Pengaruh tingkat partisifasi angkatan kerja (TPAK) investasi asing-asing (PMA) dan ekspor terhadar PDRB di DKI Jakarta periode 1987-2009
PENGARUH TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA
(TPAK), INVESTASI ASING (PMA), DAN EKSPOR
TERHADAP PDRB DI DKI JAKARTA
PERIODE 1987
–
2009
Oleh
Wulan Anggraeni NIM: 106084002846
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS ILMU EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(2)
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI Hari ini Rabu, 15 juni 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa :
1. Nama : Wulan Anggraeni
2. NIM : 106084002846
3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
4. Judul Skripsi : PENGARUH TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK), INVESTASI ASING (PMA), DAN EKSPOR TERHADAP PDRB DI DKI JAKARTA PERIODE 1987-2009 Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 Juni 2011
1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS (_______________________ )
NIP. 195706171985031002 Ketua
2. Dr. Lukman, M.Si ( _______________________ )
NIP. 196406072003021001 Sekertaris
3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni ( _______________________ )
NIP. 196902032001121003 Penguji Ahli
4. Pheni Chalid, SF, MA.Ph.D ( _______________________ )
NIP. 1956050520001210012 Pembimbing I
5. Fitri Amalia. M. Si ( ________________________ )
(3)
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Senin, 7 Maret 2011 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa :
1. Nama : Wulan Anggraeni
2. NIM : 106084002846
3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
4. Judul Skripsi : PENGARUH TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK), INVESTASI ASING (PMA), DAN EKSPOR TERHADAP PDRB DI DKI JAKARTA PERIODE 1987-2009
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 7 maret 2011
1. Dr. Lukman, M.Si ( ________________________ )
NIP. 196406072003021001 Ketua
2. Fitri Amalia, M.Si ( _________________________ )
NIP. 198207102009122002 Sekertaris
3. Pheni Chalid, SF, MA.Ph.D ( _________________________ )
(4)
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Wulan Anggraeni
No. Induk Mahasiswa : 106048002846
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya :
1. tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan
2. tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilik karya
4. tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini
Jikalau ini kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung-jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Ciputat, 4 juni 2011
(5)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Wulan Anggraeni
2. Tempat & Tgl Lahir : Tangerang, 3 juli 1988
3. Alamat : Jln.Wr.Supratman Gg.Cemara
Rt 04/11 No.27 Desa Rengas.
4. Kebangsaan : Indonesia
5. Telepon : 085714731734/ 021 7410341
6. Jenis Kelamin : Perempuan
7. Agama : Islam
II. PENDIDIKAN
Pendidikan Formal
Tempat Waktu
1. SD Negeri 2 Pondok Ranji 1994 – 2001
2. SMP Negeri 5 Ciputat 2001 – 2003
3. SMA Negeri 2 Ciputat 2003 – 2006
4. UIN SYARIF HIDAYATULLAH Jakarta Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
(6)
Pendidikan Non Formal
Pelatihan/Seminar Waktu
1. Seminar Ekonomi Islam " Ekonomi Syariah sebagai Pondasi Pembangunan di Indonesia".
Juni 2007
2. Kursus Bahasa Inggris, Latansa BEC2 Maret 2006
3. KKN di Desa Cimande, Bogor Juli 2009 – Agustus 2009
4. Pelatihan SPSS.17, UIN Syarif Hidayatullah
Desember 2009
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Muhammad Mujib
2. Tempat & Tgl Lahir : Surabaya, 10 Desember 1959
3. Alamat : Jln.Wr.Supratman Gg.Cemara
Rt 04/11 No.27 Desa Rengas.
4. Telepon : 021 7410341
3. Ibu : Siti Maisaroh
5. Tempat & Tgl Lahir : Jakarta, 6 juli 1960
6. Alamat : Jln.Wr.Supratman Gg.Cemara
Rt 04/11 No.27 Desa Rengas.
(7)
ABSTRACT
The purpose of this research was aimed to know the influence of Labor Force Participation Rate (LFPR), Foreign Direct Investment (FDI), and Export to Gross Regional domestic Product (GRDP) in Jakarta. The dependent variable was the economic growth (GRDP), while the independent variables were the Labor force Participation Rate (LFPR), Foreign Direct Investment (FDI), and Exports. The data were used time series, 1987-2009 and the analytical method is used an with multiple regression.
The results showed that the Foreign Investment (FDI) and Exports positively influenced and significant to the GRDP growth in Jakarta, with coefficient determination (R2), which is equal to 0,958513.
It means that the GRDP of Jakarta respectively increased with the increase of the Foreign Investment and Exports, supported by sectors of industry and tax. While the Labour Force Participation Rate (LFPR) has not positive influenced to the growth of GRDP in Jakarta significantly.
Keywords: Gross Regional Domestic Product (GRDP), Labor force Participation Rat (LFPR), Foreign Direct Investment (FDI), Export.
(8)
ABSTRAKSI
Tujuan dari penelitian ini untuk menjelaskan pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Investasi Asing (PMA), dan Ekspor terhadap PDRB di DKI Jakarta. Variabel terikat yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi (PDRB), sedangkan variabel bebasnya adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Investasi Asing (PMA) dan Ekspor. Data yang digunakan adalah time series yaitu periode 1987-2009. Analisa yang digunakan metode regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Penanaman Modal Asing (PMA) dan Ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan PDRB DKI Jakarta, dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,958513.
Hal ini berarti bahwa PDRB DKI Jakarta akan semakin meningkat dengan meningkatnya Penanaman modal asing dan ekspor yang didorong oleh sektor-sektor industri yang ada dan pendapatan pajak. Sedangkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan PDRB DKI Jakarta.
Kata kunci : Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB), Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Penanaman Modal Asing (PMA), dan Ekspor
(9)
KATA PENGANTAR
Alhamdu Lillahi Robbil ‘Alamin
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala kekuatan dan kesabaran yang diberikan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Investasi Asing
(PMA) Dan Ekspor Terhadap PDRB Di DKI Jakarta Periode 1987-2009”. penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program sarjana ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sripsi ini merupakan sebuah karya yang tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Mujib dan Ibu Tiaroh, sumber motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas semua doa dan dukungan yang telah diberikan padaku sampai detik ini. Semoga suatu saat aku dapat membalas kebaikan yang diberikan dan dapat menjadi kebanggan bagi Papa dan Mama. Amin.
2. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Lukman M.Si. selaku ketua jurusan IESP Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif hidayatullah Jakarta.
(10)
4. Pheni Chalid Sf, MA, Ph.D. selaku dosen pembimbing I skripsi yang telah banyak memberikan saran dan pembelajaran kepada penulis.
5. Fitri Amalia, MS.i. selaku dosen pembimbing II skripsi yang juga telah banyak memberikan saran kepada penulis.
6. Seluruh Dosen FEB atas ilmunya yang bermanfaat yang telah diberikan, iesp for: Ibu Utami Baroroh, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan yang telah memberi motivasi dan penguji seminar proposal yang luar biasa dan Ibu Lili yang begitu baik dan murah hati untuk memudahkan saya dalam urusan di akademik jurusan IESP.
7. Aris, yang telah banyak memberikan semangat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih karena telah menjadi sahabat dan teman terdekat dalam hidupku.
8. Buat keluarga ku tercinta, keluarga besar H. Ayani Hasan, kakak-kakakku Mas Angga, Mas Ari, Mas Bayu yang sudah membantu dan mensupport ku dalam kuliah dan tidak lupa juga kepada adikku tercinta, Farhati Anggraeni yang sudah banyak membantuku.
9. Anak-anak Atdeeeeuh IESP B, Rezi, Zaka, Anda, Ikel, Iwan, Awang dan semuanya yang selama ini telah mendukung dan memberi semangat selama berkuliah.
10. Rekan-rekan IESP angkatan 2006 yang sama-sama berjuang untuk lulus skripsi. Terimakasih karena kalian telah memberikan banyak kenangan manis dalam catatan kehidupan penulis.
(11)
