Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi)

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN

PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

DAERAH (STUDI EMPIRIS PADA PEMERINTAH

KOTA TEBING TINGGI)

TESIS

Oleh

A I D I L

077017067/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2010

S

E K O L

A

H

P A

S C

A S A R JA N


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN

PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

DAERAH (STUDI EMPIRIS PADA PEMERINTAH

KOTA TEBING TINGGI)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

A I D I L

077017067/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2010


(3)

Judul Tesis : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEMAMPUAN PENYUSUNAN LAPORAN

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (STUDI

EMPIRIS PADA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI)

Nama Mahasiswa : A i d i l Nomor Pokok : 077017067 Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) Ketua

(Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak) Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 31 Agustus 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak Anggota : 1. Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak

2. Drs. Arifin Ahmad, M.Si, Ak

3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak 4. Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa yang berjudul :

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN

PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (STUDI

EMPIRIS PADA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI)”

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Agustus 2010

A I D I L 077017067/Akt


(6)

ABSTRAK

Aidil, 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi).

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Peraturan, Latar Belakang Pendidikan, Pelatihan, dan Komitmen serta Perangkat Pendukung terhadap Kemampuan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Variabel dependen yang digunakan adalah Kemampuan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sedangkan variabel independennya adalah Peraturan, Latar Belakang Pendidikan, Pelatihan, dan Komitmen serta Perangkat Pendukung.

Penelitian ini dilakukan atas 32 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan sebagai Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) Kota Tebing Tinggi. Dengan menggunakan metode analisis regresi berganda, dan dengan melakukan uji kualitas data dengan validasi dan reliability atas pertanyaan. Selain itu dilakukan pengujian asumsi klasik yaitu normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel Peraturan, Latar Belakang Pendidikan, Pelatihan, dan Komitmen serta Perangkat Pendukung berpengaruh terhadap Kemampuan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Secara parsial variabel perangkat pendukung berpengaruh terhadap Kemampuan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

Kata Kunci: Peraturan, Latar Belakang Pendidikan, Pelatihan, dan Komitmen serta Perangkat Pendukung, Kemampuan Satuan Kerja Perangkat Daerah.


(7)

ABSTRACT

Aidil, 2010. Some Factor Influence of Ability to the Prepare Financial Statement of Local Government (Case Study of Tebing Tinggi Goverment).

The objective of this research is to examine the effect of Regulations, Basic of Educations, Trainings, Commitment and Supporting by Pheripheral of Supporting to the Ability of Official Goverment Unit to the Prepare Financial Statement of Local Government. The dependent variable use in this research are Ability of Official Goverment Unit to the Prepare Financial Statement of Local Government and independent variable are Regulations, Basic of Educations, Trainings, Commitment and Supporting of Pheripheral.

The research sample taking is determined by sensus method. The amount of sample is about 32 respondents used by the Official Goverment Unit in Tebing Tinggi Goverment. The data collected is classified as primer data which is obtained by questionnaire distribution. Data processing is conducted by using Multiple Regression Analysis. Using method multiple regression after validity and reliability test, and use normality test, multikolinearity and heteroscedastisity.

The result of this research indicate are Regulations, Basic of Educations, Trainings, Commitment and Supporting by Pheripheral of Supporting variable are significant effect to the to the Ability of Official Goverment Unit to the Prepare Financial Statement of Local Government. Partially, shown Supporting of Pheripheral variable only are significant to the to the Ability of Official Goverment Unit to the Prepare Financial Statement of Local Government.

Keywords: Regulations, Basic of Educations, Trainings, Commitment and Supporting by Pheripheral to the Ability of Official Goverment Unit to the Prepare Financial Statement of Local Government.


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji yang tidak terhingga kepada Allah SWT atas kurnia-Nya, sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini merupakan analisis tentang

FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN

PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (STUDI

EMPIRIS PADA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI)”.

Pada kesempatan ini tidak lupa saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan, terutama kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc, Selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, Selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, dan Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak selaku Pembimbing I dan II, yang telah banyak membantu/membimbing saya dalam penyelesaian tesis ini.

5. Bapak/Ibu Dosen Penguji, Drs. Arifin Ahmad, M.Si, Ak, Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak dan Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak.


(9)

Penulis menyadari dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, banyak kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan tesis ini. Untuk itu sangat diharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan penelitian ini.

Hormat Saya

Medan, 08 Agustus 2010

A I D I L


(10)

RIWAYAT HIDUP

1. N a m a : Aidil

2. Tempat/Tanggal Lahir : Tebing Tinggi, 27 Juli 1982

3. Pekerjaan : PNS Sekretariat Daerah Kota Tebing Tinggi 4. Agama : Islam

5. Orang tua

a. Ayah : H. AMRIL b. Ibu : Hj. NURMALIS 6. Isteri : Rini Yasin

7. Alamat : Jln. Dr. Kumpulan Pane No. 10 Tebing Tinggi 8. Pendidikan

a. SD Negeri : SD Negeri 168234 Tebing Tinggi, tamat tahun 1991. b. SLTP Negeri : SMP Negeri 3 Tebing Tinggi, tamat tahun 1997. c. SMU Negeri : SMA Negeri 3 Tebing Tinggi, tamat tahun 2000.

d. Universitas/Fakultas : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, tamat tahun 2004.

e. Sekolah Pascasarjana Magister Sains Akuntansi Ilmu Ekonomi USU tamat tahun 2010.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

1.5. Originalitas ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1. Tinjauan Teoritis ... 12

2.1.1. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ... 12

2.1.2. Prinsip-prinsip Penyusunan Laporan Keuangan Daerah.. 14

2.1.3. Dasar Hukum Keuangan Daerah ... 17

2.1.4. Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Daerah ... 18

2.1.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ... 20

2.2. Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping) ... 24

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ... 27

3.1. Kerangka Konsep ... 27

3.2. Hipotesis ... 29

BAB IV METODE PENELITIAN……… . 31

4.1. Jenis Penelitian ... 31

4.2. Lokasi Penelitian... 31

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 33

4.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 33


(12)

4.5.2. Variabel Independen . ... 35

4.6. Metode Analisis data ... 43

4.6.1. Uji Kualias Data ... 43

4.6.2. Uji Asumsi Klasik ... 44

4.7. Uji Hipotesis ... 45

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

5.1. Hasil Penelitian ... 49

5.1.1. Deskripsi Data ... 49

5.1.2. Analisis Instrumen/Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur .. 53

5.2. Uji Asumsi Klasik ... 62

5.2.1. Pengujian Normalitas ... 62

5.2.2. Uji Heteroskedastisitas ... 63

5.2.3. Uji Multikolinearitas ... 64

5.3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 65

5.3.1. Pengujian Hipotesis ... 65

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 73

6.1. Kesimpulan ... 73

6.2. Keterbatasan... ... 74

6.3. Saran ………... 74


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Penelitian Terdahulu... 26

4.1. Populasi dan Sampel Penelitian ………... 32

4.2. Definisi Operasional Variabel ………. 40

5.1. Distribusi Frekuensi Peraturan (X1)……… 49

5.2. Distribusi Frekuensi Latar Belakang Pendidikan (X2)………… 50

5.3. Distribusi Frekuensi Pelatihan (X3).……… 50

5.4. Distribusi Frekuensi Komitmen (X4)……… 51

5.5. Distribusi Frekuensi Sarana Pendukung (X5).………. 52

5.6. Distribusi Frekuensi Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Y)………. 52

5.7. Uji Validitas Instrumen X1 (Sebelum Penyisihan)... 54

5.8. Uji Validitas Instrumen X1 (Sesudah Penyisihan)... 54

5.9. Uji Reliabilitas dengan Nilai Cronbach’s Alpha (Sebelum Penyisihan)……… 55

5.10. Uji Reliabilitas dengan Nilai Cronbach’s Alpha (Sesudah Penyisihan)………. 55

5.11. Uji Validitas Instrumen (Sebelum Penyisihan)... 56

5.12. Uji Validitas Instrumen (Sesdah Penyisihan)... 56

5.13. Nilai Cronbach’s Alpha Sebelum Penyisihan... 57

5.14. Nilai Cronbach’s Alpha Sesudah Penyisihan……… 57

5.15. Uji Validitas Instrumen... 58

5.16. Uji Reliabilitas dengan Nilai Cronbach’s Alpha……….. 58

5.17. Uji Validitas Instrumen……….. 59

5.18. Uji Reliabilitas dengan Nilai Cronbach’s Alpha……….. 59

5.19. Uji Validitas Instrumen (Sebelum Penyisihan)... 60


(14)

5.21. Nilai Cronbach’s Alpha (Sebelum Penyisihan)... 61

5.22. Nilai Cronbach’s Alpha (Sesudah Penyisihan)... 61

5.23. Uji Validitas Instrumen... 62

5.24. Nilai Cronbach’s Alpha...... 62

5.25. Hasil Pengujian One Sample Kolmogorov Smirnov Test………… 63

5.26. Uji Multikolinearitas………. 65

5.27. Pengujian Goodness of Fit……… 66

5.28. Hasil Regresi Uji F………. 66


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1. Kerangka Konseptual……….. 27 5.1. Scatterplot Uji Heteroskedastisitas………. 64


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian……… 78

2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas……… 83

3. Hasil Regresi Berganda Sebelum Transformasi………. 87

4. Hasil Regresi Berganda Sesudah Transformasi……….. 94


(17)

ABSTRAK

Aidil, 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi).

