Kelompok Usia Dini TINJAUAN TEORIETIS

mau’idzah hasanah ini bisa berupa nasehat, kabar baik dan peringatan, wasiat, menceritakan kisah-kisah orang shaleh yang dahulu dan ceramah. Ceramah yang merupakan bentuk dari mau’idzah hasanah merupakan metode yang banyak digunakan di masyarakat, karena metode ini di anggap paling murah dan sederhana, namun dari segi pemberdayagunaan masih cukup potensial dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kemampuan daya pikir dan usaha-usaha yang menyangkut perubahan sikap dan tingkah laku manusia. 11 3 Mujadalah Menurut bahasa, mujadalah berasal dari kata jaadala - mujaadalatan – jidaalan yang artinya berbantah, berdebat. Merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang di ajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat. 16 Mujadalah yang lebih dikenal dengan istilah diskusi, karena metode ini merupakan penyampaian pesan dakwah dengan jalan bertukar pendapat atau informasi, tentang masalah agama antara beberapa orang dalam tempat tertentu. Menurut Syekh Muhammad Abduh metode diskusi ialah metode yang dapat digunakan pada golongan yang tingkat kecerdasannya dalam kategori tinggi. 17

B. Kelompok Usia Dini

15 Yusuf, Metode Dakwah, h. 16. 16 Yunus, Kamus Arab-Indonesia, h. 89. 17 Yusuf, Metode Dakwah, h. 329-341. Anak usia dini merupakan bagian dari masa kanak-kanak yang sering disebut sebagai masa kanak-kanak awal, yakni antara usia dua sampai enam enam tahun. Istilah usia dini ini digunakan oleh para pendidik yang dimaksudkan untuk membedakan anak-anak dimana mereka dianggap cukup tua secara fisik mental. 18 1. Karakteristik Anak Usia Dini Karena anak usia dini merupakan masa kanak- kanak awal maka selanjutnya akan dijelaskan mengenai karakteristik anak- anak usia dini. Masa kanak- kanak merupakan masa yang panjang dalam rentang kehidupan, yang dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni sekitar usia dua tahun hingga saat anak malang secara seksual kira- kira usia tiga belas tahun untuk wanita dan empat belas tahun untuk pria. 19 12 Masa kanak- kanak sendiri terbagi lagi menjadi dua fase, yaitu masa kanak-kanak awal dan masa kanak-kanak akhir. Dalam pembahasan ini, hanya akan dibahas mengenai karakteristik anak-anak pada masa kanak-kanak awal. Karakteristik yang menonjol pada masa kanak-kanak awal, antara lain : a. Perkembangan Fisik 18 Elizabeth B. Hurlock, Development Psychology a Life Span Approach, Alih Bahasa: Istiwidayanti, Jakarta: Erlangga,1993, cet ke-3, ed. ke-7, h. 108. 19 Ibid. , h. 109. Pertumbuhan fisik selama masa kanak-kanak awal berlangsung lambat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan pada masa bayi. Namun perkembangannya relatif seimbang atau proporsional sehingga perkembangan psikomotornya sangat ideal untuk pembelajaran keterampilan. Menurut Hurlock, hal ini disebabkan pula oleh faktor-faktor berikut ini: 20 13 • Tubuh anak lebih lentur dari pada remaja dan orang dewasa, oleh karena itu semua dapat dipelajari dengan mudah. • Anak- anak memiliki keterampilan yang lebih sedikit sehingga keterampilan yang baru dikuasai tidak mengganggu keterampilan yang sudah ada. • Anak- anak lebih suka menjelajah, ingin mencoba sesuatu yang baru. Hal ini dapat memotivasi mereka untuk berjalan. • Anak-anak senang untuk mengulang-ulang sehingga dengan senang hati mereka akan mengulang-ulang aktifitas sampai mereka terampil. • Anak-anak memiliki tugas lebih sedikit sehingga mereka memiliki banyak waktu untuk mencurahkan perhatian dalam menguasai keterampilan. b. Perkembangan Sosial 20 Elizabeth B. Hurlock, Child Development, Singapore: Mc. Graw- Hill Book Co- 1978, ed. ke- 6, h. 143. Masa kanak- kanak awal disebut sebagai masa berkelompok, dimana anak-anak belajar dasar-dasar perilaku sosial