11. Teman-teman IESP B, terima kasih untuk hari-hari yang indah yang tak terlupakan.
12. Kepada seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.
13. Buat Febby dan Leny terima kasih banyak atas bantuan kalian selama ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan penulis dalam mencapai kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna dan bermanfaaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan. Terima Kasih
Jakarta, Juni 2011
WULAN ANGGRAENI penulis
(12)
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... i
ABSTRACT ... iii
ABSTRAKSI ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 11
C. Tujuan Penelitian ……… ... 12
D. Manfaat Penelitian ……… ... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13
A. Pertumbuhan Ekonomi ... 13
1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ... 13
2. Faktor-faktor Pertumbuhan Ekonomi ... 14
3. Indikator Pertumbuhan Ekonomi ... 17
4. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik ... 18
(13)
B. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) ... 25
1. Pengertian Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)... 25
2. Indikator Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) ... 28
3. Teori Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) ... 28
C. Investasi ... 29
1. Pengertian Investasi ... 29
2. Teori Investasi Harrod Domar ... 31
3. Penanaman Modal Asing (PMA)... 33
4. Investasi Asing (PMA) dan Pertumbuhan Ekonomi ... 35
D. Ekspor ... 37
1. Pengertian Ekspor ... 37
2. Teori Ekspor ... 39
3. Ekspor dan Pertumbuhan Ekonomi ... 41
E. Penelitian Sebelumnya ... 42
F. Kerangka Pemikiran ... 49
G. Hipotesis Penelitian ... 52
(14)
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 54
B. Metode Pengumpulan Sampel ... 54
C. Metode Pengumpulan Data ... 55
D. Metode Analisis Data... 56
1. Uji Stasioneritas ... 57
2. Uji Asumsi Klasik ... 59
a. Uji Normalitas Data ... 59
b. Uji Autokorelasi ... 59
c. Uji Heterokedastisitas ... 60
d. Uji Multikolinieritas ... 61
3. Uji Statistik ... 62
a. Uji Signifikansi Individual (uji t - Statistik) ... 62
b. Uji Signifikan Simultan (Uji F-Statistik)... 63
c. Uji Koefisien Determinasi ( R2)... 64
E. Operasional Variabel Penelitian ... 64
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 67
(15)
1. Keadaan Geografis DKI Jakarta... 67
2. Perkembangan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 68
3. Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) ... 71
4. Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) ... 73
5. Perkembangan Ekspor ... 76
B. Analisis Pembahasan dan Hasil Regresi ... 79
1. Uji Stasioneritas ... 79
2. Uji Asumsi Klasik ... 81
a. Hasil Uji Normalitas ... 81
b. Hasil Uji Autokorelasi ... 82
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 82
d. Hasil Uji Multikolinearitas ... 83
3. Hasil Uji Regresi Metode OLS ... 85
4. Hasil Uji Statistik ... 85
a. Uji Parsial (Uji-t) ... 85
b. Uji F-statistik ... 92
(16)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 94
A. Kesimpulan ... 94
B. Implikasi ... 96
C. Saran ... 97
DAFTAR PUSTAKA ... 99
(17)
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Hal
1.1 Data PDRB DKI Jakarta Atas dasar harga konstan
2000 tahun 2005-2009………... 3
1.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menurut jenis kelamin Di DKI Jakarta 2005-2009………... 5
1.3 Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) 2005-2009 Nilai Persetujuan pemerintah... 8
1.4 Data Nilai Ekspor DKI Jakarta 2005-2009... 9
2.1 Penelitian Sebelumnya ... 48
3.1 Variabel Penelitian ... 66
4.1 Hasil Uji Stasioner Tingkat Level …... 79
4.2 Hasil Uji Stasioner Tingkat First Different... 80
4.3 Hasil Uji Autokorelasi …... 82
4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas... 83
4.5 Hasil Uji Multikolinieritas…... 84
4.6 Hasil Olah data dengan Metode OLS... 85
(18)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Hal
2.1 Skema Angkatan Kerja... 26 2.2 Kerangka Pemikiran... 51 4.1 Perkembangan PDRB Berdasarkan Harga konstan 2000
periode 1987-2009... 69 4.2 Perkembangan TPAK (dalam persentase) periode
1987-2009... 72 4.3 Perkembangan PMA (dalam Ribu US $) periode
1987-2009…... 74 4.4 Perkembangan EKSPOR (dalam Milyar US $) periode
1987-2009... 77
(19)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Hal
1 Data Penelitian ... 102
2 Hasil Data Setelah Diestimasi ... 104
3 Hasil Regresi Log Linier ... 105
4 Hasil Uji Stasioner Tingkat Level ... 106
5 Hasil Uji Stasioner Tingkat First Different ... 110
6 Hasil Uji Normalitas JB Test ... 114
7 Hasil Uji Autokorelasi ... 115
8 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 116
(20)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode keperiode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat yang disebabkan oleh faktor-faktor produksi yang selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Menurut Sukirno (2004) dalam analisis makro, tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara diukur dari perkembangan pendapatan nasional riil yang dicapai suatu negara/daerah.
Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik menyatakan pertumbuhan ekonomi (didaerah diukur dengan pertumbuhan PDRB) bergantung pada perkembangan faktor-faktor produksi yaitu ; modal, tenaga kerja dan teknologi (Sukirno, 1994 : 456).
Adapun beberapa factor sebagai sumber penting yang dapat mewujudkan pertumbuhan ekonomi menurut ahli ekonomi klasik yaitu, Ricardo, Malthus dan Stuart Mill dimana bahwa:
1. Tanah dan kekayaan alam lainnya.
Kekayaan alam negara meliputi luas dan kesuburan tanah, keadaan iklim dan cuaca, jumlah dan jenis hasil hutan dan laut yang dapat diperoleh,
(21)
dan jumlah atau jenis kekayaan barang tambang yang ada. Hal ini akan mempermudah usaha untuk membangun perekonomian suatu negara, terutama pada masa permulaan proses pertumbuhan ekonomi. Namun terdapat hambatan dalam mengembangkanya, kekurangan modal, tenaga ahli dan pengetahuan hingga terbatasnya pasar bagi berbagai jenis kegiatan ekonomi. Untuk mengatasi hambatan yang ada, maka perlu adanya modal yang cukup, teknologi, teknik produksi dan tenaga-tenaga ahli secara efisien dan dapat menguntungkan. Peranan penanaman modal dan barang-barang pertanian untuk diekspor menjadi penggerak permulaan bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
2. Jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja
Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat mendorong maupun menghambat dalam perkembangan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja.
3. Barang-barang modal dan tingkat teknologi
Barang-barang modal penting artinya dalam mempertinggi efisiensi pertumbuhan ekonomi. Barang-barang modal bertambah jumlahnya, dan teknologi yang telah menjadi bertambah modern memegang peranan penting sekali dalam mewujudkan kemajuan ekonomi yang tinggi.
4. Sistem sosial dan sikap masyarakat
Sistem sosial dan sikap masyarakat memegang peranan yang cukup dalam pertumbuhan ekonomi. Dalam membicarakan masalah-masalah pembangunan dinegara berkembang ahli ekonomi telah menunjukan bahwa
(22)
sistem sosial dan sikap masyarakat dapat menjadi penghambat yang serius kepada pembangunan.
5. Luas pasar sebagai sumber pertumbuhan
Sekitar pada tahun 1998 Indonesia mulai mengalami krisis dari dampak krisis dunia. Kerusuhan yang begitu hebat melanda Indonesia, dimana pada saat itu terjadi penjarahan hingga, perekonomian menurun drastis. Hal ini terjadi dijantung perekonomian Indonesia, tepatnya DKI Jakarta dan hal ini berujung pada krisis moneter yang menyebabkan morat maritnya perekonomian DKI Jakarta. PDRB saat itu mengalami kemerosotan yang drastis sekitar -17,49%. Hal ini tentunya membuat perekonomian Indonesia dan khususnya DKI Jakarta yang merupakan pusat perekonomina Indonesia mengalami kemerosotan pertumbuhan ekonomi tetapi pada tahun-tahun berikutnya hingga tahun 2008 indonesia mengalami kebangkitan walaupun sedikit-demi sedikit. Kenapa demikian? Karena dengan memulai dari periode 1987 dimana Indonesia delapan tahun sebelum mengalami krisis dan berakhir pada periode 2009, dimana tiga belas tahun setelah mengalami krisis.
Tabel 1.1
Data PDRB DKI Jakarta
Atas dasar harga konstan 2000 Tahun 2005-2009 Tahun Nilai PDRB
(Juta rupiah)
Laju Pertumbuhan (%)
2005 295.270.545,00 6,01
2006 312.826.713,00 5,95
2007 322.971.255,00 6,44
2008 353.539.057,00 6,22
2009 371.399.302,00 5,01
(23)
Pada perkembangan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi DKI Jakarta pada periode sebelumnya mengalami fluktuasi pertumbuhan ekonomi nasional dan perkembangan pertumbuhan pada Propinsi DKI Jakarta dimana pada tahun 2005 PDRB mengalami kenaikan sekitar 6,01 persen, pada tahun 2006 pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta sedikit melambat 5,95 persen. Namun pada tahun 2007 dampak dari peningkatan harga tersebut mulai berkurang, perekonomian DKI tumbuh lebih cepat, yaitu 6,44 persen.
Sedangkan pada tahun 2008 dan 2009 perekonomian DKI Jakarta kembali melambat. Hal ini terjadi karena krisis ekonomi global yang berawal dari Amerika dan menjalar ke Eropa dan sebagian negara Asia sedikit banyak turut mempengaruhi perekonomian Indonesia, terutama Jakarta, sehingga pada tahun 2009 PDRB mengalami penurunan sekitar 5,01 persen. ( BPS, 2010:18-21).
Perannya sebagai ibu kota tidak hanya sekedar menjadi pusat pemerintahan, Jakarta berkembang menjadi pusat segala kegiatan, konsekuensinya sekitar 72 persen perekonomian Jakarta digerakkan oleh jasa-jasa terutama sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor ini menciptakan nilai tambah sekitar 30 persen dari PDRB DKI Jakarta, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan kontribusi sekitar 20 persen. Sisanya, sekitar 22 persen disumbangkan oleh sektor jasa kemasyarakatan, jasa perorangan, dan jasa transportasi dan komunikasi.
Suatu perekonomian yang berkembang dengan pesat belum tentu jaminan yang paling baik terhadap ciri suatu daaerah itu makmur, bila tidak diikuti perluasan kesempatan kerja guna menampung tenaga- tenaga kerja baru yang
(24)
setiap tahun. Memasuki angkatan kerja, dalam hal ini pertumbuhan ekonomi nasional maupun regional berkaitan erat dengan perluasan kesempatan kerja karena faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor yang penting artinya bagi pertumbuhan ekonomi, selain dipengaruhi oleh model alam dan teknologi. Oleh pertumbuhan penduduk harus diimbangi dengan perluasan kesempatan kerja agar angkatan kerja yang ada dapat diserap.
Pertumbuhan penduduk dan hal- hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja secara tradisional dianggap sebagai faktor yang positif dan merangsang pertumbuhan ekonomi artinya semakin banyak penduduk akan meningkatkan potensi pasar domestik, dengan catatan mereka mempunyai daya beli, sehinga permintaan akan meningkat (Todaro, 1997:63). Namun apabila Pertumbuhan penduduk sangat pesat akan berakibat pada peningkatan jumlah kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja merupakan perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk dalam usia kerja dalam kelompok yang sama.