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Peraturan, Latar Belakang Pendidikan, Pelatihan, dan Komitmen serta Perangkat Pendukung terhadap Kemampuan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Variabel dependen yang digunakan adalah Kemampuan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sedangkan variabel independennya adalah Peraturan, Latar Belakang Pendidikan, Pelatihan, dan Komitmen serta Perangkat Pendukung.

Penelitian ini dilakukan atas 32 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan sebagai Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) Kota Tebing Tinggi. Dengan menggunakan metode analisis regresi berganda, dan dengan melakukan uji kualitas data dengan validasi dan reliability atas pertanyaan. Selain itu dilakukan pengujian asumsi klasik yaitu normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel Peraturan, Latar Belakang Pendidikan, Pelatihan, dan Komitmen serta Perangkat Pendukung berpengaruh terhadap Kemampuan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Secara parsial variabel perangkat pendukung berpengaruh terhadap Kemampuan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

Kata Kunci: Peraturan, Latar Belakang Pendidikan, Pelatihan, dan Komitmen serta Perangkat Pendukung, Kemampuan Satuan Kerja Perangkat Daerah.


(18)

ABSTRACT

Aidil, 2010. Some Factor Influence of Ability to the Prepare Financial Statement of Local Government (Case Study of Tebing Tinggi Goverment).

The objective of this research is to examine the effect of Regulations, Basic of Educations, Trainings, Commitment and Supporting by Pheripheral of Supporting to the Ability of Official Goverment Unit to the Prepare Financial Statement of Local Government. The dependent variable use in this research are Ability of Official Goverment Unit to the Prepare Financial Statement of Local Government and independent variable are Regulations, Basic of Educations, Trainings, Commitment and Supporting of Pheripheral.

The research sample taking is determined by sensus method. The amount of sample is about 32 respondents used by the Official Goverment Unit in Tebing Tinggi Goverment. The data collected is classified as primer data which is obtained by questionnaire distribution. Data processing is conducted by using Multiple Regression Analysis. Using method multiple regression after validity and reliability test, and use normality test, multikolinearity and heteroscedastisity.

The result of this research indicate are Regulations, Basic of Educations, Trainings, Commitment and Supporting by Pheripheral of Supporting variable are significant effect to the to the Ability of Official Goverment Unit to the Prepare Financial Statement of Local Government. Partially, shown Supporting of Pheripheral variable only are significant to the to the Ability of Official Goverment Unit to the Prepare Financial Statement of Local Government.

Keywords: Regulations, Basic of Educations, Trainings, Commitment and Supporting by Pheripheral to the Ability of Official Goverment Unit to the Prepare Financial Statement of Local Government.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Memasuki era otonomi daerah dengan prinsip desentralisasi, perubahan yang cukup fundamental terjadi di dalam mekanisme penyelenggaraan pemerintah sesuai dengan konsep otonomi daerah yang tercantum di dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: “Otonomi daerah adalah hak wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Hal ini tentunya membawa perubahan juga terhadap pengelolaan

keuangan (fiskal) negara sehubungan dengan penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sehingga pemerintah daerah mengatur sendiri mengenai pengelolaan keuangan daerahnya.

Otonomi Daerah menuntut Pemerintah Daerah untuk dapat memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat. Salah satu bentuk pelayanan tersebut adalah memberikan informasi keuangan yang transparan dan akuntabel. Tuntutan masyarakat kepada pemerintah daerah untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik merupakan tuntutan untuk terselenggaranya pemerintah yang bersih, efektif, efisien dan taat kepada peraturan perundang-undangan dan


(20)

mempertanggungjawabkan pelaksanaan melalui suatu sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Dalam hal ini pengawasan internal pemerintah memegang peranan penting untuk memberikan keyakinan bahwa penyelenggaraan pemerintah dan pertanggungjawaban melalui sistem akuntabilitas tersebut telah dapat dilaksanakan seperti yang diharapkan.

Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Gubernur/Bupati/Walikota wajib menyampaikan laporan keuangan kepada DPRD dan masyarakat umum setelah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Laporan keuangan yang disampaikan meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Laporan Keuangan yang disampaikan harus disusun dan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005.

Pengelolaan keuangan pemerintah daerah harus dilakukan berdasarkan tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance) yaitu pengelolaan keuangan yang dilakukan secara transparan dan akuntabel. Hal tersebut dapat terwujud jika entitas pemerintah daerah dapat menciptakan, mengoperasikan serta memelihara sistim pengendalian yang memadai.

Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah. Penatausahaan keuangan daerah yang merupakan bagian dari


(21)

pengelolaan keuangan daerah memegang peranan penting dalam proses pengelolaan keuangan daerah keseluruhan. Sedangkan keuangan daerah adalah hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah.

Berkaitan dengan pemerintah daerah, dalam Pasal 134 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah disebutkan bahwa dalam rangka peningkatan kinerja, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, Gubernur/Bupati/Walikota mengatur dan menyelenggarakan Sistem Pengendalian internal di lingkungan pemerintah daerah yang dipimpinnya. Maka perlu dirancang suatu sistem yang mengatur proses pengklarifikasian, pengukuran dan pengungkapan seluruh transaksi keuangan, sehingga dapat disusun menjadi laporan keuangan. Untuk itu, pemerintah daerah harus mendesain, mengoperasikan dan memelihara Sistem Pengendalian Internal tersebut dalam rangka menghasilkan informasi keuangan yang handal.

Dalam rangka implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, yang selanjutnya disebut dengan Permendagri 13, tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, maka setiap pemerintah daerah harus dapat mempersiapkan diri untuk melakukan pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Untuk keberhasilan pelaksanaan Permendagri 13 tersebut, maka setiap pemerintah daerah diharuskan untuk melakukan pembenahan diri baik dalam sumber daya manusia (SDM) maupun dalam hal lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan tersebut.


(22)

Pada tahun anggaran 2007, pemerintah daerah harus wajib untuk membuat APBD sesuai dengan Permendagri 13, begitu juga dalam penatausahaan, pelaksanaan dan pelaporan. Dalam Permendagri 13 tersebut mengharuskan setiap satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang ada di pemerintah daerah membuat laporan keuangan masing-masing SKPD selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Khusus dalam penyusunan laporan keuangan daerah, pemerintah daerah di samping memiliki kebijakan akuntansi sebagaimana dasar dalam menyusun laporan keuangan daerah, pemerintah daerah juga harus memiliki SDM yang mampu menyusun laporan keuangan daerah yang sesuai dengan Permendagri 13 Tahun 2006 dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Berdasarkan pernyataan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan bahwa Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) se Indonesia dalam 4 tahun terakhir (2004-2007) dinilai sangat buruk, buruk dan buruk sekali (Berita Sore, 25 Agustus 2008) Khusus pada Provinsi Sumatera Utara ada tahun 2006, 14 Pemerintah daerah di Sumatera Utara mendapatkan pernyataan Tanpa Memberikan Pendapat (TMP/Disclaimer). Lebih lanjut dinyatakan bahwa, tidak satupun dari seluruh pemerintah Daerah se- Sumatera Utara yang menyerahkan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah 2007 tepat waktu yakni paling lambat bulan Maret 2008.

Pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi, Badan Pemeriksa Keuangan dalam opininya pada tahun anggaran 2004 sampai dengan 2006 memberikan pendapat Tanpa Memberi Pendapat (TMP/Disclaimer) dan pada tahun anggaran 2007 sampai


(23)

dengan tahun 2009, Badan Pemeriksa Keuangan hanya memberikan pendapat Wajar dengan Pengecualian (WDP) dari yang diharapkan Pemerintah Kota Tebing Tinggi bahwa Badan Pemeriksa Keuangan memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

Berdasarkan hasil penelitian awal, rata-rata Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Tebing Tinggi belum sepenuhnya dapat menerapkan Permendagri 13 Tahun 2006 dan Standar Akuntansi Pemerintah sesuai dengan ketentuan dalam Pelaporan Keuangan, karena adanya perubahan metode pencatatan dari single entry menjadi doubel entry sehingga masing-masing SKPD belum sepenuhnya mampu menyusun laporan keuangan dalam bentuk realisasi anggaran, neraca, arus kas maupun catatan atas laporan keuangan dan pelaporan tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan yakni paling selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sesudah tahun anggaran berakhir.