dengan teman- teman seusianya. Dasar untuk sosialisasi ditunjukkan dengan meningkatnya hubungan antara anak dengan teman-teman sebanyanya dari tahun ke tahun. Meluasnya lingkungan sosial bagi anak menyebabkan anak menjumpai pengaruh-pengaruh yang ada di luar pengawasan orang tuanya. Ia bergaul dengan teman-temannya, mempunyai guru-guru yang mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam proses emansipasinya. Emansipasi disini dengan orang lain yang ada dalam situasi yang sama. 21 Pada usia kanak-kanak awal, terjadi adanya tingkah laku meniru atau imitasi terhadap pembicaraan dan tindakan orang lain. Mereka memiliki keinginan yang kuat untuk belajar berbicara, dimana belajar berbicara merupakan sarana pokok untuk bersosialisasi dan mencapai kemandirian. 22 14 c. Perkembangan Moral Perkembangan moral pada awal masa kanak- kanak masih dalam tingkat yang rendah karena perkembangan intelektual anak- 21 F. J. Monks, dkk, Psikologi Perkembangan, Pengantar dalam Berbagai Bagiannya, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1985, cet. ke-3, h. 23. 22 Elizabeth B. Hurlock, Developmental Psychology a Life Span Approach, Op. cit,. h. 113. anak belum mencapai titik dimana ia dapat mengetahui manfaat dari adanya peraturan-peraturan yang ada. Menurut Piaget dalam Hurlock, 1993 23 masa kanak-kanak awal ditandai dengan “moralitas melalui perasaan”, dimana anak- anak secara otomatis mengikuti peraturan-peraturan yang ada tanpa berpikir atau menilai dan ia menganggap orang-orang dewasa yang berkuasa sebagai maha kuasa. Ia juga menilai semua perbuatan benar atau salah berdasarkan akibat-akibatnya dan bukan berdasarkan pada motivasi yang mendasarinya. Menurut sudut pandang anak-anak, perbuatan yang “salah” adalah yang mengakibatkan hukuman, baik oleh orang lain maupun oleh faktor- faktor alam atau ghaib. Sementara Kolberg menyebut perkembangan moral pada masa ini sebagai “moralitas prakonvensional”. Pada tahap pertama, anak-anak berorientasi patuh dan hukuman dalam arti dia menilai benar salahnya perbuatan berdasarkan akibat-akibat fisik dari perbuatan itu. Pada tahap kedua anak- anak menyesuaikan diri dengan harapan sosial agar memperoleh pujian. 24 15 d. Perkembangan Kepribadian Kepribadian mulai terbentuk pada masa ini, inti pola kepribadian pada masa kanak-kanak awal adalah konsep diri, Glanser dalam Hurlock, 1993 mengatakan bahwa konsep diri anak 23 Ibid., h. 123. 24 Ibid. “terbentuk di dalam rahim hubungan keluarga” orang tua, saudara kandung dan sanak saudara yang lain merupakan dunia sosial bagi anak-anak maka bagaimana perasaan dan perlakuan mereka kepada anak-anak merupakan faktor yang paling penting dalam pembentukan konsep diri tersebut. 25 16 Thomas dan kawan-kawan dalam Hurlock, 1993 menunjukkan adanya tiga sindrom kepribadian, yaitu: “anak yang mudah“ yaitu “anak yang sulit” yang fungsi- fungsi tubuhnya tidak teratur, intensitas reaksinya tinggi dan lambat menyesuaikan diri dengan perubahan dan ”anak yang lamban”, yang tingkat aktifitasnya rendah dan tidak cepat menyesuaikan diri. Sindroma-sindroma ini tampak pada perilaku penyesuaian anak-anak selama tahun-tahun pra sekolah. 26 Hal lain yang menonjol pada fase usia dini atau pra sekolah 3- 6 tahun adalah: 27 17 • Merupakan masa persiapan sekolah. • Pertanyaan mulai dengan “mengapa”. • Keingintahuan mengenai seks mulai tampak, pertanyaan tentang adik datangnya dari mana. • Mulai mencari teman bermain. 25 Ibid., h. 291. 26 Ibid., h. 133. 27 R.I. Suharin C., Cara Mendidik Anak dalam Keluarga Masa Kini, tt, Bharatara, tth, h. 240. • Kebiasaan mulai diidentifikasikan dan perlu penjelasan seperlunya. • Datangnya adik menimbulkan masalah baru. • Anak sering bermain- main dengan alat kelaminnya. • Pada masa ini, anak laki- laki bersikap menyukai ibunya dan membenci ayahnya, anak perempuan sebaliknya, menyukai ayahnya dan membenci ibunya, sikap itu disebut Oedipus somplex . 