Tabel 1.2
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Menurut Jenis kelamin di DKI jakarta 2005-2009
Sumber data : sakernas BPS DKI jakarta, 2010
Pertumbuhan ekonomi didalam perekonomian dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya tingkat partisipasi angkatan kerja. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Daerah DKI Jakarta dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Pada pertengahan tahun 1997 dimana Indonesia mengalami krisis
Tahun TPAK (%)
2005 63,08
2006 62,72
2007 61,04
2008 68,68
(25)
manejer, sehingga terjadi perubahan pembangunan ketenagakerjaan dan perkembangan kesempatan kerja. Hal ini dapat dilihat dari berkurangnya tingkat partisipasi angkatan kerja yang terserap dari berbagai lapangan pekerjaan didaerah tertentu, khususnya di Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dari 2005 mengalami kenaikan sebesar 1,78 persen.
Pada tabel 1.3 diatas memberikan gambaran bahwa perkembangan papada tahun 2005-2008 mengalami peningkatan dan penurunan yang relative pada tahun 2009, jumlah penduduk usia kerja di Jakarta yang masuk pasar kerja Jakarta, yang diukur dengan TPAK, setiap tahunnya rata-rata berjumlah 62,84 persen dari total penduduk bekerja (sekitar 4,2 juta jiwa). Setelah itu TPAK berangsur meningkat meskipun masih sangat berfluktuasi, dengan persentase tertinggi terjadi pada tahun 2008, yaitu sebesar 68,68 persen (sekitar 4,77 juta jiwa). (BPS, 2010:23).
Melihat kondisi Jakarta yang sedimikian rupa maka peningkatan modal pada saat itu juga sangat berperan penting untuk meningkatkan perekonomian, oleh karena itu pemerintah dan swasta berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui penghimpunan dana yang diarahkan pada kegiatan ekonomi produktif yaitu dengan menggenjot investasi, baik penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal dalam negeri serta penimgkatan volume perdagangan luar negeri melalui ekspor guna menambah cadangan devisa.
Pada dasarnya Investasi merupakan pembentukan modal yang mendukung peran swasta dalam perekonomian. Menurut Harrod Domar, dalam mendukung pertumbuhan ekonomi diperlukan investasi-investasi baru sebagai stok modal seperti penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing.
(26)
Penanaman modal asing langsung merupakan investasi yang dilakukan oleh swasta asing ke suatu negara tertentu. Bentuknya dapat berupa cabang perusahaan multinasional, lisensi, joint venture, dan lain-lain. Investasi oleh penduduk dalam negeri merupakan pengakuisisian surat-surat berharga luar negeri dan aset fisik. Investasi luar negeri dalam aset keuangan khususnya lembaga investasi dilakukan untuk mendiversifikasi resiko dan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi daripada penghasilan yang diterima dengan investasi yang sebanding di dalam negeri. Investasi luar negeri langsung dalam bentuk fisik di dalam pabrik manufaktur yang baru dan cabang-cabang penjualan yang lebih bagi pengusaha multinasional.
Kota Jakarta merupakan ibu kota negara Indonesia dengan jumlah penduduk yang paling padat dibandingkan dengan propinsi lainya diindonesia. Kepadatan penduduk kota Jakarta ini disebabkan oleh beberapa factor diantaranya dengan tujuan untuk menetap dijakarta untuk mencari nafkah. Hal ini disebabkan oleh produktifitas dijakarta sangat tinggi dibandingkan dengan propinsi-propinsi lainya di Indonesia. Masyarakat pun beranggapan bahwa mencari uang atau mencari pekerjaan dijakarta lebih mudah karena lapangan pekerjaan lebih banyak dibandingkan dengan lapangan kerja yang ada dipropinsi lain di Indonesia, sehingga penduduk desa lebih banyak ingin mengadu nasib dijakarta dan itu semua membuat pendapatan DKI Jakarta meningkat sehingga tingkat pertumbuhan ekonomi Jakarta saat ini ikut pula meningkat hal ini dikarenakan banyak factor, salah satunya adalah banyaknya investasi asing yang menanamkan modal dijakarta dan tingginya perkembangan ekspor dijakarta.
(27)
Tabel 1.3
Perkembangan penanaman modal asing (PMA) 2005-2009 Nilai persetujuan pemerintah
Tahun PMA
Proyek Investasi (Ribu US $)
2005 796 2.624.156
2006 801 2.635.281
2007 916 6.091.830
2008 434 9.927,8
2009 433 5.510,8
Sumber data: BPS, indicator ekonomi DKI Jakarta,2010
Berdasarkan tabel diatas, perkembangan penanaman modal asing (PMA) dalam kurun waktu 2005-2008 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2005 dimana bidang usaha jasa-jasa lainnya memberikan kontribusi yang besar sedangkan pada tahun 2006 nilai investasi yang disetujui sebesar 2.635.281 ribu US $. Tahun 2007 sebesar 6.091.830 ribu US $. Secara keseluruhan kurun waktu dari tahun 2005-2009 mengalami mengalami penurunan nilai investasi yang sangat berarti.
Investasi di harapkan sebagai penggerak pertumbuhan perekonomian di DKI Jakarta. Karena melihat perkembangan perekonomian Jakarta yang sangat tinggi dan merupakan ibu kota atau pusat perekonomian Indonesia, peran investasi dari luar negeri (PMA) di harapkan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi Jakarta, melihat investor-investor luar yang menanamkan modalnya di Jakarta, hal ini dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia khususnya Daerah DKI Jakarta.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Musleh Jawas, 2008 menyatakan bahwa, Pengaruh investasi asing mempunyai arti penting terhadap pertumbuhan ekonomi dan ekspor. Ketika Indonesia mengalami pertumbuhan ekspor maka hal tersebut mencerminkan bertambahnya pula cadangan devisa Negara. Oleh karena
(28)
itu, perlu adanya perhatian utama terhadap ekspor sebagai penghasil devisa. Dalam era perdagangan global, kebijakan perdagangan luar negeri menjadi sangat penting. Salah satu kebijakan perdagangan luar negeri adalah kebijakan ekspor, tujuan utama dari kebijakan ekspor adalah meningkatkan ekspor dengan prasyarat bahwa kebutuhan pasar domestik telah terpenuhi.
Tabel 1.4
Data Nilai Ekspor DKI Jakarta 2005-2009 Tahun Nilai Ekspor
( Milyar US $)
Perubahan (%)
2005 26.958.167.238 10,03
2006 29.809.517.841 10,58
2007 32.186.884.841 7,98
2008 36.090.170.062 12,13
2009 37.060.160.034 10,26
Sumber data : BPS, Ekspor DKI Jakarta, 2009
Selama kurun waktu lima tahun terakhir, nilai ekspor DKI Jakarta selalu mengalami peningkatan dimana nilai ekspor DKI Jakarta tahun 2009 telah mencapai 37,06 milyar US $. Sedangkan pada tahun 2005 nilai ekspor baru mencapai 26,95 milyar US $. Peningkatan nilai ekspor ini nampaknya bukan semata-mata akibat meningkatnya volume ekspor sebab pada saat terjadi penurunan volume ekspor, justru nilainya meningkat.
Masalah terkait dalam meningkatkan pertumbuhan PDRB antara perekonomian tenaga kerja dimana melihat perkembangan ketenagakerjaan DKI jakarta yang merupakan tujuan utama bagi para pencari kerja pada tenaga kerja daerah akan menyebabkan meningkatnya pula urbanisasi dan peningkatan penawaran kesempatan tenaga kerja, sedangkan pada perdagangan internasional dimana investasi asing dan ekspor diharapkan dapat menjadi motor penggerak
(29)
proses pemulihan ekonomi nasional. Dalam teori ekonomi makro (macro economi theory), hubungan antara ekspor dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan / atau pendapatan nasional merupakan suatu persamaan identitas karena ekspor merupakan bagian dari tingkat pendapatan nasional.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Yuni Priadi Utomo mengenai ekspor mendorong pertumbuhan atau pertumbuhan mendorong ekspor mengatakan bahwa, ekspor pada dasarnya telah memainkan peranan yang sangat penting di dalam proses pembangunan ekonomi indonesia. Ekspor (terutama migas dan gas bumi) hanya dipandang sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan yang dominan yang kemudian pandangan ini sebagai sektor yang diharapkan dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi.
Dengan demikian berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), investasi asing (PMA), dan ekspor dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi khususnya pada produk domestik regional bruto (PDRB). Dengan begitu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ PENGARUH TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK), INVESTASI ASING (PMA), DAN EKSPOR TERHADAP PDRB DI DKI JAKARTA PERIODE 1987-2009”
(30)
B. Rumusan Masalah
Pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi oleh pemerintah khususnya daerah/kota Jakarta menarik untuk dilihat. Salah satu indikator yang digunakan dalam pertumbuhan ekonomi adalah PDRB.
Pertumbuhan tingkat partisipasi angkatan kerja, investasi asing dan ekspor merupakan salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap besar kecilnya perkembangan pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta.