Adapun fenomena yang terjadi dalam penyusunan laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah dan Pemerintah Daerah Kota Tebing Tinggi yang dapat peneliti identifikasi bahwa penyusunan Laporan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang disusun oleh Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK – SKPD) belum sepenuhnya memahami dan mengerti untuk melaksanakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan yang pada umumnya tidak memiliki disiplin ilmu dan bukan yang berasal dari pendidikan akuntansi, sehingga akan menyulitkan PPK – SKPD untuk menyusun laporan keuangan yang bersesuaian dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 dan Standar Akuntansi Pemerintahan. Hal ini berarti peranan


(24)

sumber daya manusia yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi sangat diperlukan dalam penyusunan laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah dan pemerintah daerah.

Untuk menghasilkan laporan keuangan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, kepala daerah harus membuat sistem akuntansi pemerintahan daerah. Sistem akuntansi pemerintahan daerah ditetapkan oleh kepala daerah dengan peraturan daerah yang mengacu kepada peraturan daerah tentang pokok pengelolaan keuangan daerah. Selain itu, pemerintah daerah harus juga menetapkan kebijakan akuntansi berdasarkan peraturan kepala daerah yang berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan. Berdasarkan pengamatan peneliti, bahwa Pemerintah Kota Tebing Tinggi belum memiliki Peraturan Daerah (Perda) tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Kepala Daerah (Perkada) tentang Sistem Akuntansi dan Kebijakan Akuntansi. Dengan adanya Peraturan Daerah (Perda) dan Peraturan Kepala Daerah (Perkada) tentang Sistem Akuntansi dan Kebijakan Akuntansi inilah Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK –SKPD) dan PPKD akan melaksanakan penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah dalam rangka menyahuti adanya perubahan – Peraturan yang berlaku tersebut.

Mempercepat proses akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan, Pemerintah Kota Tebing Tinggi juga belum memiliki software yang memadai. Pada saat ini software yang tersedia hanya penggunaan aplikasi Acces yang belum dapat menghasilkan laporan keuangan sebagaimana dikehendaki dalam Standar Akuntansi


(25)

Pemerintahan, sehingga dapat memperlambat dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah.

Belum sepenuhnya Satuan Kerja Perangkat Daerah mampu menyusun laporan keuangan dalam bentuk realisasi anggaran, neraca, arus kas maupun catatan atas laporan keuangan dan pelaporan tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan yakni paling selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sesudah tahun anggaran berakhir diduga belum adanya komitmen dari Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK – SKPD) untuk memahami dan memperbaharui penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah yang sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 dan Standar Akuntansi Pemerintahan. Sehingga tanpa adanya komitmen dari PPK – SKPD tersebut maka untuk melakukan penyusunan laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 dan Standar Akuntansi Pemerintahan tersebut tidak akan tercapai.

Pemerintah Kota Tebing Tinggi yang dalam hal ini terdiri dari 1 Sekretaris Kota, 1 Sekretariat DPRD, 2 Lembaga Asisten, 8 Bagian, 12 Dinas, 4 Badan, 6 Kantor, 5 Kecamatan dan 35 Kelurahan. Pemerintah Kota Tebing Tinggi menjalankan roda pemerintahannya dipimpin oleh seorang Walikota. Sebagai wujud pelayanan terhadap masyarakat maka pemerintah daerah menyusun rancangan pembangunan yang dituangkan ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Sesuai dengan Kepmendagri Nomor 13 Tahun 2006 (Pasal 5) menyatakan bahwa Kepala Daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah melimpahkan sebagian atau seluruhnya kekuasaannya kepada Kepala SKPD selaku


(26)

pejabat pengguna anggaran/pengguna barang. Untuk melaksanakan fungsi dan tata usaha usaha keuangan pada SKPD, maka diangkat oleh SKPD seorang yang dapat menjalankan fungsi dan tata keuangan sebagai PPK – SKPD (Pejabat Penatausahaan Keuangan – Satuan Kerja Perangkat Daerah).

Walikota Tebing Tinggi, selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah melimpahkan kekuasaannya dalam pengelolaan keuangan kepada SKPD. Pemerintah Kota Tebing Tinggi, selaku memiliki 30 (tiga puluh) Satuan Kerja Perangkat Daerah. Untuk menjalankan fungsi dan tata usaha keuangan di masing- masing SKPD diangkat seorang PPK (Pejabat Penatausahaan Keuangan).

Latar belakang pendidikan yang dimiliki di bidang penatausahaan keuangan daerah hendaknya disesuaikan dengan tugas yang dilaksanakan. Dari 31 (tiga puluh satu) Satuan Kerja Perangkat Daerah termasuk Sekretariat Daerah Kota, yang bertindak sebagai Pejabat Penatausahaan Keuangan memiliki latar belakang pendidikan yang memiliki cukup beragam. Menurut data yang ada, dari seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah di Pemerintah Kota Tebing Tinggi hanya 3 (tiga) yang mempunyai latar belakang pendidikan Akuntansi. Latar belakang pendidikan PPK – SKPD inilah yang menyebabkan rendahnya kemampuan tiap-tiap SKPD untuk menyusun laporan keuangan pemerintah daerah. Selain itu juga masih rendahnya komitmen untuk memahami dan melaksanakan peraturan yang selalu berubah-ubah yang tidak konsisten antara peraturan yang satu dengan peraturan yang lain.

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan instansi pemerintah di Kota Tebing Tinggi dilakukan dengan upaya rekrutmen pegawai yang


(27)

memiliki latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang terutama bidang akuntansi dan melaksanakan pendidikan berkelanjutan, seperti mengikuti pelatihan-pelatihan/lokakarya dan seminar sehingga mempunyai kemampuan yang lebih baik di dalam melakukan tata kelola pemerintahan yang baik (good government). Oleh karena itu, Peraturan, latar belakang pendidikan, pelatihan, komitmen, perangkat pendukung yang ada mendukung terhadap penciptaan akan kemampuan aparatur terkait dalam penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah.

Dalam menyajikan tata kelola keuangan yang baik, maka Pemerintah Daerah harus dapat menyajikan laporan keuangan pemerintah daerah yang sesuai dengan Permendagri 13 Tahun 2006 dan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah yang transparan dan akuntabilitas. Berdasarkan uraian tersebut, melalui penelitian ini, penulis akan melakukan penelitian tentang Faktor-faktor

yang Mempengaruhi Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi)”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka penulis ingin meneliti pemasalahan: “Apakah Peraturan, Latar Belakang Pendidikan, Pelatihan, dan Komitmen serta Perangkat Pendukung secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap Kemampuan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah?”


(28)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dan membuktikan secara empiris pengaruh Peraturan, Latar Belakang Pendidikan, Pelatihan, dan Komitmen serta Perangkat Pendukung secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap Kemampuan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat:

1. Bagi Pemerintah Kota Tebing Tinggi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbagan pemikiran tentang langkah-langkah apa saja yang harus diambil agar Satuan Kerja Perangkat Daerah memiliki kemampuan dalam menyusun laporan keuangan pemerintah daerah.

2. Bagi peneliti diharapkan dapat menambah pengalaman, pemahaman kemampuan intelektual tentang pengaruh apakah Peraturan, Latar Belakang Pendidikan, Pelatihan, dan Komitmen serta Perangkat Pendukung dapat mempengaruhi Kemampuan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

3. Bagi dunia pendidikan diharapkan bermanfaat bagi perkembangan ilmu yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dan memperkuat teori-teori yang telah


(29)

berkembang sebelumnya, serta dapat memperkaya khasanah terhadap jenis penelitian yang sama.

1.5. Originalitas

Penelitian ini terinspirasi dari penelitian terdahulu, Azhar (2007) dengan judul penelitian “Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penerapan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 pada Pemerintah Kota Banda Aceh”. Adapun variabel

Independen yakni Regulasi (X1), SDM (X2), Komitmen (X3), Perangkat Pendukung (X4), sedangkan variabel dependennya adalah Permendagri 13 Tahun 2006 (Y).

