Morario : Komposisi Dan Distribusi Cacing Tanah Di Kawasan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Moeis Dan Di Perkebunan Rakyat Desa Simodong Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara, 2010.
Megascolex cempii dan Pheretima posthuma. Pada lokasi II didapatkan komposisi cacing tanah secara berurutan adalah Pontoscolex corethrurus, Drawida sp, Peryonix
excavatus dan Pheretima posthuma.
Pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa Pontoscolex corethrurus menempati
urutan tertinggi pada kedua lokasi, sedangkan Pheretima posthuma menempati urutan terendah pada kedua lokasi. Hal ini dikarenakan adanya batasan toleransi yang sangat
luas bagi kehidupan cacing tanah dari jenis Pontoscolex corethrurus sehingga jenis ini mampu hidup dimana saja. John 1998 menyatakan bahwa cacing tanah jenis
Pontoscolex corethrurus banyak ditemukan pada areal perkebunan kelapa sawit. Selanjutnya Suin 1982 menjelaskan bahwa jenis Pontoscolex corethrurus banyak
ditemuka n di Pulau Sumatera.
4.4 Frekuensi Kehadiran FK dan Konstansi Cacing Tanah
Frekuensi kehadiran dan konstansi cacing tanah yang didapatkan pada setiap lokasi
penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini. Tabel 4.4 Frekuensi Kehadiran dan Konstansi Cacing Tanah pada Masing-
Masing Lokasi Penelitian No
Jenis Lokasi I
Lokasi II FK
Konstansi FK
Konstansi 1.
Pontoscolex corethrurus 56
Konstan 60
Konstan
2. Peryonix excavatus
28 Asesoris
24 Aksidental
3. Pheretima posthuma
16 Aksidental
20 Aksidental
4.
Drawida sp -
- 36
Aksesoris
5. Megascolex cempii
16 Aksidental
- -
Keterangan: FK= Frekuensi Kehadiran
Pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa jenis cacing tanah pada lokasi I yang
bersifat konstan 1 jenis, bersifat aksidental ada 2 jenis dan bersifat asesoris 1 jenis. Pada lokasi II jenis cacing tanah yang bersifat konstan 1 jenis, bersifat aksidental ada
2 jenis dan bersifat asesoris 1 jenis tetapi yang bersifat absolut tidak ditemukan. Hal ini memperlihatkan bahwa tidak ada jenis yang sangat sering ditemukan absolut
pada kedua lokasi, tetapi ada 1 jenis yang sering ditemukan konstan pada kedua lokasi yaitu Pontoscolex corethrurus. Hal ini dikarenakan kondisi lingkungan baik
Morario : Komposisi Dan Distribusi Cacing Tanah Di Kawasan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Moeis Dan Di Perkebunan Rakyat Desa Simodong Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara, 2010.
secara fisik-kimia maupun ketersediaan air dan unsur hara dapat mendukung bagi kehidupan cacing tanah dari jenis Pontoscolex corethrurus.
4.5 Cacing Tanah yang Memiliki Nilai Kepadatan Relatifnya KR ≥ 10 dan
Frekuensi Kehadiran FK ≥ 25
Berdasarkan Nilai Kepadatan Relatif KR ≥ 10 dan Frekuensi Kehadiran FK ≥
25 cacing tanah dapat dikelompokkan seperti yang terlihat pada Tabel 4.6 berikut
ini.
Tabel 4.5 Cacing Tanah yang Memiliki Nilai Kepadatan Relatif KR ≥ 10 dan
Frekuensi Kehadiran FK ≥ 25
No Spesies
Lokasi I Lokasi II
KR FK KR FK
1 2
3 Pontoscolex corethrurus
Peryonix excavatus Drawida sp
66 16
- 56
28 -
58,02 -
28,4
60 -
36
Didapatkan 3 jenis dari 5 jenis cacing tanah yang dapat hidup dan berkembang dengan baik yaitu Pontoscolex corethrurus, Peryonix excavatus dan Drawida sp.
Dimana pada lokasi I yaitu dari jenis Pontoscolex corethrurus dan Peryonix excavatus dan pada lokasi II yaitu dari jenis Pontoscolex corethrurus dan Drawida sp.
Hal ini memperlihatkan bahwa kondisi masing-masing lokasi penelitian dapat mendukung kehidupan dan perkembangbiakan dari jenis Pontoscolex corethrurus, hal
ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Suin 1988 apabila nilai KR ≥ 10 dan FK ≥
25 menunjukkan bahwa hewan tersebut mampu hidup dengan baik di habitatnya. Sedangkan Drawida sp hanya dapat hidup dan berkembangbiak dengan baik pada
lokasi II dan Peryonix excavatus hanya dapat hidup dan berkembangbiak dengan baik pada lokasi I, hal ini dikarenakan ke dua jenis ini memiliki kisaran toleransi yang
berbeda terhadap kondisi lingkungan, seperti pH dan kadar organik tanah. Menurut
Morario : Komposisi Dan Distribusi Cacing Tanah Di Kawasan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Moeis Dan Di Perkebunan Rakyat Desa Simodong Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara, 2010.
John 1998 cacing tanah dari jenis Megascolex cempii lebih menyukai kondisi lingkungan dengan pH sedikit asam 6, kelembaban tanah berkisar antara 80-90,
dan kadar organik tergolong rendah 1 , sedangkan cacing tanah dari jenis Drawida sp lebih menyukai kondisi lingkungan dengan pH netral 6-7, kelembaban
tanah berkisar antara 85-95, dan kadar organik tergolong cukup tinggi 1-2 .
4.6 Nilai Indeks Morista Distribusi Cacing Tanah