Morario : Komposisi Dan Distribusi Cacing Tanah Di Kawasan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Moeis Dan Di Perkebunan Rakyat Desa Simodong Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara, 2010.
Kesuburan cacing tanah di suatu habitat sangat dipengaruhi oleh perbedaan suhu, contohnya jumlah kokon yang dihasilkan oleh
Allolobophora caliginosa dan
beberapa spesies Lumbricus jumlahnya bertambah 4 kali lipat ada kisaran suhu 6 – 16 C. Kokon dari
Allolobophora chlorotica menetas dalam waktu 36 hari pada suhu 29
C, 49 hari pada suhu 15 C dan 112 hari pada suhu 10
C bila tersedia air yang cukup Wallwork, 1970.
Suhu yang ekstrim tinggi atau rendah dapat mematikan cacing tanah. Suhu tanah pada umumnya dapat mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi dan
metabolisme. Tiap spesies cacing tanah memiliki kisaran suhu optimum tertentu, contohnya L.rubellus kisaran suhu optimumnya 15 – 18
C, L. terrestris ± 10 C,
sedangkan kondisi yang sesuai untuk aktivitas cacing tanah di permukaan tanah pada waktu malam hari ketika suhu tidak melebihi 10,5
C Wallwork, 1970.
c. pH
Kemasaman tanah sangat mempengaruhi populasi dan aktivitas cacing tanah sehingga menjadi faktor pembatas penyebaran dan spesiesnya. Umumnya cacing tanah tumbuh
baik pada pH sekitar 7,0, namun L.terrestis dijumpai pada pH 5,2 – 5,4. Beberapa spesies tropis genus Megascolex hidup pada tanah masam dengan pH 4,5 – 4,7 dan
Bimastos lonnbergi pada pH 4,7 – 5,1, bahkan Dendrobaena octaedra tahan pada pH di bawah 4,3 Hanafiah, 2005.
Menurut Rukmana 1999 tanah pertanian di Indonesia umumnya bermasalah karena pH-nya asam. Tanah yang pH-nya asam dapat mengganggu pertumbuhan dan
daya berkembangbiak cacing tanah, karena ketersediaan bahan organik dan unsur hara pakan cacing tanah relatif terbatas. Di samping itu, tanah dengan pH asam kurang
mendukung percepatan proses pembusukan fermentasi bahan-bahan organik. Oleh karena itu, tanah pertanian yang mendapatkan perlakuan pengapuran sering banyak
dihuni cacing tanah. Pengapuran berfungsi menaikkan meningkatkan pH tanah sampai mendekati pH netral.
Morario : Komposisi Dan Distribusi Cacing Tanah Di Kawasan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Moeis Dan Di Perkebunan Rakyat Desa Simodong Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara, 2010.
Cacing tanah sangat sensitif terhadap keasaman tanah, karena itu pH merupakan faktor pembatas dalam menentukan jumlah spesies yang dapat hidup pada
tanah tertentu. Dari penelitian yang telah dilakukan secara umum didapatkan cacing tanah menyukai pH tanah sekitar 5,8-7,2 karena dengan kondisi ini bakteri dalam
tubuh cacing tanah dapat bekerja optimal untuk mengadakan pembusukan. Penyebaran vertikal maupun horizontal cacing tanah sangat dipengaruhi oleh pH tanah
Edwards Lofty, 1977.
d. Bahan Organik
Distribusi bahan organik dalam tanah berpengaruh terhadap cacing tanah, karena terkait dengan sumber nutrisinya sehingga pada tanah miskin bahan organik hanya
sedikit jumlah cacing tanah yang dijumpai. Namun apabila cacing tanah sedikit, sedangkan bahan organik segar banyak, pelapukannya akan terhambat Hanafiah,
2005.
Bahan organik tanah sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan populasi cacing tanah karena bahan organik yang terdapat di tanah sangat diperlukan
untuk melanjutkan kehidupannya Lee, 1985. Selanjutnya Buckman Brady 1982 menjelaskan sumber utama materi organik tanah adalah serasah tumbuhan dan tubuh
hewan yang telah mati. Pada umumnya bahan organik ini banyak jumlahnya pada tanah yang kelembabannya tinggi dibandingkan dengan yang rendah. Selain itu
menurut Russel 1988 bahan organik juga mempengaruhi sifat fisik-kimia tanah dan bahan organik itu merupakan sumber pakan untuk menghasilkan energi dan senyawa
pembentukan tubuh cacing tanah.
e. Vegetasi