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba memfokuskan variabel Regulasi dengan Peraturan, dan SDM dengan latar belakang Pendidikan dan dengan menambah satu variabel yakni pelatihan yang menjadi variabel independen serta menggunakan variabel Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Daerah (Y) dengan beberapa dimensi variabel diadopsi dari riset yang dilakukan oleh Tarigan (2008). Selain itu obyek penelitian mengambil sampel pada beberapa SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Dasar pemilihan obyek penelitian pada Kota Tebing Tinggi mengingat semangat dan upaya yang dilakukan untuk memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian sangat tinggi sehingga penentuan keberhasilan dalam penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah perlu untuk diteliti.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban atas kepengurusan sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh suatu entitas. Laporan keuangan yang diterbitkan harus disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku agar laporan keuangan tersebut dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau dibandingkan dengan laporan keuangan entitas yang jelas.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dalam ketentuan umumnya menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Selanjutnya dalam Pasal 4 dikatakan pula bahwa, pengelolaan keuangan daerah dilakukan dengan tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, bahwa laporan keuangan merupakan laporan terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas


(31)

pelaporan. Entitas pelaporan dalam pemerintah adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan, yang terdiri dari: (a) Pemerintah Pusat, (b) Pemerintah Daerah, (c) Satuan organisasi di lingkungan pusat/daerah atau organisasi lainnya, jika menurut perundang- undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, Laporan Keuangan Pemerintah Daerah terdiri dari:

1. Laporan Realisasi Anggaran

Laporan realisasi anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung oleh laporan realisasi anggaran terdiri dari pendapatan, belanja transfer dan pembiayaan.

2. Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Aset adalah sumber ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk menyediakan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang


(32)

dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Kewajiban adalah utang yang timbul dan peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah.

3. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasional, invenrasi aset non keuangan, pembiayaan, dan transaksi non anggaran yang menggambarkan saldo awal,penerimaan,pengeluaran dan saldo akhir kas pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu. Unsur yang mencakup dalam laporan arus kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas.

4. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam laporan realisasi anggaran, neraca dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk mengungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.

2.1.2. Prinsip-prinsip Penyusunan Laporan Keuangan Daerah

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dikemukakan bahwa ada delapan prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintahan yakni:


(33)

a. Basis Akuntansi

Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah berbasis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam laporan realisasi anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas dalam neraca.

b. Nilai Historis (Historical Cost)

Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban di mana yang akan datang dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah.

c. Realisasi (Realizition)

Bagi pemerintah, pendapatan yang telah diotorisasikan melalui anggaran pemerintah selama suatu tahun fiskal akan digunakan untuk membayar hutang dan belanja dalam periode tertentu.

d. Substansi Mengungguli Bentuk Formal (Substance Over Form)

Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa lain tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya. Apabila substansi transaksi atau peristiwa tidak konsisten/berbeda dengan aspek formalitasnya, maka hal tersebut harus diungkap dengan jelas dalam catatan atas laporan keuangan


(34)

e. Periodisitas (Periodicity)

Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan perlu dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur dan posisi sumber daya akan dimilikinya dapat ditentukan. Periode utama yang digunakan adalah tahunan. Namun, periode bulanan, triwulan dan semesteran juga dianjurkan.

f. Konsistensi (Consistency)

Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang serupa dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan (prinsip konsistensi internal). Hal ini tidak berarti bahwa tidak boleh tidak perubahan dari satu metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain. Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa metode yang baru diterapkan mampu memberikan informasi yang lebih baik dibandingkan dengan metode lama. Pengaruh atas perubahan penerapan metode ini diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

g. Pengungkapan Lengkap (Full Disclosure)

Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan atau catatan atas laporan keuangan.

h. Penyajian Wajar (Fair Presentation)

Laporan keuangan menyajikan dengan wajar laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Pertimbangan sehat bagi


(35)

penyusun laporan keuangan diperlukan ketika menghadapi ketidakpastian peristiwa atau keadaan tertentu. Ketidakpastian seperti itu diakui dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatnya dengan menggunakan pertimbangan sehat alam menyusun laporan keuangan. Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan prakiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga aset atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak dinyatakan terlalu rendah.

2.1.3. Dasar Hukum Keuangan Daerah

Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah sebagai suatu perwujudan dari rencana kerja keuangan akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan selain berdasarkan pada ketentuan-ketentuan umum juga berlandaskan pada:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Sebagai Daerah Otonom.

3. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Penyusunan, Pertanggungjawaban dan Pengawas Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan APBD.

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Daerah.


(36)

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2005 tentang Pembendaharaan Negara.

6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

2.1.4. Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Daerah

Sesuai dengan peraturan perundangan yang telah ditetapkan baik dalam Standar Akuntansi Pemerintahan maupun Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, pemerintah daerah berkewajiban untuk menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan dalam bentuk laporan keuangan pemerintah daerah yang terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan yang dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah masing-masing maupun PPKD. Pada Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, dalam rangka pertanggungjawaban keuangan pemerintah daerah, setiap entitas pelaporan dan entitas akuntansi menyelenggarakan sistem akuntansi pemerintah daerah yang telah ditetapkan dengan peraturan kepala


(37)

daerah mengacu peraturan daerah tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah.

Sistem akuntansi pemerintah daerah meliputi serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer, sehingga tiap-tiap entitas pelaporan dan entitas akuntansi yakni SKPD dan PPKD harus mampu menjalankan sistem keuangan pemerintah daerah yang telah ditetapkan sekurang- kurangnya prosedur akuntansi penerimaan kas, prosedur akuntansi pengeluaran kas, prosedur akuntansi aset tetap/barang milik daerah dan prosedur akuntansi selain kas. Sehingga setiap entitas pelaporan dan entitas akuntansi yakni SKPD dan PPKD mampu menyusun laporan keuangan pemerintah daerah yakni laporan realisasi anggaran, necara, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan dengan baik dan benar berdasar peraturan dan perundangan yang berlaku. Kemampuan penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah yang disusun oleh entitas pelaporan dan entitas akuntansi dalam hal ini SKPD dan PPKD dapat diukur dengan ketepan waktu pelaporan yakni 2 (dua) bulan setelah berakhirnya anggaran (Permendagri Nomor 13 Tahun 2006).

Penelitian terdahulu, Azhar (2007) yang meneliti Faktor-faktor Komitmen, Sumber Daya Manusia, Perangkat Pendukung, Regulasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Penerapan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 pada Pemerintah Kota Banda Aceh, dengan hasil penelitian bahwa faktor-faktor komitmen, sumber daya


(38)

manusia, perangkat pendukung, regulasi secara bersama-sama mempunyai pengaruh keberhasilan penerapan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 pada Pemerintah Kota Banda Aceh dan Usaha Tarigan (2008) hasil penelitiannya menyatakan bahwa sumber daya manusia, komitmen, regulasi, ketepatan penyampaian LPJ dan saran pendukung secara bersama mempengaruhi keberhasilan penyusunan laporan keuangan SKPD dan Pemerintah Daerah.

2.1.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

2.1.5.1. Peraturan

Dalam upaya menghilangkan penyimpangan dan mewujudkan sistem pengelolaan fiskal yang berkesinambungan sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam undang-undang dasar dan asas-asas umum yang berlaku secara universal, maka dalam penyelenggaraan pemerintah diperlukan suatu undang-undang yang mengatur pengelolaan keuangan negara. Oleh karena itu ditetapkanlah Undang- Undang. Undang-Undang juga telah mengantisipasi perubahan standar akuntansi di lingkungan pemerintahan di Indonesia yang mengacu pada perkembangan standar akunstansi di lingkungan pemerintahan secara internasional. Perubahan Peraturan sering terjadi dalam waktu yang sangat singkat dan perubahan tersebut kerap menimbulkan perbedaan penafsiran antara peraturan dengan peraturan yang sebelumnya. Dengan seringnya Perubahan Peraturan tersebut membuat para pegawai kesulitan dalam melaksanakan tugasnya dengan baik terutama dalam pelaporan keuangan daerah. Awalnya pada tahun 1980 dasar penyusunan APBD dan


(39)

pengelolaan keuangan daerah menggunakan Manual Keuangan Daerah (Makuda), kemudian pada tahun 2002 keluar Keputusan Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 29, tetapi keputusan yang baru tersebut belum begitu dipahami kemudian keluar Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 dan Nomor 59 Tahun 2007 tentang Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006. Peraturan yang begitu cepat diduga akan mempengaruhi keberhasilan dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah.

2.1.5.2. Latar belakang pendidikan

Manusia sebagai Sumber Daya Manusia keberadaannya sangat penting dalam organisasi karena sumber daya manusia menunjang organisasi melalui karya, kreativitas, dorongannya dan peran nyata seperti yang dapat disaksikan dalam setiap organisasi. Menurut Matindas, (2002: 89) menyatakan bahwa sumber daya manusia adalah kesatuan tenaga manusia yang dalam organisasi dan bukan hanya sekedar penjumlahan karyawan-karyawan yang ada. Sebagai kesatuan, sumber daya manusia harus dipandang sebagai suatu sistem di mana tiap-tiap karyawan merupakan berfungsi untuk mencapai tujuan organisasi. Sumber daya manusia diukur berdasarkan latar belakang pendidikan yang diperoleh pegawai. Dalam kaitan dengan kemampuan penyusunan laporan keuangan, maka lebih efektif dalam penyusunan laporan keuangan adalah sumber daya manusia yakni pegawai yang dimiliki berlatar belakang pendidikan akuntansi.

