1
BAB I PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an merupakan sebuah kitab Dakwah, yang memiliki ruh pembangkit, berfungsi sebagai penguat, menjadi tempat berpijak dan berperan
sebagai penjaga, penerang dan penjelas. Al-Qur’an juga merupakan suatu undang-undang dan konsep global dan merupakan tempat kembali satu-satunya
bagi para penyeru dakwah dalam mengambil rujukan dalam melakukan kegiatan dakwah dan dalam menyusun suatu konsep gerakan dakwah
selanjutnya.
1
Apabila kita memperhatikan Al-Qur’an dan As-Sunnah maka kita akan mengetahui, sesungguhnya dakwah menduduki tempat dan posisi utama,
sentral, strategis dan menentukan. Keindahan dan kesucian Islam dengan perkembangan zaman, baik dalam sejarah maupun prakteknya, sangat
ditentukan oleh kegiatan dakwah yang dilakukan umatnya. Materi dakwah maupun metodenya yang tidak tepat sering memberikan gambaran image dan
persepsi yang keliru tentang Islam. Demikian pula kesalahpahaman tentang makna dakwah, menyebabkan
kesalahlangkahan dalam operasional dakwah. Sehingga, dakwah sering tidak membawa perubahan apa-apa, padahal tujuan dakwah adalah untuk mengubah
1
Sayyid Qutb, Fiqh Dakwah, Jakarta;Pustaka Amani, h.1.
masyarakat sasaran dakwah ke arah kehidupan yang lebih baik dan sejahtera, lahiriah maupun batin.
2
Hal ini ditandai dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah membawa banyak perubahan bagi masyarakat, baik dalam
cara berpikir maupun bertingkah laku. Perkembangan pemanfaatan teknologi informasi seperti televisi memang dapat memberikan pengaruh bagi anak-anak,
terlebih lagi jika kita perhatikan anak-anak tersebut menghabiskan banyak waktunya untuk menonton televisi baik siang maupun malam. Kini televisi
telah pula menjadi media untuk mentransfer berbagai macam budaya yang belum tentu sesuai dengan kepribadian bangsa dan bisa merusak moral
generasi muda Islam. Terjadinya benturan nilai yang cukup keras lantaran campur aduknya
dua nilai yang memiliki landasan berbeda bukanlah suatu permasalahan yang ringan. Hal ini membutuhkan adanya arus perkembangan kebudayaan seperti
di atas. Untuk menghadapi masalah-masalah dakwah yang semakin berat dan
meningkat itu, penyelenggaraan dakwah tidak mungkin dapat dilakukan orang- seorang secara sendiri-sendiri. Tetapi harus diselenggarakan oleh para
pelaksana dakwah secara bekerja sama dalam kesatuan, yang teratur rapi, dengan terlebih dahulu dipersiapkan dan direncanakan semasak-masaknya,
serta mempergunakan sistem kerja sama dalam organisasi tersebut serta kegiatan-kegiatan yang dimanajemen dengan baik.
2
2
H. Hilmi Muhammadiyah, Syamsudin, M. Pay, Dakwah dan Globalisasi.
Demikian halnya dengan Taman Kanak-kanak Al-Qur’an sebagai salah satu sarana dakwah dalam pertumbuhannya yang cukup pesat dan semarak di
seluruh tanah air. Patut kita syukuri karena hal itu menunjukkan kepedulian umat dalam upaya pewarisan dan penanaman nilai keimanan dan ketaqwaan
imtaq bagi generasi mendatang, tentulah dalam upaya penanaman imtaq melalui Taman Kanak-kanak Al-Qur’an itu tidak terlepas dari ketertiban
manajemen sebagai penggerak utama. Hal ini sesuai dengan hadits nabi yang dikutip oleh Mamsudi, yaitu
sebagai berikut:
“Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya.”
Al-Hadits.
3
Peringatan Rasulullah ini memberikan dorongan tentang pentingnya memilih tenaga ahli sesuai bidang urusan yang akan ditangani termasuk dalam
lingkup pengelolaan unit Taman Kanak-kanak Al- Qur’an. Pemaknaan tenaga ahli tersebut termasuk meliputi kemampuan manajemennya.
3
Dengan manajemen Taman Kanak-kanak Al-Qur’an ini maka diharapkan agar lembaga ini mampu menarik minat orang tua untuk
memasukkan anak mereka ke dalamnya. Pelaksanaan sistem pendidikan Taman Kanak-kanak Al-Qur’an
merupakan manifestasi dari Sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:
3
Mamsudi AR, Manajemen dan Tata Tertib TK TP Al-Qur’an, LPPTKA BKPRMI Jakarta; LPPTKA BKPRMI, 1999, h. 3.
