Morario : Komposisi Dan Distribusi Cacing Tanah Di Kawasan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Moeis Dan Di Perkebunan Rakyat Desa Simodong Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara, 2010.
merupakan salah satu faktor pembatas pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit. Kelapa sawit hanya dapat tumbuh dan bereproduksi dengan baik di daerah yang
beriklim tropis Hadi,2004.
Curah hujan yang ideal bagi pertumbuhan kelapa sawit yaitu 2.500-3000 mm per tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun. Curah hujan yang terlalu tinggi
mengakibatkan proses penyerbukan dan fotosintesis kurang optimal. Radiasi matahari juga dibutuhkan dalam jumlah yang cukup untuk proses fotosintesis, yaitu 1.800 jam
penyinaran per tahun dengan lama penyinaran yang optimal 6-7 jam per hari. Suhu optimal rata-rata yang diperlukan oleh kelapa sawit yaitu 27-32ºC dengan kelembaban
udara optimal 80-90 Hadi,2004.
2.1.4 Manfaat Tanaman Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan tanaman tropis penghasil minyak nabati yang rendah kolesterol dan dapat diolah lebih lanjut menjadi suatu produk yang tidak hanya
dikonsumsi untuk kebutuhan pangan minyak goreng, margarin, lemak dan lain-lain tetapi juga untuk kebutuhan lain seperti sabun, deterjen, BBM. Tandan kelapa sawit
dapat dimanfaatkan menjadi pupuk, kompos dan bahan bakar. Batang kelapa sawit dapat dimanfaatkan menjadi bahan bangunan. Lumpur sludge kelapa sawit dapat
dimanfaatkan menjadi sabun, pupuk dan pakan ternak Hadi,2004.
2.2 Klasifikasi
Cacing Tanah
Cacing tanah merupakan hewan Invertebrata dari filum Annelida, kelas Chaetopoda dan ordo Oligochaeta. Famili dari ordo ini yang sering ditemukan adalah:
a. Famili Moniligastridae, contoh genus: Moniligaster. b. Famili Megascolidae, contoh genus: Pheretima, Peryonix, Megascolex.
c. Famili Acanthodrilidae, contoh genus: Diplocardia. d. Famili Eudrilidae, contoh genus: Eudrilus.
e. Famili Glossoscolecidae, contoh genus: Pontoscolex corethrurus. f. Famili Sparganophilidae, contoh genus: Sparganophilus.
Morario : Komposisi Dan Distribusi Cacing Tanah Di Kawasan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Moeis Dan Di Perkebunan Rakyat Desa Simodong Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara, 2010.
g. Famili Tubificidae, contoh genus: Tubifex. h. Famili Lumbricidae, contoh genusnya yaitu: Lumbricus, Eiseniella, Bimastos,
Dendrobaena, Octalasion, Eisenia, Allobophora John, 2007.
2.3
Morfologi Cacing Tanah
Cacing tanah merupakan hewan yang tidak mempunyai tulang belakang invertebrata. Tubuhnya tersusun atas segmen-segmen yang berbentuk cincin
chaeta, yaitu struktur berbentuk rambut yang berguna untuk memegang substrat dan bergerak. Tubuh dibedakan atas bagian anterior dan posterior. Pada bagian anteriornya
terdapat mulut dan beberapa segmen yang agak menebal membentuk klitelium Edward Lofty, 1997.
Gambar 2.2 Morfologi Cacing Tanah
Hegner Engeman 1978 menjelaskan bahwa cacing tanah tidak mempunyai kepala, tetapi mempunyai mulut pada ujungnya anterior yang disebut protomium.
Bagian belakang mulut terdapat bagian badan yang sedikit segmennya dinamakan klitelium yang merupakan pengembangan segmen-segmen, biasanya mempunyai
warna yang sedikit menonjol atau tidak dibandingkan dengan bagian tubuh lain. Cacing tanah juga tidak mempunyai alat pendengar, tetapi peka sekali terhadap
Morario : Komposisi Dan Distribusi Cacing Tanah Di Kawasan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Moeis Dan Di Perkebunan Rakyat Desa Simodong Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara, 2010.
sentuhan dan getaran. Cacing tanah juga tidak mempunyai mata, tetapi peka sekali terhadap sentuhan dan getaran, sehingga dapat mengetahui kecenderungan untuk
menghindari cahaya, selain itu cacing juga tidak mempunyai gigi.
Pada bagian bawah ventral terdapat pori-pori yang letaknya tersusun atas setiap segmen dan berhubungan dengan alat ekskresi nephredia yang ada dalam
tubuh. Nephredia ini mengeluarkan zat-zat sisa yang telah berkumpul di dalam rongga tubuh rongga selomik berupa cairan. Fungsi pori-pori adalah untuk menjaga
kelembaban kulit cacing tanah agar selalu basah karena cacing tanah bernafas melalui kulit yang basah tersebut. Kulit luar kutikula selalu dibasahi oleh kelenjar-kelenjar
lendir kelenjar mukus. Lendir ini terus diproduksi cacing tanah untuk membasahi tubuhnya agar dapat bergerak dan melicinkan tubuhnya Rukmana, 1999.
Secara sistematik, cacing tanah bertubuh tanpa kerangka yang tersusun oleh segmen-segmen fraksi luar dan fraksi dalam yang saling berhubungan secara integral,
diselaput i oleh epidermis kulit berupa kutikula kulit kaku berpigmen tipis dan setae lapisan daging semu di bawah kulit kecuali pada dua segmen pertama yaitu pada
bagian mulut Hanafiah, 2005.
Warna cacing tanah tergantung pada ada tidaknya dan jenis pigmen yang dimilikinya. Sel atau butiran pigmen ini berada di dalam lapisan otot di bawah
kulitnya. Paling tidak sebagian warna juga disebabkan oleh adanya cairan kulomik kuning. Warna pada bagian dada dan perut umumnya lebih muda dari pada bagian
lainnya, kecuali pada Megascolidae yang berpigmen gelap, berwarna sama. Cacing tanah yang tanpa atau berpigmen sedikit, jika berkulit transparans biasanya terlihat
berwarna merah atau pink. Apabila kutikulanya sangat irridescent, seperti pada Lumbricus dan Dendrobaena maka akan terlihat biru Hanafiah, 2005.
2.4 Ekologi Cacing Tanah