Menurut Gaa and Thore (2004) mengatakan bahwa pendidikan akuntansi selama ini memfokuskan pada dimensi pilihan kebijakan tetapi tidak memperhatikan


(40)

nilai dan kredibilitas yang mempengaruhi pilihan tersebut. Kemudian Gaa and Thorne menyebutkan bahwa pada dasarnya akuntan memiliki tindakan berdasarkan nilai yang ada dalam pikiran mereka.

2.1.5.3. Pelatihan

Pelatihan sebagai bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu relatif singkat dengan metode yang lebih mengutamakan pada praktek daripada teori. Menurut Veithzal Rivai (2004: 226), Pelatihan dalam proses sistematis mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi. Pelatihan berkaitan dengan keahlian dan kemampuan pegawai untuk melaksanakan pekerjaan saat ini. Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian dan kemampuan tertentu agar berhasil guna dalam pekerjaannya.

Menurut Notoatmojo, (2003) bahwa pendidikan dan pelatihan adalah upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian manusia. Sehingga dengan adanya pelatihan diharapkan kemampuan atau keterampilan karyawan akan meningkat.

2.1.5.4. Komitmen

Menurut Kalbers dan Fogarty (1995) komitmen organisasi cenderung didefinisikan sebagai suatu perpaduan antara sikap dan perilaku. Komitmen organisasi menyangkut tiga sikap yaitu, rasa mengidentifikasi dengan tujuan organisasi, rasa keterlibatan dengan tugas organisasi, dan rasa kesetiaan kepada organisasi. Kalbers dan Fogarty (1995) menggunakan dua pandangan tentang


(41)

komitmen organisasional yaitu, affective dan continuence. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa komitmen organisasi affective berhubungan dengan satu pandangan profesionalisme yaitu pengabdian pada profesi, sedangkan komitmen organisasi continuance berhubungan secara positif dengan pengalaman dan secara negatif dengan pandangan profesionalisme kewajiban sosial.

Menurut Simanjuntak (2005: 1), Komitmen adalah kesanggupan untuk bertanggungjawab terhadap hal-hal yang dipercayakan kepada seseorang. Komitmen tidak ada hubungannya sama sekali dengan bakat, kepintaran atau talenta. Dengan komitmen yang kuat akan memungkinkan seseorang bisa mengeluarkan sumber daya fisik, mental, dan spiritual tambahan yang bisa diperoleh, sebaliknya tanpa komitmen maka pekerjaan-pekerjaan besar akan sulit dilaksanakan.

Menurut Robin (1996) dan Yunita (2004: 44) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai derajat sejauhmana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuannya, dan berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi itu. Seseorang dikatakan mempunyai komitmen organisasi apabila; percaya dan menerima tujuan-tujuan dan nilai-nilai organisasi; rela berusaha mencapai tujuan organisasi; memiliki kemauan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi.

Ada dua pendekatan utama dalam melaksanakan studi komitmen yang dituangkan dalam riset komitmen (Savalaner, 1998) pertama pendekatan prilaku (behaviaral approch) yang memfokuskan pada perilaku yang terkait dengan komitmen (dimanivestasikan dengan tindakan). Kedua pendekatan sikap (attitudinal


(42)

approch) yang ditujukan pada identifikasi individu dengan organisasi dan sarannya

(dimanifestasikan dalam pendapat dan kepercayaan).

Secara substansi, istilah komitmen sarat dengan nilai dan sasaran. Istilah tersebut mengandung makna sebuah proses bagaimana nilai dan sasaran tersebut tercapai atau dengan kata lain komitmen merupakan syarat sebuah keberhasilan. Dalam kaitan dengan penelitian ini, komitmen dipandang sebagai keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap keberhasilan penerapan peraturan.

2.1.5.5. Perangkat pendukung

Perangkat pendukung adalah alat untuk mendukung terlaksananya kegiatan atau pekerjaan seperti komputer, software dan lain-lain. Menurut Kenneth dan Jane (2005) Perangkat keras adalah perlengkapan fisik yang digunakan untuk aktivitas

input, proses dan output dalam sebuah sistem akuntansi. Perangkat keras ini terdiri

dari komputer yang memproses, perangkat penyimpanan dan perangkat untuk menghasilkan output serta media fisik untuk menghubungkan semua unit tersebut. Sedangkan perangkat lunak menurut Kenneth dan Jane adalah sekumpulan rincian instruksi pra program yang mengendalikan dan mengkoordinasi perangkat keras komponen di dalam sebuah sistem informasi.

2.2. Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping)

Penelitian Batubara (2008) tentang Analisis Pengaruh Latar Belakang Pendidikan, Kecakapan Profesional, Pendidikan Berkelanjutan, dan Independensi Pemeriksa terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan (Studi Empiris pada Bawasko


(43)

Medan) menunjukkan bahwa Latar Belakang Pendidikan, Kecakapan Profesional, Pendidikan Berkelanjutan, dan Independensi Pemeriksa sebagai variabel independen secara simultan mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan sebagai variabel dependen. Variabel Independensi Pemeriksa mempunyai nilai pengaruh secara signifikan yang paling tinggi. Variabel Latar Belakang Pendidikan secara parsial tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan.

Penelitian Azhar (2007) tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Penerapan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 pada Pemerintah Kota Banda Aceh. Penelitian ini menyimpulkan bahwa secara stimulan variabel independen yakni Regulasi (X1), Komitmen (X2), SDM (X3), Perangkat Pendukung (X4) mempengaruhi keberhasilan penerapan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Pemerintah Kota Banda Aceh, tetapi secara parsial bahwa variabel regulasi tidak berpengaruh terhadap keberhasilan penerapan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 pada Pemerintah Kota Banda Aceh.

Penelitian Tarigan (2008) tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Penyusunan Laporan Keuangan SKPD dan Pemerintah Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat. Penelitian ini menyimpulkan bahwa secara stimulan variabel independen yakni Sumber Daya Manusia (X1), Komitmen (X2), Regulasi (X3), Ketepatan Waktu (X4), Sarana Pendukung (X5) mempengaruhi keberhasilan Penyusunan Laporan Keuangan SKPD dan Pemerintah Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat, tetapi secara parsial bahwa variabel Sarana


(44)

Pendukung tidak berpengaruh terhadap keberhasilan Penyusunan Laporan Keuangan SKPD dan Pemerintah Daerah pada Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat.

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian

1 Azhar (2007)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Keberhasilan Penerapan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 pada Pemerintah Kota Banda Aceh Komitmen, sumber daya manusia, perangkat pendukung, regulasi, keberhasil penerapan Permendagri 13 Tahun 2006

Komitmen, sumber daya manusia, perangkat pendukung, secara bersama-sama

berpengaruh terhadap, keberhasil penerapan Permendagri 13 Tahun 2006, sedangkan regulasi tidak berpengaruh.

2 Usaha Tarigan (2008) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Penyusunan Laporan Keuangan SKPD dan Pemerintah Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat Komitmen, sumber daya manusia, perangkat pendukung, regulasi, ketepatan waktu keberhasilan penyusunan laporan keuangan SKPD dan Pemerintah Daerah

Komitmen, sumber daya manusia, perangkat pendukung, regulasi, ketepatan waktu secara bersama-sama mempengaruhi keberhasilan penyusunan laporan keuangan SKPD dan Pemerintah Daerah, tetapi secara parsial sarana pendukung tidak mempengaruhi. 3. Rizal

Iskandar Batubara (2008)

Analisis Pengaruh Latar Belakang Pendidikan, Kecakapan Profesional, Pendidikan Berkelanjutan, dan Independensi Pemeriksa terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan (Studi Empiris pada Bawasko Medan)

Variabel Independen yaitu Latar Belakang Pendidikan, Kecakapan Profesional, Pendidikan Berkelanjutan, dan Independensi Pemeriksa. Variabel Dependen yaitu Kualitas Hasil Pemeriksaan.

Latar Belakang Pendidikan, Kecakapan Profesional, Pendidikan Berkelanjutan, dan Independensi Pemeriksa secara simultan mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan. Variabel Independensi Pemeriksa mempunyai nilai paling tinggi. Variabel Latar Belakang Pendidikan secara parsial tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan.


