Morario : Komposisi Dan Distribusi Cacing Tanah Di Kawasan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Moeis Dan Di Perkebunan Rakyat Desa Simodong Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara, 2010.
pada medioventral segmen XVII dan XIX. Lubang spermateka 4 pasang, terletak pada septa 56 – 89 pada septa 56 kurang jelas John, 1998.
Gambar 4.5 Pheretima posthuma
4.2 Kepadatan individum² dan Kepadatan Relatif Populasi Cacing Tanah
Kepadatan populasi cacing tanah pada kedua lokasi penelitian menunjukkan adanya
perbedaan, seperti yang terlihat pada Tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2 Kepadatan individum² dan Kepadatan Relatif Populasi Cacing Tanah pada Masing-Masing Lokasi Penelitian
No Jenis
Lokasi I Lokasi II
K KR
K KR
1. Pontoscolex corethrurus
14,66 66,00
20,89 58,02
2. Peryonix excavatus
3,55 16,00
2,66 7,40
3. Pheretima posthuma
1,77 8,00
2,22 6,18
4. Drawida sp
- -
10,22 28,40
5. Megascolex cempii
2,22 10,00
- -
Jumlah 22,22
100,00 35,99
100,00
Keterangan: K= Kepadatan, KR = Kepadatan Relatif
Pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pada lokasi I jenis Pontoscolex
corethrurus memiliki nilai kepadatan tertinggi yaitu 14,66 individum² dengan nilai kepadatan relatif yaitu 66 dan nilai kepadatan terendah didapatkan dari jenis
Pheretima posthuma yaitu 1,77 individum² dengan nilai kepadatan relatif yaitu 8. Pada lokasi II jenis Pontoscolex corethrurus memiliki nilai kepadatan tertinggi yaitu
20,89 individum² dengan nilai kepadatan relatif yaitu 58,02 dan nilai kepadatan terendah didapatkan dari jenis Pheretima posthuma, yaitu 2,22 individum² dengan
Morario : Komposisi Dan Distribusi Cacing Tanah Di Kawasan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Moeis Dan Di Perkebunan Rakyat Desa Simodong Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara, 2010.
nilai kepadatan relatif yaitu 6,18. Keadaan ini disebabkan ke dua spesies ini memiliki kisaran toleransi yang berbeda terhadap kondisi lingkungan, seperti pH dan
kadar organik tanah. Hal ini dikarenakan faktor fisik-kimia yang berbeda seperti kelembaban, kadar organik dan kadar air. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh
Wallwork 1970 bahwa kepadatan cacing tanah pada suatu areal umumnya dipengaruhi oleh faktor fisik seperti kelembaban, vegetasi dan mikrohabitat.
Lee 1985 menyatakan bahwa bahan organik sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan populasi cacing tanah karena bahan organik yang terdapat di
dalam tanah sangat diperlukan untuk melanjutkan kehidupannya. Selanjutnya Hanafiah 2005 menyatakan bahwa distribusi bahan organik dalam tanah
berpengaruh terhadap cacing tanah, karena terkait dengan sumber nutrisinya sehingga pada tanah miskin bahan organik hanya sedikit jumlah cacing tanah yang dijumpai.
4.3 Komposisi Cacing Tanah
Berdasarkan nilai kepadatan relatif dapat ditentukan komposisi cacing tanah dari
urutan tertinggi sampai terendah pada masing-masing lokasi seperti pada Tabel 4.3
berikut ini:
Tabel 4.3 Komposisi Cacing Tanah pada Masing-Masing Lokasi Penelitian No
Jenis Lokasi I
Lokasi II KR
Komposisi KR
Komposisi 1.
Pontoscolex corethrurus 66,00
1 58,02
1
2. Peryonix excavatus
16,00 2
7,40 3
3. Pheretima posthuma
8,00 4
6,18 4
4. Drawida sp
- -
28,40 2
5. Megascolex cempii
10,00 3
- -
Jumlah 100,00
100,00
Keterangan: KR = Kepadatan Relatif
Pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada lokasi I didapatkan komposisi
cacing tanah secara berurutan adalah Pontoscolex corethrurus, Peryonix excavatus,
Morario : Komposisi Dan Distribusi Cacing Tanah Di Kawasan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Moeis Dan Di Perkebunan Rakyat Desa Simodong Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara, 2010.
Megascolex cempii dan Pheretima posthuma. Pada lokasi II didapatkan komposisi cacing tanah secara berurutan adalah Pontoscolex corethrurus, Drawida sp, Peryonix
excavatus dan Pheretima posthuma.
Pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa Pontoscolex corethrurus menempati
urutan tertinggi pada kedua lokasi, sedangkan Pheretima posthuma menempati urutan terendah pada kedua lokasi. Hal ini dikarenakan adanya batasan toleransi yang sangat
luas bagi kehidupan cacing tanah dari jenis Pontoscolex corethrurus sehingga jenis ini mampu hidup dimana saja. John 1998 menyatakan bahwa cacing tanah jenis
Pontoscolex corethrurus banyak ditemukan pada areal perkebunan kelapa sawit. Selanjutnya Suin 1982 menjelaskan bahwa jenis Pontoscolex corethrurus banyak
ditemuka n di Pulau Sumatera.
4.4 Frekuensi Kehadiran FK dan Konstansi Cacing Tanah