Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.
y = 0.4297x + 0.0048 R
2
= 0.9991 r = 0.9996
0.000 0.100
0.200 0.300
0.400 0.500
0.600
0.0 0.2
0.4 0.6
0.8 1.0
1.2 Konsentrasi Cd mcgml
A bso
rbansi
Gambar 5. Kurva Kalibrasi Logam Timbal Konsentrasi 0,4; 0,6; 0,8; 1,0
dan 1,2 mcgml yang diukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom pada panjang gelombang 228,0 nm.
Berdasarkan kurva di atas diperoleh hubungan yang linier antara konsentrasi dengan serapan dengan nilai koefisien korelasi r untuk timbal
sebesar 0,9994 dan untuk kadmium sebesar 0,9996. Harga koefisien korelasi r yang mendekati 1 dari masing-masing kurva kalibrasi timbal dan kadmium
menunjukkan korelasi antara konsentrasi dengan absorbansi. Hal ini sesuai dengan Hukum Lambert-Beer yaitu A = abc, dimana nilai absorbansi A
berbanding lurus dengan nilai konsentrasi c Day dan Underwood, 1993.
4.2.3 Kadar Timbal dan Kadmium dalam Sampel
Hasil analisis kadar timbal dan kadmium dalam sampel dengan metode
standar adisi dapat dilihat pada Lampiran 5. Kadar logam timbal dan kadmium dalam sampel yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 3.
Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.
Tabel 3. Data Kadar Timbal dan Kadmium mgkg dalam Sampel Madu Tak
Bermerek asal Pasar Padang Bulan dan Pasar Pringgan.
No. Sampel
Kadar Timbal mgkg
Kadar Kadmium mgkg
1. PB
0,03 35
, ±
0,00 03
, ±
2. PR
0,03 20
, ±
0,00 03
, ±
Keterangan: PB = Madu tak bermerek dari Pasar Padang Bulan PR = Madu tak bermerek dari Pasar Pringgan
Berdasarkan data di atas, menunjukkan bahwa madu tak bermerek yang beredar di pasaran sudah terkontaminasi logam timbal dan kadmium meskipun
masih dalam jumlah yang kecil dan belum melewati batas maksimum yang diizinkan Badan Standarisasi Nasional 2004 dalam SNI 01-3545-2004 yakni
sebesar 1,0 mgkg untuk logam timbal sedangkan untuk kadmium tidak disebutkan. Berdasarkan SK Ditjen POM No.03725BSKVII1989 menyebutkan
batas maksimum cemaran logam kadmium dalam makanan adalah 0,2 mgkg. Keberadaan cemaran logam berat dalam madu menurut Sihombing 1997
disebabkan oleh faktor lingkungan tempat hidup lebah madu, lokasi tumbuh tanaman yang menjadi sumber nektar dan dari air yang ditambahkan ke dalam
madu.
4.2.2 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi
Berdasarkan data kurva kalibrasi timbal dan kadmium, diperoleh batas
deteksi untuk timbal sebesar 0,5556 mcgml dan kadmium sebesar 0,0494
mcgml. Batas kuantitasi untuk timbal dan kadmium masing-masing diperoleh sebesar 1,8519 mcgml dan 0,1629 mcgml perhitungannya dapat dilihat pada
Lampiran 3 dan Lampiran 4. Batas deteksi dapat didefenisikan sebagai
konsentasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat dideteksi, meskipun tidak selalu dapat dikuantitasi dan batas kuantitasi didefenisikan sebagai
Baginda Mulia Nasution : Penetapan Kadar Timbal Dan Kadmium Dalam Madu Tak Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom, 2009.
konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan
Gandjar dan Rohman, 2007; Harmita, 2004. Hal tersebut di atas juga membuktikan bahwa hasil rata-rata kadar timbal
dan kadmium mcgml yang diperoleh dalam madu tak bermerek yang berasal dari pasar Padang Bulan dan Pringgan setelah menggunakan metode standar adisi
masing-masing adalah 0,1407 mcgml dan 0,0784 mcgml untuk untuk timbal dan 0,0110 mcgml dan 0,0101 mcgml untuk kadmium memang berada di bawah
batas deteksi yakni untuk timbal 0,5556 mcgml dan kadmium 0,0494 mcgml dan
juga di bawah batas kuantitasi sebesar 1,8519 mcgml untuk timbal dan 0,1629 mcgml.
Berdasarkan hasil pengukuran sampel yang berada di bawah limit deteksi dan limit kuantitasi maka dilakukan pengukuran kadar logam dalam sampel
menggunakan metode standar adisi yakni dengan menambahkan sejumlah tertentu standar yang diketahui konsentrasinya kedalam sampel, karena menurut Syahputra
2004 metode ini mampu meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan matriks sampel dan standar.
4.3 Uji Perolehan Kembali