(45)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konseptual pada penelitian ini dapat digambarkan pada Gambar 3.1 berikut:

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual

Berdasarkan Gambar 3.1 tersebut terlihat beberapa faktor yang terkait dengan upaya penciptaan akan kemampuan aparatur terkait dalam penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah. Faktor-faktor tersebut berupa rekrutmen pegawai yang memiliki latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang terutama bidang akuntansi

Peraturan (X1)

Latar Belakang Pendidikan (X2)

Pelatihan (X3) Komitmen

(X4)

Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah (Y)

Perangkat Pendukung (X5)


(46)

dan melaksanakan pendidikan berkelanjutan, seperti mengikuti pelatihan-pelatihan/ lokakarya dan seminar sehingga mempunyai kemampuan yang lebih baik di dalam melakukan tata kelola pemerintahan yang baik (good government).

1. Pengaruh variabel peraturan terhadap kemampuan dalam penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah

Variabel Peraturan berpengaruh terhadap kemampuan aparatur terkait dalam penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah. Lahirnya peraturan berupa Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 29, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006, Nomor 59 Tahun 2007 tentang Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 berpengaruh terhadap kemampuan aparatur dan keberhasilan dalam penyajian dan penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah.

2. Pengaruh variabel latar belakang pendidikan terhadap kemampuan penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah

Variabel latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap kemampuan aparatur terkait dalam penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah hal ini disebabkan penyajian laporan keuangan pemerintah daerah lebih efektif disajikan dengan kualitas sumber daya manusia yang memiliki berlatar belakang pendidikan akuntansi.

3. Pengaruh variabel pelatihan terhadap kemampuan penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah

Variabel pelatihan berpengaruh terhadap kemampuan aparatur terkait dalam penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah. Semakin sering diadakan


(47)

pelatihan maka semakin mahir dan terlatih para aparatur dalam penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah.

4. Pengaruh variabel komitmen terhadap kemampuan penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah

Pengaruh variabel komitmen terhadap kemampuan aparatur terkait dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan Pemerintah Daerah disebabkan komitmen merupakan keyakinan dan dukungan yang kuat serta motivasi pegawai terhadap keberhasilan penerapan peraturan sehingga berdampak terhadap keberhasilan penerapan sebuah sistem.

5. Pengaruh variabel perangkat pendukung terhadap kemampuan penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah

Pengaruh variabel perangkat pendukung yang ada mendukung terhadap penciptaan akan kemampuan aparatur terkait dalam penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah dengan bantuan alat untuk mendukung terlaksananya kegiatan atau pekerjaan seperti adanya perangkat keras komputer dan software sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan lebih efisien dan lebih tepat waktu dalam penyajian laporan keuangan pemerintah daerah.

3.2. Hipotesis

Berdasarkan kerangkap konsep, maka dapat dibuat hepotesis sebagai berikut: Peraturan, Latar Belakang Pendidikan, Pelatihan, Komitmen dan Perangkat Pendukung secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap kemampuan


(48)

penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah baik secara parsial dan secara simultan.


(49)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hubungan kausal (causal effect). Penelitian ini dirancang untuk menguji pengaruh fakta dan fenomena serta mencari keterangan keterangan secara factual yaitu penelitian yang bersifat menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi (Sekaran, 2003: 124).

4.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah 32 (tiga puluh dua) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) Kota Tebing Tinggi. Waktu penelitian direncanakan dimulai pada bulan Mei 2010.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pejabat pengelola keuangan satuan kerja perangkat daerah (PPK-SKPD) di Pemerintah Kota Tebing Tinggi yang mempunyai transaksi keuangan dalam anggaran pendapatan dan anggaran belanja serta Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) sebagai pengkonsolidasian laporan keuangan. Adapun jumlah populasi yang ada sebanyak 32 (tiga puluh dua) orang. Responden penelitian ini juga sebagai pihak yang mengepalai Bagian Akuntansi


(50)

masing-masing SKPD yang bertanggung jawab dan terkait dengan penyusunan laporan keuangan instansi gabungan.

Jenis penelitian ini adalah sensus, seluruh populasi yaitu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang dijadikan sampel. Metode yang digunakan adalah survei, merupakan pengumpulan data primer yang diperoleh langsung dari sumber asli Tahap yaitu Pejabat Pengelola Keuangan (PPK) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) serta Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD).

Tabel 4.1. Populasi dan Sampel Penelitian

No Satuan Kerja Perangkat Daerah Jabatan dalam Dinas

PPK – SKPD/PPKD

1. Dinas Pekerjaan Umum Kasubbag Keuangan 2. Badang Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Kasubbag Keuangan 3. Sekretariat DPRD Kasubbag Keuangan 4. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kasubbag Keuangan 5. Dinas Pendapatan Kasubbag Keuangan 6. Badang Kesbanglinmas Kasubbag Keuangan 7. Kantor Perputakaan dan Arsip Daerah Kasubbag Keuangan 8. Kecamatan Padang Hulu Kasubbag Keuangan 9. Kantor Lingkungan Hidup Kasubbag Keuangan 10. Kantor Pemberdayaan Perempuan dan KB Kepala Tata Usaha 11. Dinas Pendidikan Kasubbag Keuangan 12. Dinas Perhubungan Kasubbag Keuangan 13. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kasubbag Keuangan 14. Dinas Kesehatan Kasubbag Keuangan 15. Dinas Pemuda Olahraga, Budpar Kasubbag Keuangan 16. Kecamatan Padang Hilir Kasubbag Keuangan 17. Dinas Pertanian Kasubbag Keuangan 18. Dinas Koperindag Kasubbag Keuangan 19. Kecamatan Tebing Tinggi Kota Kasubbag Keuangan 20. Kecamatan Rambutan Kasubbag Keuangan 21. Dinas Catatan Sipil dan Kependudukan Kasubbag Keuangan 22. Kantor Satpol PP Kepala Tata Usaha 23. Badan Perancanaan Daerah Kasubbag Keuangan 24. Badan Kepegawaian dan Pendidikan dan Kasubbag Keuangan


(51)

No Satuan Kerja Perangkat Daerah Jabatan dalam Dinas PPK – SKPD/PPKD

Pelatihan

25. RSUD. Dr. Kumpulan Pane Kasubbag Keuangan 26. Inspektorat Kepala Tata Usaha 27. Kantor Ketahanan Pangan Kepala Tata Usaha 28. Akbid PEMKO Kasubbag Keuangan 29. Kecamatan Bajenis Kasubbag Keuangan 30. Sekretariat Daerah Kota Kasubbag Umum 31. Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kasubbag Keuangan 32. PPKD Kasubbag Akuntansi Sumber: Pemerintah Kota Tebing Tinggi, 2010.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini yang akan diberikan kuisioner adalah seluruh pejabat Pengelola Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK-SKPD) serta Pejabat Pengelolaan Keuangan Daerah. Tahapan dalam pengumpulan terdiri dari dua tahap. pertama adalah melakukan penyebaran kuisioner secara langsung kepada Pejabat Pengelola Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK-SKPD) serta Pejabat Pengelola Keuangan Daerah kemudian menunggu pengisian kuisioner tersebut. Tahapan yang kedua adalah pengambilan kuisioner yang telah diisi oleh seluruh Pejabat Pengelola Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK-SKPD) serta Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) untuk kemudian dilakukan pengolahan data dari kuisioner tersebut.

4.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian ini menggunakan lima variabel independen (Peraturan, Latar Belakang Pendidikan, Pelatihan, dan Komitmen serta Perangkat Pendukung) dan satu


(52)

variabel dependen yaitu Kemampuan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

4.5.1. Variabel Dependen

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah kemampuan penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku yang diartikan sebagai kemampuan dari masing-masing SKPD dalam menyusun laporan keuangan pemerintah daerah yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan Atas Laporan Keuangan sesuai dengan Permendagri 13 Tahun 2006 dan Standar Akuntansi Pemerintahan. Pengukur variabel ini adalah sebagai berikut:

a. Laporan keuangan SKPD yang disusun terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

b. Laporan keuangan Pemerintah Daerah yang disusun terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan.

c. PPKD menyusun laporan keuangan Pemerintah Daerah dengan cara menggabungkan laporan-laporan keuangan SKPD.

d. SKPD dan Pemerintah Daerah harus menyusun laporan keuangan tepat waktu yaitu untuk laporan keuangan SKPD disusun paling lambat 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir, sedangkan laporan keuangan pemerintah daerah paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

Variabel ini diukur dengan skala interval. Untuk penilaiannya adalah sebagai berikut:


(53)

1. Sangat Tidak Setuju (STS) Skor 1 2. Kurang Setuju (KS) Skor 2 3. Ragu-ragu (N) Skor 3 4. Setuju (S) Skor 4 5. Sangat Setuju (SS) Skor 5

4.5.2. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini yaitu:

1. Peraturan pada variabel ini adalah Peraturan, keputusan, prosedur-prosedur dan perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan dan penyusunan laporan keuangan daerah. Variabel ini diukur dengan menggunakan indikator-indikator sebagai berikut:

a. Pemerintah daerah harus membuat peraturan tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah, sistem akuntansi dan kebijakan akuntansi sehingga memudahkan dalam penyusunan laporan keuangan daerah.

b. Peraturan tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah, sistem dan kebijakan akuntansi harus dibuat dalam peraturan daerah dan peraturan kepala daerah.

c. Pemerintah daerah harus membuat prosedur akuntansi penerimaan kas, dan prosedur akuntansi aset tetap/barang milik daerah prosedur akuntansi selain kas.

d. Sistem akuntansi SKPD dilaksanakan oleh PKK – SKPD dan sistem akuntansi pemerintah daerah dilakukan oleh PPKD – selaku BUD.


