Catherine : Pembuatan Garam Kalsium Karotenil Sulfat Dan Pengaruh Sifat Pemantapnya Terhadap Metil Ester Tidak Jenuh, 2010.
c Reaksi alilik karotenol dengan CF
3
COOH atau CF
3
SO
3
H dalam CH
2
Cl
2
untuk selektif protonasi dari gugus hidroksil, dibandingkan protonasi rantai poliena.
Gugus hidroksi yang terprotonasi merupakan gugus pergi yang baik.
Gambar 2.5. Reaksi Karotenol dengan CF
3
COOH Kihdahl, G. 2007
2.3.2. Karotenoid Sulfat
Seluruh karotenoid sulfat dibuat melalui sintesis partial dari karotenol melalui reaksi dengan sulfur trioksidakompleks piridin yang dibuat dari asam kloro sulfonat dan
piridin, diikuti dengan pembentukan garam natrium dari penambahan NaOH atau untuk karotenoid yang labil terhadap basa dengan NaCl. Asam alkil sulfat diketahui
bersifat asam seperti asam sulfat dan akan secara langsung membentuk garam anorganik Liaane, S. 1996.
Menurut prosedur umumnya, sulfur trioksidakompleks piridin, dalam keadaan berlebih, dicampurkan pada -10ÂșC dan reaksi dipantau dengan TLC pada temperatur
kamar. Reaksi kemudian diikuti dengan penambahan larutan NaOH 10 hingga pH 9, atau dengan penambahan larutan NaCl. Larutan karotenoid kemudian diekstraksi
dengan etil asetat atau untuk disulfat dengan kloroform-metanol dan dipisahkan
Catherine : Pembuatan Garam Kalsium Karotenil Sulfat Dan Pengaruh Sifat Pemantapnya Terhadap Metil Ester Tidak Jenuh, 2010.
dengan TLC. Pigmen recovery secara umum sekitar 75 dan karotenol yang tidak bereaksi sekitar 25 dari total karotenoid yang diperoleh kembali Liaane, S. 1996.
Kelarutan karotenoid sulfat di dalam air tidak hanya dipengaruhi oleh sifat karotenoid itu sendiri dan jumlah gugus sulfat yang ada tetapi juga oleh garam
anorganik, dimana kelarutan karotenoid dalam air akan menurun secara drastis dengan adanya garam anorganik Liaane, S. 1996.
2.4.
Adsorpsi
Adsorpsi merupakan proses satu arah dengan temperatur rendah dan adsorben yang digunakan dapat diperoleh kembali. Adsorpsi merupakan proses yang selektif dan
hanya merupakan proses satu arah. Lefond, S. 1975. Bila larutan ada dua zat atau lebih, zat yang satu akan diserap lebih kuat
daripada yang lain. Zat-zat yang dapat menurunkan tegangan permukaan antara, lebih kuat diserap. Makin kompleks zat terlarut, makin kuat diserap oleh adsorben. Makin
tinggi temperatur, makin kecil daya serap, namun demikian pengaruh temperatur tidak sebesar seperti pada adsorpsi gas. Sukardjo, 1985. Luas permukaan yang besar juga
merupakan faktor utama dalam proses adsorpsi Lefond, S. 1975 dimana adsorben yang baik dapat menahan sejumlah besar adorbat, dengan adanya interaksi antara
adsorben dan adsorbat Fried, V. 1983. Sifat-sifat umum dari proses adsorpsi:
1. Adsorpsi adalah proses kesetimbangan antara konsentrasi pada satu bidang
permukaan dan konsentrasi lain di bidang mana komponen itu terkandung. Jadi keadaannya adalah reversibel.
2. Banyaknya komponen yang diadsorpsi sebanding dengan luas permukaan zat
adsorben. 3.
Daya adsorpsi tiap jenis adsorben terhadap suatu zat berbeda, bahkan cara pembuatan adsorben yang berbeda menyebabkan daya adsorpsi yang berlainan.
4. Daya adsorpsi akan berkurang bila temperatur bertambah tinggi.
5. Adsorpsi diikuti oleh pengeluaran panas energi.
Sukmariah, 1990
Catherine : Pembuatan Garam Kalsium Karotenil Sulfat Dan Pengaruh Sifat Pemantapnya Terhadap Metil Ester Tidak Jenuh, 2010.
Molekul atau atom dapat berikatan dengan permukaan adsorben melalui dua cara, yaitu melalui adsorpsi kimia dan adsorpsi fisika.
Tabel 2.3 Perbedaan adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia No.
Adsorpsi Fisika Adsorpsi Kimia
1. Adsorpsi dengan adanya gaya tarik
Van der Waals. Adanya reaksi kimia pada bidang
permukaan. 2.
Perubahan panas kecil. Perubahan panas besar.
3. Tidak spesifik
Spesifik 4.
Jumlah zat yang diadsorpsi berkurang dengan naikknya
temperatur. Dapat berkurang dan bertambah.
5. Energi pengaktif kecil.
Energi pengaktif besar. Sumber: Sukmariah, dan Kamianti. 1990. Kimia Kedokteran. Edisi 2. Jakarta.
Binarupa Aksara.
Gambar 2.6 Skema ilustrasi dari lima tipe bentuk ikatan kimia pada permukaan logam Adsorpsi hidrokarbon jenuh dalam substrat logam merupakan sebuah interaksi
fisik lemah, dimana lebih di dominasi oleh gaya Van der Waals. Pembagian dari tipe interaksi ini, menunjukkan adanya penyerapan fisik dimana tidak ada ikatan kimia
Catherine : Pembuatan Garam Kalsium Karotenil Sulfat Dan Pengaruh Sifat Pemantapnya Terhadap Metil Ester Tidak Jenuh, 2010.