Data BPS yang ada menunjukan bahwa pertumbuhan tingkat partisipasi angkatan kerja, investasi asing dan ekspor ekonomi DKI Jakarta saat itu berpengaruh terhadap fluktuasi pertumbuhan ekonomi. Hal ini sangat terlihat jelas dalam perkembangan dan permasalahan perekonomian.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut diatas, maka pertanyaan yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah :
1. Sejauh mana pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) terhadap PDRB DKI Jakarta?
2. Sejauh mana pengaruh Investasi Asing (PMA) terhadap PDRB DKI Jakarta?
3. Sejauh mana pengaruh Ekspor terhadap PDRB DKI Jakarta?
4. Sejauh mana pengaruh TPAK, PMA, dan Ekspor secara bersama-sama terhadap PDRB DKI Jakarta?
(31)
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
a. Untuk menganalisis pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) terhadap PDRB DKI Jakarta.
b. Untuk menganalisis pengaruh Investasi Asing (PMA) terhadap PDRB DKI Jakarta.
c. Untuk menganalisis pengaruh Ekspor terhadap PDRB DKI Jakarta. d. Untuk menganalisis pengaruh TPAK, PMA dan Ekspor secara
bersama-sama terhadap PDRB DKI Jakarta.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
a. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi input dan dasar pertimbangan bagi pemerintah untuk menentukan kebijakan yang tepat dalam pesatnya pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang terjadi.
b. Sebagai bahan pembanding bagi pembaca yang tertarik untuk meneliti hal yang sama bagi peneliti selanjutnya.
c. Sebagai salah satu syarat mendapat gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi dan ilmu social Universitas Syarief Hidayatullah Jakarta (UIN).
(32)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pertumbuhan Ekonomi
1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian. Dari suatu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan oleh pertambahan faktor-faktor produksi baik dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah barang modal dan teknologi yang digunakan juga makin berkembang. Disamping itu tenaga kerja bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk seiring dengan meningkatnya pendidikan dan keterampilan mereka.
Dalam hal ini pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai kenaikan GDP/GNP tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. (Arsyad,2004:13) Pertumbuhan ekonomi dapat bernilai positif dan dapat pula bernilai negatif. Jika pada suatu periode perekonomian mengalami pertumbuhan
(33)
negatif, berarti kegiatan ekonomi pada periode tersebut mengalami penurunan.
2. Faktor-faktor Pertumbuhan Ekonomi
Menurut ekonom Klasik, Smith, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk (Arsyad, 2004: 94). Unsur pokok dari sistem produksi suatu negara ada tiga :
1. Sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat dimana jumlah sumber dayaalam yang tersedia mempunyai batas maksimum bagi pertumbuhan suatu perekonomian.
2. Sumber daya insani (jumlah penduduk) merupakan peran pasif dalam proses pertumbuhan output, maksudnya jumlah penduduk akan menyesuaikan dengan kebutuhan akan tenaga kerja.
3. Stok modal merupakan unsur produksi yang sangat menentukan tingkat pertumbuhan output.
Laju pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh produktivitas sector-sektor dalam menggunakan faktor-faktor produksinya. Produktivitas dapat ditingkatkan melalui berbagai sarana pendidikan, pelatihan dan manajemen yang lebih baik.
(34)
Menurut Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik, pertumbuhan ekonomi bergantung pada faktor-faktor produksi, teori produksi klasik sederhana adalah :
Q = f (K,L)
Persamaan diatas secara sederhana menunjukan factor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi dari banyaknya berbagai factor yang ada, untuk analisis pertumbuhan ekonomi dapat dikembangkan lebih lanjut, sehingga dapat kita tulis dengan persamaan:
Δ Y = f (ΔK, ΔL, ΔT)
Dimana :
Δ Y = tingkat pertumbuhan ekonomi Δ K = tingkat pertambahan barang modal Δ L = tingkat pertambahan tenaga kerja
Δ T = tingkat pertambahan teknologi
Dari persamaan diatas dapat dijelaskan beberapa factor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi ( Rahardja,2004:125).
a. Barang Modal
Agar ekonomi bertumbuh, stok barang modal harus bertambah, penambahan stok barang modal dilakukan lewat investasi. Karena itu salah satu upaya pokok untuk meningkatkan investasi adalah menangani factor-faktor yang mempengaruhi tingkat investasi. Yang juga harus dingat adalah pertumbuhan ekonomi baru dimungkinkan jika investasi neto lebih besar dari pada nol. Sebab,
(35)
jika investasi neto sama dengan nol, perekonomian hanya dapat berproduksi pada tingkat sebelumya. Akan lebih baik lagi, jika penambahan kuantitas barang modal juga disertai peningkatan kualitas
b. Tenaga kerja
Sampai saat ini, tenaga kerja (TK) masih merupakan factor produksi yang sangat dominan. Penambahan tenaga kerja umumnya sangat berpengaruh terhadap peningkatan output. Yang menjadi persoalan adalah sampai berapa banyak penambahan TK akan terus meningkatkan output. Hal ini tergantung dari seberapa cepat terjadinya The Law of Diminishing Return (TLDR). Sedangkan cepat atau lambatnya proses TLDR sangat ditentukan oleh kualitas SDM dan keterkaitanya dengan kemajuan teknologi produksi. Selama ada sineji antara TK dan teknologi, penambahan TK akan memacu pertumbuhan ekonomi.
c. Teknologi
Dapat dipastikan bahwa penggunaan teknologi yang tinggi sangat memacu pertumbuhan ekonomi, jika hanya dilihat dari peningkatan output. Namun apakah hal itu berarti makin baik ?, tujuan akhir pertumbuhan ekonomi adalah masyarakat yang adil dan sejahtera. Kemajuan teknologi membuat kesempatan kerja bertambah maupun berkurang, hal itu sudah dibahas sebelumnya. Dengan penggunaan teknologi, manusia dapat memanfaatkan secara
(36)
optimal apa yang ada dalam diri dan lingkungannya. Bahkan kelebihan penggunaan teknologi tepat guna ditetankan dalam pemborosan penggunaan SDA atau energi proses produksi.
3. Indikator Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting guna menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi suatu negara.
”pertumbuhan” (growth) tidak identik dengan ”pembangunan” (development) Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu syarat dari banyak syarat yang diperlukan dalam proses pembangunan. Pertumbuhan ekonomi hanya mencatat peningkatan produksi barang dan jasa secara nasional, sedang pembangunan berdimensi lebih luas.
Pendapatan nasional menunjukkan tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai pada suatu tahun tertentu. Sedangkan pertumbuhan ekonomi menunjukkan perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang terjadi dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, jika ingin mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi kita harus membandingkan pendapatan nasional dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan ekonomi suatu tahun tertentu dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Gt
=
� −� −1 � −1�
100%
Dimana: Gt = tingkat pertumbuhan ekonomi Yrt = pendapatan nasional riil pada tahun t Yrt-1 = pendapatan nasional riil pada tahun t-1.
(37)
Salah satu sasaran pembangunan ekonomi daerah adalah meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut harga konstan. Laju pertumbuhan PDRB akan memperlihatkan proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang.
Penekanan pada ”proses”, karena mengandung unsur dinamis, perubahan
atau perkembangan. Oleh karena itu pemahaman indikator pertumbuhan ekonomi biasanya akan dilihat dalam kurun waktu tertentu, misalnya tahunan. Aspek tersebut relevan untuk dianalisa sehingga kebijakan-kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah untuk mendorong aktivitas perekonomian domestik dapat dinilai efektifitasnya.
4. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik
Dalam model pertumbuhan ekonomi Neo Klasik Solow (Solow Neo Classical Growth Model) maka fungsi produksi agregat standar adalah sama seperti yang digunakan dalam persamaan sektor modern Lewis yakni:
Y = Aeμt . Kα . L1-α
Y = Produk Domestik Bruto
K = stok modal fisik dan modal manusia L = tenaga kerja non terampil
A = konstanta yang merefleksikan tingkat teknologi dasar eμt = melambangkan tingkat kemajuan teknologi
(38)
Menurut teori pertumbuhan Neo Klasik Tradisional, pertumbuhan output selalu bersumber dari satu atau lebih dari 3 (tiga) faktor yakni ;
a. kenaikan kualitas dan kuantitas tenaga kerja, yaitu melalui pertumbuhan dan kuantitas tenaga kerja.
b. penambahan modal, yaitu melalui tabungan dan investasi.
c. penyempurnaan teknologi, dimana kualitas teknologi canggih dan modern dapat meningkatkan pertumbuhan output. (Todaro,2000: 98).
Teori pertumbuhan Neoklasik dapat disajikan dalam bentuk fungsi produksi Cobb-Douglas, dimana output merupakan fungsi dari tenaga kerja dan modal. Sedangkan tingkat kemajuan teknologi merupakan variabel eksogen. Asumsi yang digunakan adalah skala pengembalian yang konstan (constant returns to scale). (Arsyad, 2010 : 90)
Fungsi tersebut bisa dituliskan dengan cara berikut: Qt = TtKta Ltb
Dimana ; Qt = tingkat produksi pada tahun t Tt = tingkat teknologi pada tahun t
Kt = jumlah stok barang modal pada tahun t Lt = jumlah tenaga kerja pada tahun t
a = pertambahan output yang diciptakan oleh pertambahan satu unit modal
b = pertambahan output yang diciptakan oleh pertambahan satu unit tenaga kerja
(39)
5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (2004:8) yaitu jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.
Pengertian PDRB menurut Tarigan (2005:18-19) yaitu jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di wilayah itu. Yang dimaksud dengan nilai tambah bruto adalah nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara (intermedicate cost).
Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu langsung dan tidak langsung (alokasi).
1. Metode Langsung
Penghitungan metode langsung ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan pengeluaran. Walaupun mempunyai tiga pendekatan yang berbeda namun akan memberikan hasil penghitungan yang sama (BPS, 2004: 26).