(54)

e. PPK – SKPD dan PPKD harus mengkoordinasikan pelaksanaan sistem dan prosedur akuntansi tersebut dengan penatausahaan keuangan pengelolaan keuangan daerah oleh bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran.

Variabel ini diukur dengan skala interval. Untuk penilaiannya adalah sebagai berikut:

1. Sangat Tidak Setuju (STS) Skor 1 2. Kurang Setuju (KS) Skor 2 3. Ragu-ragu (N) Skor 3 4. Setuju (S) Skor 4 5. Sangat Setuju (SS) Skor 5

2. Latar belakang pendidikan dalam penelitian ini adalah latar belakang pendidikan yang diperoleh pejabat pengelola keuangan Satuan kerja perangkat Daerah (PKK – SKPD) dan pejabat pengelola keuangan Daerah (PPKD) di bangku pendidikan formal menunjang kemampuannya melaksanakan penyusunan laporan keuangan SKPD dan pemerintah daerah. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah sebagai berikut:

a. Pegawai mempunyai latar belakang pendidikan akuntansi.

b. Penempatan pegawai pada posisi yang tepat dan benar sebagai PPK – SKPD, bendahara penerimaan maupun bendahara pengeluaran.

Variabel ini diukur dengan skala Interval. Untuk penilaiannya adalah sebagai berikut:


(55)

2. Kurang Setuju (KS) Skor 2 3. Ragu-ragu (N) Skor 3 4. Setuju (S) Skor 4 5. Sangat Setuju (SS) Skor 5

3. Pelatihan dalam penelitian ini adalah seperangkat penambahan pengetahuan dan keterampilan responden yang bertujuan agar dapat meningkatkan profesionalisme dan produktivitas kerja yang baik dalam kemampuan penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah. Adapun penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah. Adapun indikator pengukuran variabel ini adalah sebagai berikut:

a. Pengalaman bekerja pegawai di bidang pengelolaan keuangan daerah b. Pegawai yang pernah mengikuti pelatihan mengenai akuntansi.

Variabel ini diukur dengan skala interval. Untuk penilaiannya adalah sebagai berikut:

1. Sangat Tidak Setuju (STS) Skor 1 2. Kurang Setuju (KS) Skor 2 3. Ragu-ragu (N) Skor 3 4. Setuju (S) Skor 4 5. Sangat Setuju (SS) Skor 5

4. Komitmen artinya adalah keinginan dari setiap Pejabat Pengelola Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK – SKPD) dan Pengelolaan Keuangan Daerah (PPKD) untuk melakukan perubahan sesuai dengan adanya Peraturan dan


(56)

perundang-undangan yang berlaku dalam penyusunan laporan keuangan daerah. Pengukuran variabel diukur melalui sebagai berikut:

a. Pejabat atau pegawai harus mengetahui mengenai tata cara penyusunan laporan keuangan sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 dan Standar Akuntansi Pemerintahan.

b. Keinginan dan kemauan pejabat dan pegawai harus dimiliki untuk menyusun laporan keuangan sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 dan Standar Akuntansi Pemerintahan.

c. Penyusunan laporan keuangan yang tidak sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 dan Standar Akuntansi Pemerintahan Daerah menyebabkan laporan keuangan kurang informatif bagi pengguna.

Variabel ini diukur dengan skala interval. Untuk penilaiannya adalah sebagai berikut:

1. Sangat Tidak Setuju (STS) Skor 1 2. Kurang Setuju (KS) Skor 2 3. Ragu-ragu (N) Skor 3 4. Setuju (S) Skor 4 5. Sangat Setuju (SS) Skor 5

5. Perangkat Pendukung dalam penelitian ini adalah ketersediaan perangkat pendukung yang akan membantu mereka dalam melaksanakan tugas seperti ketersediaan perangkat komputer dan software yang berkaitan dengan kebutuhan


(57)

dan didukung keahlian pegawai untuk mengoperasikan perangkat komputer tersebut. Variabel ini diukur berdasarkan sebagai berikut:

a. Tersedianya perangkat keras (hardware) untuk melaksanakan program perangkat lunak (software).

b. Tersedianya perangkat lunak (software) untuk memproses data akuntansi. c. Adanya keterampilan dan keahlian pegawai dalam mengaplikasikan komputer

dalam memproses data akuntansi dengan menggunakan perangkat lunak (software).

Variabel ini diukur dengan skala interval. Untuk penilaiannya adalah sebagai berikut:

1. Sangat Tidak Setuju (STS) Skor 1 2. Kurang Setuju (KS) Skor 2 3. Ragu-ragu (N) Skor 3 4. Setuju (S) Skor 4 5. Sangat Setuju (SS) Skor 5

Atas hal tersebut maka dapat disusun matriks operasional variabel pada Tabel 4.2 berikut:


(58)

Tabel 4.2. Definisi Operasional Variabel

Jenis Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala

A. Dependen 1. Kemampuan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah B. Independen 1. Peraturan Kemampuan

penyusunan laporan keuangan pemerintah

daerah adalah

Kemampuan dari

masing-masing SKPD dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah yang disusun dan disajikan oleh Pejabat Pengelola Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah dan Pejabat Pengelola Keuangan Daerah sesuai dengan permendagri 13 Tahun 2006 dan Estándar

Akuntansi Pemerintahan.

Peraturan adalah Peraturan, keputusan, prosedur-prosedur dan perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan dan penyusunan laporan keuangan

Daerah

a. Laporan keuangan SKPD yang disusun terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan Atas Laporan Keuangan. b. Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah yang disusun terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan.

c. PPKD menyusun Laporan

keuangan Pemerintah Daerah dengan cara menggabungkan laporan-laporan keuangan SKPD. d. SKPD dan Pemerintah daerah harus

menyusun laporan keuangan tepat waktu yaitu untuk laporan keuangan SKPD disusun paling lambat 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir, sedangkan laporan keuangan pemerintah daerah paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

a. Pemerintah daerah harus membuat peraturan tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah, sistem akuntansi dan kebijakan akuntansi sehingga memudahkan dalam penyusunan laporan keuangan daerah.

b. Peraturan tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah, sistem dan kebijakan akuntansi harus dibuat dalam peraturan daerah dan peraturan kepala daerah. c. Pemerintah daerah harus membuat prosedur akuntansi penerimaan kas, prosedur pengeluaran kas dan prosedur akuntansi aset tetap/ barang milik daerah dan prosedur akuntansi selain kas.

d. Sistem akuntansi SKPD

dilaksanakan oleh PPK-SKPD dan sistem akuntansi pemerintah daerah dilakukan oleh PPKD selaku BUD.

Interval


(1)

ketidakmampuan penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah. Namun apabila kualifikasi pendidikan dalam bidang ilmu tertentu diterapkan maka terjadi juga kesenjangan di mana Menurut Gaa and Thore (2004) mengatakan bahwa pendidikan akuntansi selama ini memfokuskan pada dimensi pilihan kebijakan tetapi tidak memperhatikan nilai dan kredibilitas yang mempengaruhi pilihan tersebut. Kemudian Gaa and Thorne menyebutkan bahwa pada dasarnya akuntan memiliki tindakan berdasarkan nilai yang ada dalam pikiran mereka. Pendapat ini diperkuat oleh Kiger dalam Azhar (2007) yang menyebutkan bahwa pendidikan akuntansi di kelas seharusnya tidak memfokuskan pada etika dalam subjek-subjek akademis melainkan pada sensitivitas etika itu sendiri. Karena itulah pembentukan nilai-nilai moral dan etika dalam pola pikir seorang akuntan sangat penting, dan hal ini dicapai melalui sosialisasi nilai-nilai moral dan etika dalam pendidikan akuntansi secara memadai.