2. Pembagian Usia Anak Secara umum para ahli psikologi berbeda pendapat dalam mengemukakan pembagian usia anak. Hal ini disebabkan adanya perbedaan kepentingan yang ingin dicapai oleh masing-masing. Sekalipun demikian pembagian-pembagian itu pada intinya mengandung kesamaan. Di bawah ini akan dikemukakan pendapat beberapa para ahli, di antaranya adalah sebagai berikut: a = pranantal b 0 – 2 tahun = orok infancy c 2 minggu – 2 tahun = bayi babyhood d 2 tahun – 6 tahun = anak- anak awal early childhood e 6 tahun – 12 tahun = anak- anak akhir late childhood f 12 tahun – 14 tahun = masa pubertas puberty 28 18 28 Dr. Sarlito Wirawan Sarwana, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang, 1983, h. 37. Sedangkan Aristoteles membagi usia anak dalam tiga periode, yaitu: a 0 – 7 tahun = masa kecil atau masa bermain b 7 – 12 tahun = masa anak atau masa belajar c 12 – 14 tahun = masa pubertas atau masa peralihan dari anak menuju dewasa Drs. Imam Badawi dalam bukunya “Ilmu Jiwa Perkembangan dalam Konteks Pendidikan Islam” membagi usia anak sebagai berikut: a 0 – 6 tahun = usia kanak- kanak usia pra sekolah b 6 – 12 tahun = usia remaja usia sekolah c 12 – 21 tahun = usia dewasa masa pubertas 29 19 Sedangkan pembagian usia anak dalam penyusunan skripsi ini adalah usia pra sekolah atau usia dini, yaitu 0 – 6 tahun pada fase ini anak sedang menjalani masa pendidikan di tiga lingkungan pendidikan, yaitu saling mempengaruhi secara nisbi sesuai dengan intensitas dan kesan yang ditimbulkannya. 3. Pentingnya Agama bagi Perkembangan Anak Seperti diketahui, pembinaan mental tidaklah dimulai dari sekolah, akan tetapi dari rumah tangga, sejak anak dilahirkan ke dunia, mulailah dia menerima pendidikan dan perlakuan, mula-mula dari ibunya bapaknya, kemudian dari anggota keluarganya yang lain, pembinaan dan pertumbuhan itu ditambah dan disempurnakan oleh sekolah. 29 Letje Suharti Agusman, Proses Perkembangan Potensi Anak, makalah seminar Aula FK UI tidak diterbitkan, 28 November 1993, h. 2. Pendidikan agama pada masa anak seharusnya oleh orang tua, yaitu dengan jalan membiasakannya kepada tingkah laku dan akhlak yang diajarkan oleh agama. Dalam menumbuhkan kebiasaan berakhlak baik seperti kejujuran, adil dan sebagainya orang tua harus memberikan contoh karena anak dalam usia ini belum dapat mengerti, mereka baru dapat meniru. Apabila anak telah terbiasa menerima perlakuan adil dan di dalam jiwanya menjadi salah satu unsur dari kepribadiannya. Demikian pula dengan nilai-nilai agama dan kaidah-kaidah sosial yang lain, sedikit demi sedikit harus dimasukkan dalam pembinaan anak. Pendidikan agama tidak mungkin terlepas dari pengajaran dakwah Islamiah. Jika penanaman jiwa agama tidak mungkin dilakukan sepenuhnya oleh orang tua di rumah maka pengajaran agama harus disempurnakan dengan bimbingan para guru di lembaga pendidikan agama, misalnya di TK- TP Al-Qur’an atau di madrasah. Pentingya pendidikan agama bagi pembinaan mental dan akhlak anak sebagai pembinaan dan penyempurnaan pertumbuhan kepribadian anak dimana pendidikan agama mempunyai dua aspek penting, yaitu sebagai berikut: a Ditujukan kepada jiwa atau pertumbuhan kepribadian. Anak diberikan kesadaran tentang adanya Tuhan dan meninggalkan larangan-larangannya. b Ditujukan pada pikiran yaitu pengajaran agama itu sendiri. Kepercayaan kepada Tuhan tidak akan sempurna bila isi ajaran- ajaran Tuhan itu tidak diketahui betul-betul. Anak harus ditunjukkan apa yang disuruh, apa yang dilarang, apa yang boleh, apa yang dianjurkan melakukannya dan apa yang dianjurkan meninggalkannya menurut ajaran agama. 30 20

C. Manajemen 1.