ﷲا ﺮ ﻰ ﻦ ﺮﺎ ﻦ اﻦ
ﺎ ׃
ﺎ ﷲا ﻮ ﺮ
׃
ﺎ ﺨ ﻰ آﺪ ﻮأاﻮ ﺪأ ׃
ﮑ آ ﺪ ﻮ
و هأ
ﻦﺈ ﻦاﺮ اةاﺮ ﻮ ﺎ أ ﻈ ﻮ ﷲا ﻆﻰ ﻦاﺮ ا
ﺌ ﺎ أﻮ ﺌ
ﻰ د ا اﻮﺮ
Artinya: Dari Abu Najar dari Ali R. A berkata : Telah bersabda Rasulullah SAW:
“Didiklah anak-anakmu dengan tiga perkara : Cinta kepada nabi-nabi kalian, cinta kepada ahli baitnya dan cinta membawa Al-Qur’an. Maka sesungguhnya
orang yang membawa Al-Qur’an dalam perlindungan Allah pada hari tidak ada perlindungan bersama nabi-nabinya dan orang-orang suci.”
4 4
Penanaman nilai agama pada sejak usia dini adalah sangat penting artinya bagi lahirnya generasi penerus yang kuat imannya dan berakhlak mulai
dengan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi sebagai pedoman hidupnya. Di dalam Al- Qur’an disebutkan bahwa tiada warisan yang lebih baik untuk diberikan
kepada generasi penerus kecuali pendidikan yang kelak dapat dijadikan bekal dalam mengarungi kehidupannya, termasuk pendidikan agama yang dapat
dijadikan anak-anak sholeh dan sholehah. Seperti firman Allah surat An-Nisa ayat 9:
ا ﺶﺨ ﻮ ﻬ اﻮ ﺎﺨ ﺎ ﺎ ﺔ ﺮ ﻬ ﺨ ﻦ اﻮآ ﺮ ﻮ ﻦ
اﻮ
ﺪ ﻮ اﻮ ﻮ ﻮ ﷲا
اﺪ Artinya:
4
Imam Hadfidz Jalaluddin bin Abu Bakar Asy-Asyuyuti, Kitab Jami’ush-shogir Berut: Darul Fikr,H
Juz 1, h.14.
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap kesejahteraan mereka.”
Setiap orang tua, selayaknya memperhatikan pendidikan anak demi masa depannya. Janganlah meninggalkan anak keturunan dalam kondisi yang
lemah, baik lemah ilmu pengetahuan, lemah fisik maupun lemah ekonomi. Terlebih lagi meninggalkan anak tanpa bekal keimanan dan aqidah. Justru
akan lebih bahaya di zaman modern ini. Berdasarkan hal di atas, pada saat ini terdapat banyak lembaga
pendidikan yang berusaha menanamkan bekal aqidah dan keimanan terhadap anak usia dini. Salah satu lembaga pendidikan yang bergerak di bidang
pendidikan dan dakwah adalah Taman Kanak-kanak Al-Qur’an Nurul Iman yang berada di bawah naungan Yayasan Al-Hijriah.
Yayasan Al-Hijriah yang berlokasi di daerah Bukit Nusa Indah Ciputat merupakan yayasan yang bergerak di bidang Pendidikan dan Dakwah. Salah
satu program pendidikannya adalah TKA Taman Kanak-kanak Al-Qur’an. Agar TKA Nurul Iman ini tidak sekedar menjadi papan nama saja tetapi justru
menjadi TKA yang berkualitas maka harus diawali dengan perhatian terhadap kualitas manajemennya sehingga organisasi ini diharapkan mencapai tingkat
yang berkualitas. Selama ini bimbingan dan pendidikan agama di TKA masih mengikuti
pola dan alur tradisional. Materi pelajaran belum tersusun dalam sebuah kurikulum baku, metode yang digunakan terkadang kurang memperhatikan
unsur psikologi anak itu sendiri, sehingga kurang daya tariknya. Selain itu,
tingkat kesadaran dan perhatian masyarakat atau orang tua terhadap ustadz atau ustadzahnya masih sangat rendah. Sementara manajemen dan pengelolaannya
pun masih sangat sederhana. Dampak negatif dari semua ini cukup dirasakan. Tidak sedikit anak-
anak yang selalu berusaha menghindar dan mengelak mengikuti pelajaran agama khusus lagi belajar Al-Qur’an. Akhirnya angka buta huruf Al-Qur’an di
lingkungan generasi muda setiap tahunnya terus meningkat. Sementara disadari jatuh dan bangunnya umat Islam pada dasarnya tergantung pada jauh
dekatnya umat Islam dengan kitab sucinya.
5
Oleh karena itu, sangatlah penting menanamkan nilai-nilai keagamaan sejak usia dini untuk menjadikan generasi penerus yang berakhlak mulia, serta
untuk menjaga generasi penerus agar tidak terkontaminasi oleh budaya barat yang tidak sesuai dengan norma agama.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka untuk mengetahui lebih jauh mengenai manajemen TKA Nurul Iman dalam meningkatkan mutu
dakwah pada kelompok usia dini, penulis bermaksud mengadakan penelitian ilmiah yang akan dituangkan dalam skripsi dengan judul:
“MANAJEMEN DAKWAH PADA KELOMPOK USIA DINI pada TKA Nurul Imam Bukit Nusa Indah Ciputat.”
B. Batasan dan Rumusan Masalah