Variabel Pelatihan (X3) tidak berpengaruh terhadap kemampuan penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah disebabkan belum diterapkannya pelatihan yang digilir secara merata ke seluruh SKPD yang ada yang terkait dalam penyusunan laporan keuangan. Pelatihan itu penting bagi pegawai. Sebagaimana menurut Veithzal Rivai (2004: 226), pelatihan dalam proses sistematis mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi. Pelatihan berkaitan dengan keahlian dan kemampuan pegawai untuk melaksanakan pekerjaan saat ini. Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian dan kemampuan tertentu agar berhasil guna dalam pekerjaannya. Sedangkan menurut Notoatmojo, (2003) menyatakan bahwa pendidikan dan pelatihan adalah upaya untuk


(2)

mengembangkan sumber daya manusia, terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian manusia. Sehingga dengan adanya pelatihan diharapkan kemampuan atau keterampilan karyawan akan meningkat.

Variabel Komitmen (X4) tidak berpengaruh terhadap kemampuan penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah disebabkan disebabkan para pegawai yang terkait belum bisa mengeluarkan sumber daya fisik, mental dan spiritual tambahan yang dapat diperoleh dalam melaksanakan penugasannya. Tanpa adanya komitmen maka pekerjaan-pekerjaan besar akan sulit terlaksana. Kesanggupan untuk bertanggung jawab terhadap hal-hal yang dipercayakan kepada seseorang. Komitmen tidak ada hubungannya sama sekali dengan bakat, kepintaran atau talenta. Dengan komitmen yang kuat akan memungkinkan seseorang bisa mengeluarkan sumber daya fisik, mental, dan spiritual tambahan yang bisa diperoleh, sebaliknya tanpa komitmen maka pekerjaan-pekerjaan besar akan sulit dilaksanakan.


(3)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Secara simultan Peraturan, Latar Belakang Pendidikan, Pelatihan, Komitmen dan Perangkat Pendukung berpengaruh terhadap kemampuan penyusunan laporan keuangan pemerintah.

2. Secara parsial hanya variabel Sarana Pendukung berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kemampuan penyusunan laporan keuangan pemerintah. Hasil tersebut sejalan dengan hasil yang dicapai oleh Azhar (2008) di mana secara parsial hanya Variabel Sarana Pendukung berpengaruh terhadap kemampuan penyusunan laporan keuangan pemerintah. Penelitian ini kontradiksi dengan hasil Tarigan (2008) di mana dalam riset Tarigan (2008) variabel Sarana Pendukung tidak berpengaruh terhadap kemampuan penyusunan laporan keuangan pemerintah.

3. Nilai adjusted R squaresebesar 0.406 (40.6%). Hal ini menunjukkan bahwa variabel Peraturan, Latar Belakang Pendidikan, Pelatihan, Komitmen dan Perangkat Pendukung berpengaruh terhadap kemampuan penyusunan laporan keuangan pemerintah sebesar 40.6%. sedangkan sisanya sebesar 59.4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini.


(4)

6.2. Keterbatasan

1. Penelitian ini dihasilkan dari penggunaan instrumen yang mendasarkan pada persepsi jawaban responden. Hal ini akan menimbulkan masalah jika persepsi responden berbeda dengan realita yang ada dan mengandung unsur subjektif dan jawaban yang dibuat tidak jujur.

2. Penelitian ini tidak mempertimbangkan variabel-variabel lain yang mungkin dapat mempengaruhi kemampuan penyusunan laporan keuangan pemerintah.

6.3. Saran

1. Penelitian berikutnya selain menggunakan teknik wawancara juga melengkapi dengan data sekunder untuk mengukur kemampuan penyusunan laporan keuangan pemerintah dengan melihat skor capaian prestasi dan dihitung secara kuantifikasi.

2. Peneliti berikutnya agar memperbanyak jumlah variabel independen yang digunakan dengan mempertimbangkan variabel yang berkaitan dengan motivasi.

3. Peneliti menyarankan kepada Pemerintah Kota Tebing Tinggi agar menempatkan pegawai atau staf pada bidang tugas yang disesuaikan dengan latar belakang pendidikan sehingga diharapkan kinerja yang dihasilkan lebih meningkat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Azhar, 2007, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Penerapan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 pada Pemerintah Kota Banda Aceh, Tesis, Medan, USU, (tidak dipublikasikan).

Baridwan, Z, 1991, Sistem Akuntansi, BPFE, Yogyakarta.

Batubara, Rizal Iskandar, 2008, Analisis Pengaruh Latar Belakang Pendidikan, Kecakapan Profesional, Pendidikan Berkelanjutan, dan Independensi Pemeriksa terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan (Studi Empiris pada Bawasko Medan), Tesis, Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, tidak dipublikasikan, FE-USU, Medan.

Benyamin, H, 1995, Peranan Adminstrasi Pemerintah Daerah, LP3ES Indonesia, Jakarta.

Depdagri, 1997, Kepmendagri No. 690.900.327.1996, “Pedoman Penilaian dan Kinerja Keuangan”. Menteri Dalam Negeri. Jakarta.

Devas, Nick, Briean Binder, Anne Booth, Kennet Davey and Roy Kelly, 1989, “Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia” (terjemahan oleh Masri Maris), UI – Press, Jakarta.

Gaa and Thore, 2004, Basic Accounting Education in Asia, Education of Journal, Elsevier, London.

Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Goodhue, Dale L, dan Ronald Thompson, 1995, Task-Technology Fit and Individual Performance, MIS Quarterly, Juni, p 213-232.

Halim, Abdul, 1997, Bunga Rampai Sistem Informasi Akuntansi, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta.

Insukindo, Mardiasmo, Wahyu Widayar, Wihana Kirana, BM Purwanto, Abdul Halim, Jhon Suprihanto, dan A Budi Purnomo, 1994, Peranan dan Pengelolaan Keuangan Daerah dalam Usaha Meningkatkan PAD, “Laporan


(6)

Penelitian”, Kerjasama Departemen Keuangan RI dengan Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta (tidak dipublikasikan).

Jaya, Wihana Kirana, 1996, Program Penataran Manajemen Sektor Ekonomi Strategis, “Modul Pelatihan”, Pusat Penelitian dan Pengkajian Ekonomi dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Jaya, Wihana Kirana, 1999, “Analisis Potensi Keuangan Daerah Pendekatan Makro”, PPPEB UGM, Yogyakarta.

Kalbers, Lawrence P., dan Fogarty, Timothy J, 1995, Professionalism Its Consequences: A Study of Internal Auditors. Auditing: A Journal of Practice. Vol. 14. No. 1: 64-86.

Kenneth, Loudon and Jane, 2008, Management Information Systems, Nine Edition, Thomson Willey and Sons, New York.

Kuncoro, M, 1995, Desentralisasi Fiskal di Indonesia, Dilema Otonomi dan Ketergantungan, “Prisma”, No. 4,3 – 17.

Mardiasmo, 1999, Otonomi Daerah yang Berorientasi pada Kepentingan Publik National Seminar Promoting Good Governance 1999”.

Matindas, R, 2002, Managemen SDM Lewat Konsep Ambisi, Kenyataan, dan Usaha, Edisi II, Grafiti, Jakarta.

Medi, Setianus, 1996, Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah Propinsi Nusa Tenggara Timur, Tesis. Program Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta, (tidak dipublikasikan).

Mediana, 2001, Pengaruh Program Pendidikan dan Pelatihan terhadap Produktivitas Kerja Karyawan P.T Samudera Indonesia, PPs USU Medan. Menteri Negara Otonomi Daerah Republik Indonesia dan PAU-SE (UGM) tentang

Pembekalan Teknis.

Miller, Stephen M. dan Frank S. Russek, H R, Fiscal Structures and Economic Growth at the State and Local Level, “Public Finance Review”, Vol. 25 No 2, 213-237.

Notoatmojo, Soekidjo, 2003, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Cetakan Ketiga, P.T. Rineka Cipta, Jakarta.


Dokumen yang terkait

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Kota dan Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2012).

0 7 17

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN WAKTU DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (STUDI EMPERIS PADA PEMERINTAHAN KOTA TEBING TINGGI).

2 15 28

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN WAJIB LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia Tahun 2014).

0 0 9

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi Dengan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Sebagai Variabel Moderating

0 1 17

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi Dengan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Sebagai Variabel Moderating

0 0 2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi Dengan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Sebagai Variabel Moderating

0 0 11

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi Dengan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Sebagai Variabel Moderating

0 0 21

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi Dengan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Sebagai Variabel Moderating

1 7 4

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi Dengan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Sebagai Variabel Moderating

0 0 25

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA PALEMBANG

0 0 15