Morario : Komposisi Dan Distribusi Cacing Tanah Di Kawasan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Moeis Dan Di Perkebunan Rakyat Desa Simodong Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara, 2010.
kelapa sawit PT. Moeis dan pada areal perkebunan kelapa sawit masyarakat di Desa Simodong. Selanjutnya pengambilan sampel cacing tanah dilakukan dengan metoda
Kuadrat dan metoda Hand Sorting, dimana tiap-tiap lokasi perkebunan diambil sebanyak 25 titik sampel sebagai ulangan.
3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Pengambilan Sampel Cacing Tanah
Pada masing-masing titik sampel yang telah ditentukan dibuat plot berukuran 30 x 30 cm dengan kedalaman 20 cm sebanyak 25 plot dan diambil tanahnya dengan
menggunakan sekopcangkul, kemudian ditempatkan dalam lembaran plastik. Pengambilan sampel dilakukan pada pukul 07.00 – 09.00 WIB. Selanjutnya cacing
tanah yang ada pada tanah tersebut disortir. Cacing tanah yang didapatkan dikumpulkan dan dibersihkan dengan air serta dihitung jumlahnya, kemudian
dimasukkan ke dalam botol sampel yang telah berisi formalin 4, setelah itu diawetkan dengan alkohol 70 Suin, 1997. Cacing tanah yang diawetkan ini dibawa
ke Laboratorium Sistematika Hewan FMIPA USU untuk diidentifikasi.
3.4.2 Identifikasi Spesies Cacing Tanah
Sampel cacing tanah yang telah diawetkan, terlebih dahulu dikelompokkan jenisnya sesuai dengan kemiripan bentuk morfologinya, selanjutnya dideterminasi dan
diidentifikasi dengan bantuan lup dan mikroskop stereo binokuler serta menggunakan beberapa buku acuan seperti: Suin 1989, Dindal 1990, dan John 1998.
3.5 Pengukuran Sifat Fisik dan Kimia Tanah
Tanah pada masing-masing plot sampel diukur kelembaban relatif, suhu, kadar air, dan kadar organik tanah. Pengukuran kelembaban relatif, pH dan suhu tanah
dilakukan sebelum tanah diambil dari kuadrat tersebut. Kelembaban relatif dan pH
Morario : Komposisi Dan Distribusi Cacing Tanah Di Kawasan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Moeis Dan Di Perkebunan Rakyat Desa Simodong Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara, 2010.
diukur dengan menggunakan Soil Tester dan suhu tanah diukur dengan menggunakan Soil Thermometer.
Pengukuran kadar air dan kadar organik tanah dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian USU. Tanah yang telah disortir cacing tanah dibersihkan
dari sisa-sisa tumbuhan dan hewan tanah lainnya yang masih ada, kemudian diaduk- aduk sampai rata dan diambil sebanyak 20 gram tanah untuk dianalisis. Selanjutnya
sampel tanah ini dikeringkan dalam oven pada suhu 105 C selama 2 jam sehingga
beratnya konstan dan ditentukan kadar air tanahnya dengan rumus sebagai berikut :
A – B Kadar air tanah = x 100
A
Morario : Komposisi Dan Distribusi Cacing Tanah Di Kawasan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Moeis Dan Di Perkebunan Rakyat Desa Simodong Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara, 2010.
Keterangan: A = Berat basah tanah B = Berat konstan tanah Wilde, 1972 dalam Adianto, 1993
Selanjutnya diambil sebanyak 5 gram dan dibakar di dalam tungku pembakar Furnace Mufle dengan suhu 600
C selama tiga jam. Persentase kadar organik tanah dihitung dengan rumus: 0,5 gram tanah kering udara dimasukkan ke dalam erlenmeyer
500 cc, lalu ditambahkan 10 ml H
2
SO
4
pekat, kemudian diguncang 3-4 menit, selanjutnya diamkan selama 30 menit. Tambahkan 100 ml air suling dan 5 ml H
3
PO
4
85 dan 2,5 ml NaF 4. Kemudian ditambahkan 5 tetes diphenilamine, diguncang, larutan berwarna biru tua kehijauan kotor. Titrasi dengan Fe NH
4 2
SO
4 2
0,5 N dari buret hingga warna berubah menjadi hijau terang. Lakukan kembali prosedur diatas
dari no.2 sd 5 tanpa tanah untuk mendapatkan volume titrasi Fe NH
4 2
SO
4 2
0,5 N untuk Blanko Muklis, 2007. Dengan menggunakan rumus berikut:
C org = 5 x [1-T5] x 0,003 x 10,77 x 100BCT x 0,72
dengan : T = Volume titrasi Fe NH42SO42 0,5 N dengan tanah S = Volume titrasi Fe NH42SO42 0,5 N untuk Blanko tanpa tanah
0,003 = 1 ml K2Cr2O7 0,1N + H2SO4 mampu mengoksidasi 0,003 gr C.Organik 10,77 = Metode ini hanya 77 C.Organik yang dapat dioksidasi
BCT = Berat Contoh Tanah.
3.6 Analisis Data