Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
46 Mempengaruhi
Pertumbuhan Ekonomi Regional.
pengeluaran pemeritah daerah.
Entropi Theil, II migrasi keluar dan
pengeluaran pemerintah
daerah.
– Sedangkan inflasi berpengaruh
negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi regional.
3. Diah Prasasti
2006: 344-360. “Perkembangan
PDRB per kapita 30 Provinsi di
Indonesia Periode 1993- 2003:
Pendekatan Disparitas
Regional Konvergensi”.
PDRB per kapita. Penduduk berumur
10 tahun ke atas yang
berhasil menamatkan
jenjang SMU. Angkatan kerja.
Dummy krisis mulai th 1997=1.
OLS – Variabel
penduduk yang
tamat SMU
bernilai positif dan signifikan.
– Angkatan kerja
tidak signifikan. – Dummy
SDA menunjukkan
hubungan positif dan signifikan.
– Dummy krisis
menunjukkan
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
47 hubungan
yang negatif
dan signifikan
di semua model.
4. Asih Sriwinarti
2005: 67-69. Beberapa
Karakteristik Umum
Pertumbuhan enam kota besar di
Indonesia Tahun 1980- 2000.
Pertumbuhan Kota
PDRB. Kepadatan
Penduduk. Pendapatan
Perkapita. Tingkat Pendidikan.
Industrialisasi. Regional spill over.
GLS – Variabel
yang berpengaruh
positif terhadap
pertumbuhan kota: kepadatan
penduduk, Industrilaisasi dan
pendapatan
per kapita.
– Sedangkan variabel
pendidikan dan
pertumbuhan ekonomi
daerah lain
SPILL berpengaru negatif
terhadap
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
48 pertumbuhan kota.
5. Siti Aisyah Tri
Rahayu 2004:133-147.
“Peranan Sektor Publik Lokal
Dalam Pertumbuhan
Ekonomi Regional”.
Pertumbuhan Ekonomi Regional.
Investasi pemerintah daerah.
Konsumsi pemerintah daerah.
Penerimaan. pemerintah daerah.
Laju angkatan kerja. GLS
Data Panel
– Investasi pemerintah daerah
berpengaruh positif signifikan
terhadap pertumbuhan
ekonomi regional.
– Konsumsi pemerintah daerah
dan laju angkatan berpanguruh
positif tetapi tidak signifikan
terhadap pertumbuhan
ekonomi regional.
– Penerimaan pemerintah daerah
berpengaruh negatif
yang signifikan
terhadap
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
49 pertumbuhan
ekonomi regional. 6.
Iman Mulatip dan Bambang PS
Brodjonegoro 2004: 61-82.
“Determinan Pertumbuhan Kota di
Indonesia “ Pertumbuhan Kota :
Pertumbuhan populasi
Angkatan kerja Kepadatan
penduduk Spesialisasi
ekonomi Manufaktur
Tingkat pendidikan Pendapatan
dan pengeluaran
pemerintah Geografis
Ukuran kota OLS
– Kepadatan penduduk
dan spesialisai.
ekonomi berpengaruh
negatif signifikan.
– Manufaktur dan
tingkat pendidikan
berpengaruh positif signifikan.
– Pendapatan dan
pengeluaran pemerintah tidak
signifikan.
– Geografi dan
ukuran kota tidak signifikan.
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
50 7.
Ranis Stewart 2001: 1-45.
“Economic Growth and Human Development”.
Pertumbuhan ekonomi
GDP perkapita
negara berkembang Amerika
Latin tahun periode 1960-1992.
Usia harapan hidup long life expetacy.
Tingkat kemampuan
membaca penduduk dewasa
adult literacy.
Tingkat pendidikan perempuan.
Pengeluaran publik untuk sektor sosial.
Tingakat investasi domestik.
Distribusi pendapatan.
OLS – Tingkat
awal pembangunan
manusia berperngaruh
positif signifikan.
– Adult literacy dan angka
harapan hidup berpengaruh
positif signifikan. – Investasi
berpengaruh positif signifikan
– Distribusi pendapatan yang
lebih baik
berhubungan dengan
tingakat pertumbuhan
ekonomi yang
tinggi. – Tingkat awal GDP
perkapita berpengaruh
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
51 negatif signifikan.
Berdasarkan hasil
penelitian tersebut
disarankan agar
pembangunan manusia
harus mendahului
atau menyertai
pertumbuhan ekonomi
agar menghasilkan
sikluspola pembangunan
yang virtous.
8. Barro
2001: 408-443. “Economic Growth in
across section
of Country”.
Pertumbuhan ekonomi GDP di
berbagai negara
dengan berbagai
tingkat ekonomi
tahun 1965-1996. Rasio
belanja konsumsi
pemerintah-GDP. School attainment.
Life expetancy. Tingkat inflasi.
Rasio investasi-
hubungan perdagangan
OLS – Penduduk laki-laki
berpindidikan menengah
dan tinggi
memberi pengaruh
dan signifikan
terhadap pertumbuhan GDP
perkapita riil.
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
52 indikator
modal manusia
: school
attainment life
expetancy. Karena
pekerja dengan
latar belakang
pendidikan dilengkapi dengan
teknologi yang
baru memilki
peran penting
dalam penyebaran teknologi.
– Penduduk perempuan
berpindidikan dasar, menengah,
tinggi dan
penduduk laki-laki berpendidikan
dasar tidak
mempuyai pengaruh
yang signifikan
terhadap pertumbuhan GDP
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
53 perkapita riil.
– Pertumbuhan GDP tidak
berkaitan secara signifikan
dengan lama
sekolah perempuan
pada tingkat pendidikan
dasar merupakan prasyarat
bagi tingkat pendidikan
menengah dan
tinggi.
