawai untuk menyusun laporan keuangan sesuai dengan
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006
dan standar
akuntansi pemerintahan.
c. Penyusunan
laporan keuangan
daerah yang tidak sesuai dengan Permendagri 13 Tahun 2006 dan
standar akuntansi
pemerintahan daerah
menyebabkan laporan
keuangan kurang informatif bagi pengguna.
a. Tersedianya
perangkat keras
hardware dan perangakat lunak software untuk memproses data
akuntansi. b.
Adanya keterampilan dan keahlian pegawai dalam mengaplikasikan
komputer dalam memproses data akuntansi.
Interval
Lanjutan Tabel 4.2
Universitas Sumatera Utara
4.6. Metode Analisis Data
4.6.1. Uji Kualitas Data
Uji kualitas data meliputi uji validitas dan uji reliabilitas. Adapun uji tersebut meliputi:
4.6.1.1. Uji validitas Tujuan uji validitas adalah untuk mengukur construct sesuai dengan yang
diharapkan peneliti. Uji validitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan nilai Correlated Item-Total Correlation pada setiap butir pertanyaan
dengan nilai r
tabel
Product Moment. Jika nilai Correlated Item-Total Correlation r
hitung
nilai r
tabel
dan nilainya positif, maka butir pertanyaan pada setiap variabel penelitian dinyatakan valid Ghozali, 2005. Untuk melakukan pengujian validitas
instrumen dilakukan dengan menggunakan software Statistical Package for Social Science SPSS. Kriteria suatu instrumen sebagai berikut:
r hitung r tabel valid r hitung r tabel tidak valid
4.6.1.2. Uji reliabilitas Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan
indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuisioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban dari responden terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu. Jawaban responden terhadap pertanyaan dikatakan reliabel jika masing-masing pertanyaan dijawab secara konsisten.
Universitas Sumatera Utara
Ghozali 2005 menyatakan bahwa pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Repeated Measure atau pengukuran ulang dilakukan dengan cara memberikan
kuisioner pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda, dan kemudian dilihat apakah responden tetap konsisten dengan jawabannya.
2. One Shot atau pengukuran sekali saja dilakukan dengan cara hanya sekali saja
kuisioner diberikan kepada responden dan kemudian hasilnya dibandingkan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan.
Pengujian reliabilitas kuisioner dalam penelitian ini menggunakan one shot atau pengukuran sekali saja dan untuk pengujian reliabilitasnya digunakan uji statistik
Cronbach Alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha 0,60 Ghozali, 2005. Untuk melakukan pengujian reliabilitas
kuisioner dilakukan dengan menggunakan software Statistical Package for Social Science SPSS.
4.6.2. Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis yang menggunakan analisis regresi, maka diperlukan pengujian asumsi klasik yang meliputi:
a. Uji normalitas, yaitu bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel
yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Untuk menguji
apakah distribusi data normal atau tidak dapat dilihat melalui Histogram. Jika
Universitas Sumatera Utara
distribusi data adalah normal, maka diagram batang masih pada sekitar garis distribusi normal Ghozali, 2005.
b. Uji Multikolinieritas, diperlukan untuk mengetahui apakah ada tidaknya variabel
independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model. Selain itu deteksi terhadap multikolinearitas juga bertujuan untuk
menghindari kebiasaan dalam proses pengambilan kesimpulan mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependen. Deteksi multikolinieritas pada suatu model dapat dilihat jika nilai Variance Inflation Factor VIF tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak
kurang dari 0,1, maka model tersebut dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas. VIF = 1Tolerance, jika VIF = 10 maka Tolerance =110=0,1.
Ghozali, 2005. c.
Uji heteroskesdastisitas, bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode
pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki persamaan variance residual suatu periode pengamatan dengan periode
pengamatan yang lain, atau homokesdastisitas. Cara memprediksi ada tidaknya heteroskesdastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar scatterplot
model tersebut Ghozali, 2005.
4.7. Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan untuk menemukan apakah ada pengaruh Peraturan, latar belakang pendidikan, pelatihan, komitmen, perangkat
Universitas Sumatera Utara
pendukung terhadap kemampuan penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah dengan baik. Untuk menguji hipotesis yang diajukan, dilakukan uji parsial dan
simultan dengan menganalisis regresi Berganda múltiple regresión análisyis dengan metode Ordinary Least Square OLS. Regresi berganda digunakan untuk menguji
pengaruh Peraturan, latar belakang pendidikan, pelatihan. Komitmen, perangkat pendukung secara simultan terhadap kemampuan penyusunan laporan keuangan
pemerintah daerah dengan baik. Adapun bentuk matematis analisis regresi berganda sebagai berikut:
Y = a +b1X1+ b2X2 +b3X3+ b4X4+ b5X5+e
Di mana: Y = Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Daerah Pemerintah Daerah
X1 = Peraturan X2 = Latar Belakang Pendidikan
X3 = Pelatihan X4 = Komitmen
X5 = Perangkat Pendukung a = Konstanta
b = Koefisien Regresi e = Error
Untuk menguji hipotesis dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1.