Seperti dikatakan di atas, penghitungan PDRB secara langsung dapat dilakukan melalui tiga pendekatan sebagai berikut :
(40)
a. PDRB Menurut Pendekatan Produksi (Production Approach) PDRB adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi (di suatu region) pada suatu jangka waktu tertentu (setahun). Perhitungan PDRB melalui pendekatan ini disebut juga penghitungan melalui pendekatan nilai tambah (value added).
Cara perhitungan pendapatan nasional menurut pendekatan produksi adalah dengan cara menjumlahkan nilai produksi yang dihasilkan dari sektor-sektor produktif.
Rumusnya : Y = .
Y = P1 . Q1 + P2 . Q2 + .... + Pn . Qn Ket : P = harga produk dari sektor tertentu
Q = Jumlah (volume) produk dari sektor itu
Pendekatan produksi adalah penghitungan nilai tambah barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu kegiatan/sektor ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara dari total produksi bruto sektor atau sub sektor tersebut. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi dan nilai biaya antara. Biaya antara adalah nilai barang dan jasa yang digunakan sebagai input antara dalam proses produksi. Barang dan jasa yang termasuk input antara adalah bahan baku atau bahan penolong yang biasanya habis dalam sekali proses produksi atau mempunyai umur penggunaan kurang dari satu tahun, sementara itu pengeluaran atas balas jasa faktor produksi seperti upah dan gaji, sewa tanah, bunga
(41)
modal, dan keuntungan yang diterima perusahaan bukan termasuk biaya antara. Begitu juga dengan penyusutan dan pajak tidak langsung neto bukan merupakan biaya antara (Tarigan, 2005:25).
Pendekatan produksi banyak digunakan untuk memperkirakan nilai tambah dari sektor yang produksinya berbentuk fisik/barang. PDRB menurut pendekatan produksi terbagi atas 9 lapangan usaha (sektor) yaitu : pertanian; pertambangan dan penggalian; industry pengolahan; listrik, gas dan air minum; bangunan dan konstruksi; perdagangan,hotel dan restoran; angkutan dan komunikasi; bank dan lembaga keuangan lainnya; jasa-jasa. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan PDRB menurut pendekatan produksi.
b. PDRB Menurut Pendekatan Pendapatan (Income Approach) PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut dalam proses produksi di suatu wilayah pada jangka waktu tertentu (setahun). Penghitungan PDRB melalui pendekatan ini diperoleh dengan menjumlahkan semua balas jasa yang diterima faktor produksi yang komponennya terdiri dari upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan ditambah dengan penyusutan dan pajak tidak langsung neto (BPS, 2004:27).
Cara perhitungan pendapatan nasional menurut pendekatan pendapatan yaitu ;
(42)
Rumusnya : Y = Yw + YI + YR + YP Ket : W = upah
I = bunga R = sewa
c. PDRB Menurut Pendekatan Pengeluaran (Expend. Approach). PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor netto di suatu wilayah. Perhitungan PDRB melalui pendekatan ini dilakukan dengan bertitik tolak dari penggunaan akhir barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah domestik (BPS, 2004:27).
Cara perhitungan pendapatan menurut pendekatan Pengeluaran adalah dengan menjumlahkan semua pengeluaran.
Rumusnya : Y = C + I + G + (X-M) Ket : C = pengeluaran konsumsi
I = pengeluaran produsen (income) G = pengeluaran pemerintah
X-M = pengeluaran luar negeri / ekspor neto (ekspor-impor)
2. Metode Tidak Langsung atau Metode Alokasi
Dalam metode ini PDRB suatu wilayah diperoleh dengan menghitung PDRB wilayah tersebut melalui alokasi PDRB wilayah yang
(43)
lebih luas. Untuk melakukan alokasi PDRB wilayah ini digunakan beberapa alokator antara lain: Nilai produksi bruto atau netto setiap sektor/subsektor pada wilayah yang dialokasikan ; jumlah produksi fisik; tenaga kerja; penduduk, dan alokator tidak langsung lainnya. Dengan menggunakan salah satu atau beberapa alokator dapat diperhitungkan persentase bagian masing-masing propinsi terhadap nilai tambah setiap sektor dan subsektor.
Cara penyajian PDRB adalah sebagai berikut :
a. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahunnya, baik pada saat menilai produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen PDRB. PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumberdaya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.
b. PDRB Atas Dasar Harga Konstan, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga tetap, maka perkembangan agregat pendapatan dari tahun ke tahun semata-mata karena perkembangan produksi riil bukan karena kenaikan harga atau inflasi. PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun.
(44)
B. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
1. Pengertian Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Menurut Sukirno (2004:18), angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang terdapat dalam perekonomian pada suatu waktu tertentu. Angkatan kerja terdiri atas golongan yang bekerja dan golongan yang menggangur yang sedang mencari pekerjaan, sedangkan yang dimaksud dengan bukan angkatan keja adalah mereka yang masih sekolah, golongan yang mengurus rumah tangga dan golongan lain-lain atau menerima pendapatan.
Sedangkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk dalam usia kerja, yang dimaksud dengan penduduk usia kerja adalah penduduk yang telah berusia 15-64 tahun keatas yng berpotensi memproduksi barang dan jasa.
Besarnya angkatan kerja tergantung pada tingkat partisipasi angkatan kerja (labour force participation rate) yaitu berapa persen dari tenaga kerja yang akan menjadi angkatan kerja dan pengertian dari angkatan kerja itu sendiri adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa. Dan dalam konsep “Labour Force Participation Rate” angkatan kerja mempunyai refrensi waktu yang pasti misalnya satu minggu dan sebagainya. Menurut konsep ini berfokus kepada mereka yang bekerja.
(45)
Jadi mereka yang bukan pekerja (yaitu: penggangguran/pencari pekerjaan) dianggap sebagai kelompok residual.
Gambar 2.1 Skema Angkatan Kerja
Sumber : Supas, Jakarta.
Dalam ilmu kependudukan (Demografi) orang yang mencari kerja masuk dalam kelompok penduduk yang disebut angkatan kerja. Berdasarkan kategori usia, usia angkatan kerja adalah 15-65 tahun. Tetapi tidak semua orang yang berusia 15-65 tahun dihitung sebagai angkatan kerja, yang dihitung sebagai angkatan kerja adalah penduduk yang berusia 15-65 tahun yang bekerja dan sedang mencari kerja,sedangkan yang tidak mencari kerja, masuk dalam rumah tangga dan sekolah.
Pada Gambar 2.1 diatas terlihat bahwa jumlah penduduk satu Negara dapat dibedakan menjadi usia kerja (15-65 tahun) dan bukan usia
Penduduk
Tenaga Kerja Bukan Tenaga Kerja
Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja
Menganggur Bekerja Sekolah Mengurus
Rumah tangga
Penerima Pendapatan
(46)
kerja. Dari jumlah penduduk usia kerja, yang masuk angkatan kerja adalah mereka yang mencari kerja atau bekerja.
Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) merupakan indicator yang dipergunakan dalam melihat perkembangan tingkat tenaga kerja di Indonesia. Tujuan menghitung Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) : Untuk memperoleh gambaran tentang persentase angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja. Dilihat dari sisi kerja, TPAK yang rendah ditemui pada kelompok penduduk usia kerja wanita dan pada penduduk usia muda.
Sedangkan dari sisi tingkat kemudahan atau kesulitan untuk mendapatkan kerja, nilai TPAK yang rendah menunjukkan kecilnya kesempatan kerja yang tersedia bagi penduduk usia kerja dan sebaliknya TPAK yang tinggi menunjukkan besarnya kesempatan kerja yang tersedia. Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi. Pada tahun 2005, di Indonesia terdapat 155,5 juta penduduk usia kerja, sekitar 60,61 persen dari mereka berada di Pulau Jawa. Bagian dari tenaga kerja yang aktif dalam kegiatan ekonomi disebut angkatan kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), merupakan ukuran yang menggambarkan jumlah angkatan kerja untuk setiap 100 angkatan kerja.
Kenaikan TPAK antara lain disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi nasional yang belum setabil, sehingga memberikan pengaruh
(47)
terhadap faktor-faktor produksi di Indonesia. Secara langsung naik turunnya faktor produksi ini akan membeirikan dampak terhadap tinggi rendahnya faktor permintaan dan penawaran tenaga kerja.
2. Indikator Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat partisipasi angkatan kerja adalah Rasio antara jumlah angkatan kerja dengan pendudduk usia kerja, dengan rumus sebagai berikut:
� ��
=
� ℎ� � � � �� ℎ� � � x 100%
Angka TPAK tidak hanya dapat disajikan untuk menghitung TPAK dari seluruh penduduk usia kerja, namun dapat juga digunakan untuk menghitung TPAK penduduk usia kerja dengan spesifikasi yang lebih khusus seperti umur, jenis kelamin, atau tempat tinggal (desa,kota).
3. Teori Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Menurut teori Solow, pertumbuhan tergantung kepada pertambahan penyediaan factor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja, dan modal akumulasi) dan tingkat kemajuan teknologi. Lebih dalam teori ini mengembangkan tentang rasio modal output yang dapat berubah-ubah. Dimana untuk menghasilkan sejumlah output tertentu,dapat menggunakan kombinasi modal dan tenaga kerja yang berbeda-beda. (Arsyad, 2010:89)
(48)
Kombinasi antara jumlah modal dan tenaga kerja yang digunakan akan menghasilkan tingkat output yang berbeda dan tingkat efisiensi yang berbeda pula. Dengan kata lain, pada suatu kombinasi tertentu antara jumlah modal dan tenaga kerja yang digunakan akan menghasilkan otput yang optimal dan lebih efisiensi dibandingkan kombinasi lainnya sehingga dengan input yang kecil mampu menghasilan output yang optimal, dan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi kearah yang positif.