53
L. Kerangka Pemikiran
Secara ringkas kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pemberlakuan Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah
daerah dan Undang-undang No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah merupakan titik tolak pemberdayaan pemerintah
daerah secara lebih mandiri. Pembangunan daerah dengan sistem otonomi daerah ditujukan demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi PDRB dan kesejahteraan
masyarakat. Dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang dicerminkan dengan peningkatan nilai PDRB, dibutuhkan sumber dana maupun sumber daya
manusia untuk mencapai hal itu, Provinsi DKI Jakarta menggali dana dari
investasi yang ada dan menggali potensi daerahnya. Untuk melihat pengaruh tingkat investasi, angkatan kerja yang bekerja,dan pendapatan asli daerah PAD
terhadap pertumbuhan ekonomi PDRB maka digunakan analisis regresi berganda.
Investasi pada hakekatnya merupakan awal kegiatan pembangunan ekonomi, investasi dibagi menjadi 2 yaitu investasi PMA dan investasi PMDN
dan investasi dapat dilakukan oleh swasta, pemerintah atau kerjasama antara pemerintah dan swasta. Pendapatan asli daerah merupakan sumber dana yang
diperoleh pemerintah daerah dari pemanfaatan dan pengelolaan sumber-sumber daya yang dimiliki oleh daerah tersebut yang dapat digunakan untuk membiayai
pembangunan daerah. Angkatan kerja merupakan sumber daya potensial sebagai pengerak, penggagas dan pelaksana daripada pembangunan di daerah tersebut,
54 sehingga dapat memajukan daerah tersebut. Ketiga aspek tersebut diharapkan
menjadi pendorong untuk tumbuh dan berkembangnya suatu perekonomian di daerah tersebut. Dengan demikian tingkat investasi baik PMA dan PMDN,
pendapatan asli daerah dan angkatan kerja yang bekerja dapat dijadikan indikator dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi regional PDRB.
Gambar 2.1 Skema Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi Regional PDRB
dan Variabel-variabel Yang Mempengaruhi
M. Hipotesis
Untuk dapat mengarahkan hasil penelitian, disampaikan suatu hipotesis penelitian. Hipotesis ini akan diuji kebenarannya dan hasil ujian ini akan dapat
dipakai sebagai masukan dalam menentukan kebijakan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hipotesis adalah suatu pernyataan yang dikemukakan dan
masih lemah kebenarannya. Hipotesis juga dipandang sebagai konklusi yang
ANGKATAN KERJA YANG
BERKERJA
INVESTASI PMDN PAD
KARISIS EKONOMI VARIABELDUMMY
PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL
PDRB INVESTASI PMA
55 sifatnya sementara. Sesuai dengan masalah di atas dapat diambil hipotesa sebagai
berikut : 1. H
1
: Diduga angkatan kerja yang bekerja berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional di provinsi
DKI Jakarta. 2. H
2
: Diduga Penanaman Modal Asing PMA berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional di provinsi
DKI Jakarta . 3. H
3
: Diduga investasi Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
regional di provinsi DKI Jakarta . 4. H
4
: Diduga Pendapan Asli Daerah PAD berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional di provinsi
DKI Jakarta. 5. H
5 :
Diduga krisis ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional di provinsi DKI Jakarta.
56
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup penelitian ini meliputi variabel dependen, yaitu pertumbuhan ekonomi yang diproxi dengan PDRB. Dan variabel independen,
yaitu angkatan kerja yang berkerja, PMA, PMDN, PAD, dan krisis ekonomi. Data mentah yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tahunan dari tahun
1987-2007. Dalam periode ini terdapat perubahan tahun dasar pada data Produk Domestik Bruto, dimana tahun 1987-2000 menggunakan PDRB atas dasar harga
konstan 1993 dan 2001-2007 menggunakan PDRB dasar harga konstan 2000. Oleh karena itu, agar data tersebut dapat diolah tanpa adanya kerancuan, maka
dilakukan penyamaan tahun dasar menjadi PDRB atas dasar harga konstan 2000. Menurut Badan Pusat Statistik, penyamaan tahun dasar ini dilakukan dengan
mencari jumlah PDRB yang dihitung dengan menggunakan dua tahun dasar, yaitu PDRB atas dasar harga konstan 1993 tahun 2000 dengan PDRB atas dasar harga
konstan 2000 tahun 2001. Jika ingin menjadikan tahun dasar 2000 maka terlebih dahulu dapatkan
magic number , yaitu dengan data tahun 2000 menurut tahun dasar 2000 dibagi
dengan data tahun 2000 menurut tahun dasar 1993. Magic number tersebut kemudian dikalikan dengan semua data yang diukur dengan tahun dasar 1993
sehingga data tersebut berubah menjadi tahun dasar 2000. Setelah semua data
56
57 sudah memiliki tahun dasar yang sama maka data tersebut baru bisa diolah dan
tidak akan menimbulkan kerancuan. Jenis penelitian dari segi pendekatan dibagi menjadi dua macam yaitu,
pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif pada dasarnya
menekankan analisisnya pada data-data numerikal angka yang diolah dengan metode statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian
inferensial dalam rangka pengujian hipotesis dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan
metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel adalah suatu himpuan bagian subset, dari unit populasi yang diharapkan dapat mewakilkan populasi penelitian. Sampel yang baik umumnya
memiliki karakteristik sebagai berikut Kuncoro,2003:105 : 1. Sampel yang baik memungkinkan peneliti untuk mengambil keputusan yang
berhubungan dengan besarnya sampel untuk memperoleh jawaban yang dikehendaki.
2. Sampel yang baik mengindentifikasikan probabilitas dari setiap unit analisis untuk menjadi sampel.
3. sampel yang baik dengan menghitung akurasi dan pengaruh mis: kesalahan dalam pemilihan sampel.