Menentukan besarnya koefisien regresi dari persamaan regresi.
Universitas Sumatera Utara
2. Melakukan uji t untuk menentukan tingkat signifikansi pengaruh variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen yang menganggap variabel lain bersifat konstan. Uji ini dilakukan dengan membandingkan
nilai t-hitung dengan nilai t-tabel. Apabila t-hitung t-tabel dengan tingkat keyakinan level of significant miasalnya sebesar 95, maka H1 diterima
dan Ho ditolak, sebaliknya apabila t-hitung t-tabel maka H1 ditolak dan Ho diterima. Dapat juga dilihat dari tingkat signifikansi yaitu hasil
signifikansi Ü 0,05 maka H1 diterima atau Ho ditolak, sebaliknya apabila tingkat signifikansi Ü 0,05 maka H1 di tolak dan Ho di terima.
3. Melakukan Uji F untuk menentukan tingkat signifikansi pengaruh variabel-
variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji F atau biasa disebut dengan
Analysis of Varian Anova. Pengujian Anova dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan membandingkan antara F-hitung dengan F-tabel atau
melihat tingkat signifikansi pada tabel Anova. Pengujian dengan membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel dilakukan
dengan ketentuan yaitu apabila F-hitung dari F-tabel Ü 0,05 maka H1 diterima dan Ho ditolak, dan sebaliknya apabila F-hitung dari F-tabel Ü
0,05 maka H1 ditolak dan Ho diterima. Pengujian dengan tingkat signifikansi dilakukan dengan ketentuan apabila hasil signifikansi pada tabel
Anova Ü 0,05 maka H1 diterima atau Ho ditolak, sebaliknya apabila
Universitas Sumatera Utara
tingkat signifikansi pada tabel Anova Ü 0,05 maka H1 ditolak atau Ho diterima.
4. Menentukan besarnya nilai koefisian determinasi R yang bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Nilai R mempunyai interval mulai dari 0 sampai 1 0≤
R≤1, semakin besar R mendekati 1, semakin baik model regresi tersebut. Semakin mendekati 0 maka variabel independen secara keseluruhan tidak
dapat menjelaskan variabel dari variabel dependen. Untuk regresi linier berganda sebaiknya menggunakan nilai R Squre yang disesuaikan atau
Adjusted R Squre. Nilai R Squre maupun Adjusted R Squre dikatakan baik jika nilai di atas 0,5 Lubis, dkk, 2007.
Universitas Sumatera Utara
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskriptif Data
Tanggapan responden terhadap kuisioner yang diberikan adalah untuk mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Penyusunan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah. Agar terlihat lebih sistematis berikut ini disajikan data-data yang telah dikumpulkan ke dalam distribusi frekuensi. Distribusi frekuensi
merupakan penyajian data skor ke dalam bentuk tabel. Adapun bentuk frekuensi jawaban responden sebagai berikut:
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Peraturan X1
Tanggapan Responden
Sangat Tidak
Setuju Kurang
Setuju Netral
Setuju Sangat
Setuju Item No.
F F
F F
F
Q1 1
3.1 2
6.3 2
6.3 17
53.1 10
31.3 Q2
1 3.1
2 6.3
2 6.3
19 59.4
8 25
Q3 1
3.1 1
3.1 3
9.4 18
56.3 9
28.1 Q4
1 3.1
2 6.3
1 3.1
19 59.4
9 28.1
Q6 1
3.1 10
31.3 5
15.6 10
31.3 6
18.8
Sumber: Hasil Olah Data SPSS Lampiran 3a
Berdasarkan Tabel 5.1 di atas untuk pertanyaan ke 1 satu faktor peraturan menunjukkan frekuensi tertinggi 53,1 setuju dan paling rendah adalah 3.1
sangat tidak setuju. Pertanyaan ke 2 dua menunjukkan faktor peraturan dengan jawaban tertinggi sebanyak 59.4 setuju dan terendah 3.1 sangat tidak setuju.
Pertanyaan ke 3 menunjukkan frekuensi tertinggi 56,3 setuju dan paling rendah
Universitas Sumatera Utara