Dapat disimpulkan juga bahwa TPAK adalah salah satu factor yang mempengaruhi besaran output suatu kegiatan perekonomian, sehingga semakin banyak masyarakat yang produktif, maka akan menghasilkan output yang tinggi pula yang mempengaruhi PDRB.
C. Investasi
1. Pengertian Investasi
Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi sebagai
”pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatanperalatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan
digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa di masa depan” .
Menurut Boediono (1992) investasi adalah pengeluaran oleh sector produsen (swasta) untuk pembelian barang dan jasa untuk menambah stok yang digunakan atau untuk perluasan pabrik. Dornbusch & Fischer
(49)
berpendapat bahwa investasi adalah permintaan barang dan jasa untuk menciptakan atau menambah kapasitas produksi atau pendapatan di masa mendatang Persyaratan umum pembangunan ekonomi suatu negara menurut Todaro (1981) adalah:
a. Akumulasi modal, termasuk akumulasi baru dalam bentuk tanah, peralatan fisik dan sumber daya manusia;
b. Perkembangan penduduk yang dibarengi dengan pertumbuhan tenaga kerja dan keahliannya;
c. Kemajuan teknologi.
Akumulasi modal akan berhasil apabila beberapa bagian atau proporsi pendapatan yang ada ditabung dan diinvestasikan untuk memperbesar produk (output) dan pendapatan di kemudian hari. Untuk membangun itu seyogyanya mengalihkan sumber-sumber dari arus konsumsi dan kemudian mengalihkannya untuk investasi dalam bentuk
”capital formation” untuk mencapai tingkat produksi yang lebih besar. Investasi di bidang pengembangan sumberdaya manusia akan meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia,sehingga menjadi tenaga ahli yang terampil yang dapat memperlancar kegiatan produktif. Menurut Sadono Sukirno (2000) kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi, yakni ;
(50)
1) investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat, sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat , pendapatan nasional serta kesempatan kerja;
2) pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas produksi;
3) investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi.
2. Teori Investasi Harrod Domar
Teori Harrod-Domar mengemukakan bahwa model pertumbuhan ekonomi yang merupakan pengembangan dari teori Keynes. Teori tersebut menitik beratkan pada peranan tabungan dan industri sangat menentukan dalam pertumbuhan ekonomi daerah. (Arsyad, 2010:84)
Beberapa asumsi yang digunakan dalam teori ini adalah bahwa:
1. Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan faktor-faktor produksi yang ada juga dimanfaatkan secara penuh (full utilization).
2. Perekonomian terdiri dari dua sektor : sektor Rumah Tangga dan Perusahaan.
3. Besarnya tabungan masyarakat proporsional dengan besarnya pendapatan nasional.
4. Kecenderungan menabung (Marginal Propensity to Save =MPS) besarnya tetap, demikian juga ratio antar modal dan output (Capital Output Ratio= COR) dan rasio penambahan modal-output
(51)
(Incremental Capital Output Ratio) dimana persamaanya sebagai
berikut; COR = k sehingga, k = �
�
� �
=
∆�
∆�
� �
∆�
=
.
∆�
Dimana; K = stok modal, Y = output total dan k = COR. Teori ini memiliki kelemahan yakni (MPS) kecendrungan menabung dan (ICOR) ratio pertambahan modal-output dalam kenyataannya selalu berubah dalam jangka panjang. Demikian pula proporsi penggunaan tenaga kerja dan modal tidak tetap, harga selalu berubah dan suku bunga dapat berubah akan mempengaruhi investasi.
Dalam model pertumbuhan endogen dikatakan bahwa hasil investasi akan semakin tinggi bila produksi agregat di suatu negara semakin besar. Dengan diasumsikan bahwa investasi swasta dan publik di bidang sumberdaya atau modal manusia dapat menciptakan ekonomi eksternal (eksternalitas positif) dan memacu produktivitas yang mampu mengimbangi kecenderungan ilmiah penurunan skala hasil. Meskipun teknologi tetap diakui memainkan peranan yang sangat penting, namun model pertumbuhan endogen menyatakan bahwa teknologi tersebut tidak perlu ditonjolkan untuk menjelaskan proses terciptanya pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Implikasi yang menarik dari teori ini adalah mampu menjelaskan potensi keuntungan dari investasi komplementer (complementary investment) dalam modal atau sumberdaya manusia, sarana prasarana infrastruktur atau kegiatan penelitian. Mengingat investasi komplementer akan menghasilkan manfaat personal maupun sosial, maka pemerintah
(52)
berpeluang untuk memperbaiki efisiensi alokasi sumberdaya domestik dengan cara menyediakan berbagai macam barang publik (sarana infrastruktur) atau aktif mendorong investasi swasta dalam industri padat teknologi dimana sumberdaya manusia diakumulasikannya. Dengan demikian model ini menganjurkan keikutsertaan pemerintah secara aktif dalam pengelolaan investasi baik langsung maupun tidak langsung.
Investasi swasta di Indonesia dijamin keberadaannya sejak dikeluarkannya Undang-Undang No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-Undang No.12 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Berdasarkan sumber dan kepemilikan modal, maka investasi swasta dibagi menjadi penanaman modal dalam negeri dan asing. Dengan semakin besarnya investasi pemerintah pada barang publik maka diharapkan akan mendorong pertumbuhan sektor pertumbuhan sektor swasta dan rumah tangga dalam mengalokasikan sumberdaya yang ada di suatu daerah. Hal ini pada akhirnya akan menyebabkan makin meningkatnya PDRB.
3. Penanaman Modal Asing (PMA)
Penanaman modal asing (PMA) merupakan aliran arus modal yang berasal dari luar negeri yang mengalir ke sektor swasta baik yang melalui investasi langsung (Direct Investment) maupun investasi tidak langsung (Portofolio). (Suyatno, 2003;72) Untuk membangun suatu perekonomian harus memiliki Social Overhead Capital yaitu proyek-proyek raksasa yang
(53)
diperlukan untuk memperlancar bisnis dan perdagangan seperti jalan raya, rel kereta api, proyek irigasi dan bendungan, serta sarana kesehatan umum. Semua ini memerlukan investasi yang sangat besar yang cenderung bersifat sekaligus. Tidak ada seorang pun atau perusahaan kecil yang mampu membangun suatu sistem jalan raya. Tidak ada perusahaan yang bisa berharap mendapatkan laba jika dana yang diperlukan tidak mampu disediakan oleh pemerintah. Disinilah manfaat proyek investasi skala besar yang kesemuanya itu berasal dari luar negeri yang dapat menyebar ke seluruh perekonomian.
1. Investasi Langsung (Direct Investment)
Investasi langsung (Direct Investment) merupakan investasi yang melibatkan pihak investor secara langsung dalam operasional usaha yang akan di laksanakan, sehingga dinamika usaha yang menyangkut kebijakan perusahaan yang di tetapkan, tujuan yang hendak di capai, tidak lepas dari pihak yang berkepentingan (investor asing). Investasi langsung, langsung di perjual belikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital market) dan pasar turunan (derivative market)
2. Investasi Tidak Langsung (Portofolio)
Investasi tidak langsung (portofolio) merupakan investasi keuangan yang di lakukan di luar negeri. Investor membeli uang atau ekuitas, dengan harapan mendapat manfaat finansial dari investasi tersebut. Bentuk investasi portofolio yang sering di temui adalah
(54)
pembelian obligasi/perusahaan asing, tanpa kontrol manajemen di perusahaan investasi.
4. Investasi Asing (PMA) dan Pertumbuhan Ekonomi
Dalam pengertian investasi riel dibedakan antara investasi bruto dan investasi netto, investasi swasta dan investasi pemerintah, serta investasi domestik dan investasi asing. Dua pasangan pengertian investasi riel yang terakhir jelas merupakan pembedaan dari segi pemiliknya saja yaitu apakah merupakan milik serta dilakukan pemerintah atau oleh swasta, dan merupakan milik serta dilakukan oleh orang asing atau oleh warga negara sendiri. Istilah investasi bruto swasta domestik menunjukkan investasi pada mesin-mesin, peralatan serta gedung-gedung yang habis dikonsumsi dalam proses produksi pada tahun berjalan ditambah dengan tambahan netto persediaan barang-barang kapital. Konsumsi pemakaian barang-barang kapital merupakan penyusutan. Jadi investasi bruto adalah investasi pengganti ditambah investasi bersih atau investasi tambahan. Pertumbuhan ekonomi suatu negara bisa dilihat dari investasi nettonya, bila investasi bruto melebihi penyusutan atau investasi penggantinya maka terdapat investasi netto dan perekonomian negara tersebut mengalami perluasan. Perekonomian suatu negara mengalami stagnasi atau penurunan bila investasi netto negatif atau dimana investasi bruto lebih kecil daripada investasi pengganti.
(55)
Dunia usaha mengadakan investasi didorong oleh pertimbangan ekspektasi keuntungan jangka panjang yang dipengaruhi oleh kemajuan teknologi, pertumbuhan penduduk serta faktor-faktor lain. Investasi bervariasi secara langsung dengan pendapatan, hal ini karena investasi berhubungan dengan keuntungan, dan sebagian besar investasi dibiayai secara internal dari keuntungan perusahaan. Bila pendapatan naik, keuntungan juga naik dan demikian pula tingkat investasi. Bila tingkat pendapatan atau output rendah, ini berarti dunia usaha mempunyai cukup banyak kelebihan kapasitas produksi hingga tak ada dorongan membeli barang-barang kapital baru.
Pengaruh investasi asing langsung terhadap pertumbuhan ekonomi merupakan arti penting bagi negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Sampai saat ini konsep pembangunan dengan menggunakan modal asing masih sering menimbulkan pendapat. Foreign Direct Investment (FDI) dipandang sebagai cara yang lebih efektif untuk mendorong pertumbuhan perekonomian suatu negara. Dengan melalui Penanaman Modal Asing (PMA), modal asing dapat memberikan kontribusi yang lebih baik kedalam proses pembangunan. Oleh karena itu, beberapa negara berkembang di Asia Timur, termasuk Indonesia, berusaha memberikan insentif kepada masuknya modal asing dalam bentuk FDI/ PMA ini. Disisi lain, negara pengekspor kapital juga memberikan insentif kepada sektor swasta berupa insentif pajak, jaminan dan asuransi atas investasi untuk mendorong FDI ke negara berkembang.
(56)
Kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus-menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. Pengaruh dari peran ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi dalam perekonomian. Pertama, investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat. Maka kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat dan pendapatan nasional. Peningkatan seperti ini akan selalu diikuti oleh pertambahan dalam kesempatan kerja. Kedua, pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambahkan kepastian memproduksi dimasa depan dan perkembangan ini akan menstimulir pertambahan produksi nasional dan kesempatan kerja. Ketiga, investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi. Perkembangan akan memberikan sumbangan penting ke atas kenaikan produktivitas dan pendapatan perkapita masyarakat (Sukirno,2000: 367).
D. Ekspor
1. Pengertian Ekspor
Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barang-barang dari dalam negeri keluar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean. (Hamdani, 2007:12), sedangkan menurut Priadi (2000:43) ekspor adalah sistem perdagangan
(57)
dengan cara mengeluarkan barang-barang dalam negeri keluar negeri untuk memenuhi ketentuan yang berlaku.
Menurut Mankiw (2006:128) ekspor adalah penjualan berbagai macam barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri ke luar negeri. Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. (Jhingan, 2000:448).
Ekspor maupun impor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekspor impor akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber daya yang langka dan pasar-pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk ekspor yang mana tanpa produk-produk tersebut, maka negara tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya. Ekspor juga dapat membantu pertumbuhan dalam negeri membantu dalam menjalankan usaha-usaha pembangunan melalui promosi serta penguatan sektor-sektor ekonomi yang mengandung keunggulan komparatif, baik itu berupa ketersediaan faktor-faktor produksi tertentu dalam jumlah yang melimpah, atau keunggulan efisiensi alias produktifitas tenaga kerja. Ekspor dapat membantu pertumbuhan dalam negeri dalam mengambil keuntungan dari skala ekonomi yang mereka miliki. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan pada umumnya, setiap
(58)
daerah/kota perlu merumuskan dan menerapkan kebijakan-kebijakan internasional yang berorientasi ke luar. Dalam semua kasus, kemandirian yang didasarkan pada isolasi, baik yang penuh maupun yang hanya sebagian, tetap saja secara ekonomi akan lebih rendah nilainya daripada partisipasi ke dalam perdagangan dunia yang benar-benar bebas tanpa batasan atau hambatan apapun (Todaro dan Smith, 2004:28).
2. Teori Ekspor
a. Teori Hecksher-Ohlin
Teori modern ini dalam perdagangan internasional dikemukakan pertama kali oleh Bertil Ohlin pada tahun 1933 dalam bukunya “ Interregional and International trade” yang didasarkan sebagian atas tulisan gurunya, yaitu Eli Heckscher, yang ditulisnya pada tahun 1919. Dengan demikian dikenal teori Hecksher-Ohlin. (Soelistyo dan Nopirin, 1977:54)
Dalam model Hecksher-Ohlin yang sederhana ada beberapa anggapan yaitu;
1) Dua faktor produksi, yaitu tenaga kerja dan capital.
2) Dua barang yang mempunyai “kepadatan” factor produksi yang tidak sama, yang satu (X) lebih padat karya, yang lain (Y) lebih padat capital.
3) Dua Negara yang memiliki jumlah kedua factor produksi yang berbeda. (Boediono, 2000:59).
(59)
Inti dari model Hecksher-Ohlin yang diuraikan diatas adalah suatu Negara lebih cenderung untuk mengekspor barang yang menggunakan lebih banyak factor produksi relative melimpah dinegara tersebut.
b. Model “Dua Kesenjangan” (Two Gap)
Model dua kesenjangan (Two Gap model) ini mengatakan bahwa Negara berkembang pada umumnya menghadapi kendala berupa keterbatasan tabungan domestic yang jauh dari mencukupi untuk menggarap segenap peluang investasi yang ada. Secara sederhana model dua kesenjangan sebagai berikut;
1) Kesenjangan tabungan. Dimulai dengan identitas hubungan antara arus pemasukan modal (misalnya, selisih antara ekspor dan impor) dan dengan sumber-sumber yang dapat digunakan untuk investasi.
2) Kesenjangan devisa. Didalamnya terdapat perkembangan investasi yaitu antara impor dan ekspor, dalam hal ini tingkat ekspor eksogen, dimana arus modal, pendapatan dan ekspor secara eksogen (ditentukan dari luar). Maka salah satu dari kedua ketidaksamaan diatas yang akan menjadi factor penghambat tingkat investasi akan tertekan menjadi lebih rendah oleh salah satu ketidaksamaan tersebut. (Todaro, 1998:169-171).
(60)
3. Ekspor dan Pertumbuhan Ekonomi.
Ekspor merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain, termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu
Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat output yang lebih tinggi lingkaran setan kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan (Jhingan, 2000:448).
Ekspor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekspor akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber daya yang langka dan pasar-pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk ekspor yang mana tanpa produk-produk tersebut, maka negara-negara miskin tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya. Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam menjalankan usaha-usaha pembangunan mereka melalui promosi serta penguatan sektor-sektor ekonomi yang mengandung keunggulan komparatif, baik itu berupa ketersediaan faktor-faktor produksi tertentu dalam jumlah yang melimpah, atau keunggulan efisiensi alias produktifitas tenaga kerja.
(61)
Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam menganbil keuntungan dari skala ekonomi yang mereka miliki. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan pada umumnya (Todaro dan Smith, 2004:28 ).
Ekspor mempunyai hubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi, artinya ketika ekspor mengalami kenaikan maka pertumbuhan ekonomi juga mengalami kenaikan dan sebaliknya apabila ekspor mengalami penurunan maka pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan.
E. Penelitian Sebelumnya
Prabowo Supranto (2004), dalam penelitiannya “Analisis faktor -faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tahun 1986-2002”. Data yang digunakan dalam bentuk data tahunan tahun 1986-2002. Dan alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Square). Variabel bebas yang digunakan adalah investasi asing, total nilai ekspor, jumlah tenaga kerja, tabungan domestik dan hutang luar negeri. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah variabel investasi asing, total nilai ekpor, jumlah tenaga kerja, dan tabungan domestik, berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sedangkan hutang luar negeri, berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
(62)
Jamzani Sodik dan Didi Nuryadin (2008), dengan judul ”
Determinan Investasi di daerah: studi kasus propinsi di indonesia”. Dalam penelitian ini menggunakan data panel dan translog model, analisis regresi panel dan pendekatan ekonometri. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah market size (PDRB), indicator infrastruktur (listrik), indikator ketenagakerjaan (angkatan kerja dan upah minimum propinsi), indicator ekonomi (ekspor netto danlaju inflasi). Sedangkan variabel terikatnya adalah factor-faktor yang mempengaruhi investasi dalam memilih lokasi tujuan untuk berinvestasi yaitu, PMA dan PMDN. Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa variabel market size (PDRB) berpengaruh di daerah tetapi dengan arah yang negative, untuk indicator infrastruktur yaitu listrik terpasang tidak berpengaruh terhadap pilihan lokasi investasi, sedangkan indicator ketenagakerjaan yaitu angkatan kerja dan upah, hanya angkatan kerja yang berpengaruh dan negative, dan untuk indicator keterbukaan ekonomi yaitu ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap lokasi berinvestasi.
Rahmad Bagiyo (2007) “ Analisis kausalitas antara tingkat partisipasi angkatan kerja dengan PDRB didaerah khusus ibu kota Jakarta tahun 1979-2005”. Dari penelitian ini menunjukan bahwa pada periode 1979 Pertumbuhan tingkat partisipasi angkatan kerja saat itu mengalami kenaikan dan dimana angkatan kerja memulai pekerjaanya untuk menghasikan barang dan jasa yang bernilai ekonomis. Pada pertengahan tahun 1997 dimana Indonesia mengalami krisis manejer, sehingga terjadi
(63)
perubahan pembangunan ketenagakerjaan dan perkembangan kesempatan kerja. Hal ini dapat dilihat dari berkurangnya tingkat partisipasi angkatan kerja yang terserap dari berbagai lapangan pekerjaan didaerah tertentu, khususnya di Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dari tahun 2001 ke tahun 2002 mengalami penurunan, Namun pada tahun 2004 sampai 2005 perkembangan ketenagakerjaan mulai mngalami kenaikan yang berarti.
Dengan metode kausalitas Granger penelitian ini mencoba mengamati hubungan antara tingkat partisipasi angkatan kerja dengan produk domestic regional bruto didaerah khusus ibu kota Jakarta. Ingin diteliti apakah didaerah ibu kota jakarta telah terjadi mekanisme tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mendorong pertumbuhan PDRB ataukah pertumbuhan PDRB mendororng TPAK. Hasil analisis tersebut memperlihatkan bahwa TPAK tampaknya tidak terjadi motor penggerak dari pertumbuhan ekonomi PDRB ibu kota Jakarta.
Rus’an Nasrudin dan Nining I. Soesilo (2004) “Perkembangan
Perbankan Indonesia: Analisis Dampak terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional Indonesia dan Penyebab-penyebabnya dengan Data Panel
1983-1999”. Dalam Penelitian ini metode yang digunakan adalah regresi linier dengan pendekatan kuadrat terkecil (OLS) dengan teknik data panel. Variabel terikat yang dipakai adalah tingkat pertumbuhan ekonomi perkapita riil/PDRB harga konstan masing-masing daerah. Kemudian variabel bebas dalam model data panel ini adalah indicator perkembangan
(64)
perbankan yang didefinisikan dalam penelitian ini terdiri dari tiga komponen utama, kredit, asset dan dana pihak ketiga yang terhimpun. Dari hasil yang diperoleh bahwa factor penyebab beragamnya pengaruh perkembangan perbankan dan pertumbuhan ekonomi pada sisi intermediasi pada kredit berpengaruh positif yang dipengaruhi oleh fungsi permintaan kredit yaitu factor penarikan investasi di suatu daerah dan du factor lainnya yaitu factor produksi yaitu biaya tenaga kerja dan ketersediaannya. Secara umum indicator perbankan menunjukkan hubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Yuni Priadi Utomo (2000) mengenai “Ekspor Mendorong Pertumbuhan atau Pertumbuhan Mendorong Ekspor”. Sejak industrialisai Indonesia masih bersifat substitusi impor pada periode 1970-an, hingga Indonesia mulai beralih ke strategi promosi ekspor karena krisis harga minyak yang mencapai titik terendah pada agustus 1986, ekspor pada dasarnya telah memainkan peranan yang sangat penting di dalam proses pembangunan ekonomi Indonesia. Pada periode industrialisasi substitusi impor, ekspor (terutama migas dan gas bumi) hanya dipandang sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan yang dominan dan bukan sebagai motor pertumbuhan ekonomi, ketika Indonesia mulai beralih ke strategi industrialisasi promosi ekspor pandangan tersebut berubah, ekspor kemudian dipandang sebagai sektor yang diharapkan dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi (export led growth).
(65)
Dipilihnya strategi industrialisasi promosi ekspor pada hakekatnya dilandasi keyakinan bahwa ekspor akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi (export led growth atau export as an angine of growth), padahal dari hasil berbagai penelitian tentang pengaruh ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi, hal tersebut masih menjadi perdebatan. Untuk itulah perlu dilakukan penelitian empiris mengenai apakah mekanisme export led grotwh memang telah terjadi di Indonesia. Apabila mekanisme export led growth ternyata tidak terbukti, berati peralihan strategi industrialisasi tersebut adalah sia-sia.
Dengan metode kausalitas Granger penelitian ini mencoba mengamati hubungan antara ekspor dan pendapatan nasional di Indonesia. Ingin diteliti apakah di Indonesia telah terjadi mekanisme ekspor mendorong pertumbuhan ataukah pertumbuhan mendororng ekspor. Hasil analisis tersebut memperlihatkan bahwa mekanisme export led growth ataupun growth led export ternyata tidak terjadi di Indonesia. Ekspor tampaknya menjadi motor penggerak dari pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Nushiwat, Munter, (2010) “ Ekspor dan Pertumbuhan Ekonomi A Re-Pemeriksaan atas hubungan kausalitas di Enam Negara 1981-2005 ” Pada penelitian ini dikatakan bahwa, dalam banyak kasusu, kausalitas berlangsung dari pertumbuhan ekonomi ke ekspor pertumbuhan. Untuk mendudkung argument ini, dimulai dengan memeriksa bukti mengenai kausalitas dalam studi empiris yang dilakukan pada subjek ini, dalam
(66)
penelitian ini menguji secara empiris dengan arah sebab-akibat antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi.
Alat analisis yang digunakan adalah metode uji kausalitas Granger pada data time series dari enam negara (Brasil, India, Indonesia, Korea Selatan, Meksiko dan Thailand). Hasil dari pengujian mengungkapkan bahwa ekspor saling mempengaruhi yaitu, pertumbuhan ekonomi mempengaruhi ekspor dan ekspor mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Svetlana Ledyaeva dan Mikael Linden, (2006) “ Investasi Asing Langsung dan Pertumbuhan Ekonomi: Bukti Empiris dari daerah Rusia. Kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah model Solow-Swan Neoklasik yang ditentukan untuk menentukan dampak FDI terhadap pertumbuhan per kapita di 74 wilayah Rusia selama periode 1996-2003.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah model data panel dalam estimasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada FDI umum (komponen investasi terkait) tidak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Rusia pada periode yang dianalisis. Daerah pertumbuhan menjelaskan berawal dari tingkat perkembangan ekonomi, krisis keuangan 1998, investasi domestic, dan ekspor. Namun beberapa bukti FDI berpengaruh positif terhadap agregat pendapatan yang lebih tinggi. Hasil lain yang menarik adalah ketersediaan sumber daya alam yang merangsang pertumbuhan wilayah, sedangkan daerah miskin tidak signifikan. FDI memainkan peranan penting dalam proses pertumbuhan baru wilayah Rusia.
(1)
(2)
Lampiran 7 : Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.838861 Probability 0.451501 Obs*R-squared 2.112528 Probability 0.347753
Test Equation:
Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 01/06/08 Time: 12:35
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LTPAK -0.137728 0.333445 -0.413046 0.6854 LPMA -0.015090 0.029652 -0.508916 0.6182 LEXP 0.038190 0.078781 0.484760 0.6348 C -0.128636 0.592862 -0.216975 0.8312 RESID(-1) 0.337633 0.274994 1.227781 0.2384 RESID(-2) 0.055655 0.293442 0.189662 0.8521 R-squared 0.100597 Mean dependent var 4.26E-16 Adjusted R-squared -0.199205 S.D. dependent var 0.068480 S.E. of regression 0.074991 Akaike info criterion -2.107935 Sum squared resid 0.084355 Schwarz criterion -1.809500 Log likelihood 28.13332 F-statistic 0.335544 Durbin-Watson stat 1.844419 Prob(F-statistic) 0.883522
(3)
Lampiran 8 : Hasil Uji Heteroskedastisitas
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic 0.673814 Probability 0.718544 Obs*R-squared 7.462988 Probability 0.589032
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 01/06/08 Time: 12:35 Sample (adjusted): 1987 2007 Included observations: 21
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -3.255589 3.405718 -0.955918 0.3597 LTPAK 2.205131 2.370117 0.930389 0.3721 LTPAK^2 -0.107830 0.828199 -0.130198 0.8988 LTPAK*LPMA -0.040512 0.081803 -0.495242 0.6302 LTPAK*LEXP -0.033882 0.249309 -0.135904 0.8944 LPMA 0.076712 0.156203 0.491104 0.6330 LPMA^2 -0.002712 0.002845 -0.953397 0.3609 LPMA*LEXP 0.006952 0.018673 0.372284 0.7168 LEXP -0.141564 0.307806 -0.459913 0.6545 LEXP^2 0.003840 0.026093 0.147163 0.8857 R-squared 0.355380 Mean dependent var 0.004466 Adjusted R-squared -0.172036 S.D. dependent var 0.005874 S.E. of regression 0.006359 Akaike info criterion -6.972067 Sum squared resid 0.000445 Schwarz criterion -6.474676 Log likelihood 83.20671 F-statistic 0.673814 Durbin-Watson stat 2.839267 Prob(F-statistic) 0.718544
(4)
Lampiran 9 : Hasil Uji Multikolinearitas
Dependent Variable: LTPAK Method: Least Squares Date: 01/08/08 Time: 12:28 Sample (adjusted): 1987 2007 Included observations: 21
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LPMA -0.027597 0.021773 -1.267460 0.2211 LEXP 0.211099 0.024642 8.566664 0.0000 C -0.547447 0.458710 -1.193448 0.2482 R-squared 0.844526 Mean dependent var 3.983389 Adjusted R-squared 0.827251 S.D. dependent var 0.150462 S.E. of regression 0.062537 Akaike info criterion -2.574564 Sum squared resid 0.070395 Schwarz criterion -2.425347 Log likelihood 30.03292 F-statistic 48.88736 Durbin-Watson stat 0.733386 Prob(F-statistic) 0.000000
(5)
Dependent Variable: LPMA Method: Least Squares Date: 01/08/08 Time: 12:28 Sample (adjusted): 1987 2007 Included observations: 21
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LEXP 1.256774 0.493898 2.544606 0.0203 LTPAK -2.969033 2.342506 -1.267460 0.2211 C -3.412357 4.876717 -0.699724 0.4930 R-squared 0.419471 Mean dependent var 14.04217 Adjusted R-squared 0.354968 S.D. dependent var 0.807652 S.E. of regression 0.648657 Akaike info criterion 2.103738 Sum squared resid 7.573602 Schwarz criterion 2.252955 Log likelihood -19.08925 F-statistic 6.503111 Durbin-Watson stat 1.652098 Prob(F-statistic) 0.007489
(6)
Dependent Variable: LEXP Method: Least Squares Date: 01/08/08 Time: 12:29 Sample (adjusted): 1987 2007 Included observations: 21
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LTPAK 3.804081 0.444056 8.566664 0.0000 LPMA 0.210504 0.082726 2.544606 0.0203
C 5.189737 1.611054 3.221330 0.0047
R-squared 0.875453 Mean dependent var 23.29881 Adjusted R-squared 0.861614 S.D. dependent var 0.713626 S.E. of regression 0.265471 Akaike info criterion 0.316939 Sum squared resid 1.268545 Schwarz criterion 0.466157 Log likelihood -0.327861 F-statistic 63.26162 Durbin-Watson stat 0.996266 Prob(F-statistic) 0.000000