B. Konsep Umum Tentang Likuiditas
1. Pengertian Likuiditas Likuiditas adalah tingkat dimana suatu aktiva asset dapat diubah
kedalam mata uang, baik uang kertas ataupun uang logam yang digunakan untuk melakukan pembayaran.
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, likuiditas adalah perihal menyatakan posisi uang kas suatu perusahaan dan kemampuannya untuk
memenuhi kewajiban yang jatuh tempo tepat pada waktunya.
14
Bank Islam yang selanjutnya disebut dengan Bank Syariah adalah lembaga keuangan
yang operasional produknya dikembangkan berlandaskan pada al-Quran dan as-Sunnah. Dalam UU No. 10 tahun 1998 pasal 1 ayat 13 tentang
perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 dijelaskan bahwa prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hokum syariah islam antara bank
dan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah.
15
Likuiditas perbankan adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya, terutama kewajiban jangka pendek. Dan likuiditas suatu
bank mampunyai peranan penting dalam keberhasilan pengelolaan bank, karena likuiditas diperlukan antara lain untuk :
a. Pemenuhan aturan reserve requirement atau cadangan wajib minimum yang ditetapkan bank sentral.
b. Penarikan dana oleh deposan.
14
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989, Cet. Ke-2, h. 523
15
Peraturan-Peraturan Bank Indonesia, Surabaya, Kirana, h. 87
c. Penarikan dana oleh debitur. d. Pembayaran kewajiban yang jatuh tempo.
Dalam rangka memenuhi likuiditasnya, maka bank dapat menggunakan beberapa pendekatan, yaitu :
a. Commercial Loan Theory atau Productive Theory of Credit atau Real Bills Doctrine
Pendekatan ini menyatakan bahwa likuiditas bank akan dapat terjamin apabila aktiva produktif bank diwujudkan dalam bentuk kredit jangka
pendek dan bersifat self liquidating. Kredit jangka pendek ini terutama dalam bentuk kredit modal kerja, sehingga diharapkan dalam jangka
pendek debitur mampu mengembalikan pinjamannya. b. Asset Shiftability Theory
Pendekatan ini menyatakan bahwa likuiditas bank akan dapat dipelihara apabila asset bank dengan cepat diubah dalam bentuk asset
lain yang lebih likuid sesuai dengan kebutuhan. Focus pendekatan ini adalah surat berharga, karena surat berharga dipandang cukup mudah
untuk dikonversikan menjadi alat likuid. Pinjaman yang diberikan oleh bank juga dijamin menggunakan surat berharga.
16
Surat berharga financial and security adalah suatu instrument keuangan yang diterbitkan perusahaan, lembaga keuangan dan pemerintah
sebagai tujuan meminjam uang dan penghimpun modal baru. Surat-surat berharga yang biasa dipergunakan adalah saham debenture, wesel, surat
berharga pemerintah dan obligasi bond. Sekali diterbitkan, surat berharga
16
Y. Sri Susilo, Sigit Triandaru dan A. Totok Budi Santoro, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: Salemba Empat, 2000 Cat. 1, h. 105
ini dapat diperjual belikan di pasar uang money market atau di pasar modal stock exchange.
Salah satu kendala operasional yang dihadapi oleh perbankan Islam adalah kesulitan dalam mengendalikan likuiditasnya secara efisien. Hal itu
terlihat pada beberapa gejala, yaitu : a. Tidak tersedianya kesempatan investasi segera atas dana, dana-dana
tersebut terakumulasi dan menganggur untuk beberapa hari sehingga mengurangi rata-rata pendapatan mereka.
b. Kesulitan mencairkan dana investasi yang sedang berjalan, pada saat ada penarikan dana dalam masa krisis.
Pada umumnya, salah satu kendala yang dialami oleh Bank Islam bila dibandingkan dengan Bank Konvensional yaitu kurangnya akses ke
pasar uang money market sehingga Bank Islam hanya dapat memelihara likuiditasnya dalam bentuk kas.
2. Standarisasi Likuiditas Persoalan likuiditas bagi setiap bank adalah persoalan yang amat
penting dan berkaitan erat dengan kepercayaan masyarakat, nasabah dan pemerintah. Bahkan begitu pentingnya persoalan likuiditas ini bank harus
mengamati, mengikuti dan terjun dalam usaha-usaha langsung agar posisi likuiditas bank terjaga setiap hari.
Mengenai persoalan likuiditas ini maka harus ada standarisasi likuiditas perbankan yang harus dipelihara dan memalui paket
kebijaksanaan moneter dan perbankan, maka pemerintah pada tanggal 27
Oktober 1988 dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia,
17
No.2156Kep.Dir.tgl.27101988 menentukan standarisasi yang harus dipelihara oleh bank yaitu 2 dari perbadingan antara alat-alat likuid yang
dikuasai dengan kewajiban-kewajiban yang segera dibayar. 3. Penentuan Kebutuhan Likuiditas
Likuiditas bank adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya, terutama kewajiban dana jangka pendek. Dari sudut aktiva,
likuiditas adalah kemampuan untuk mengubah seluruh asset menjadi uang tunai cash. Sedangkan dari sudut pasiva, likuiditas adalah kemampuan
bank memenuhi kebutuhan dana melalui peningkatan portofolio liabilitas. Kemampuan likuiditas asset tergantung pada dua factor utama, yaitu
kandungan daya cair asset itu sendiri self contained liquidity dan daya jual asset tersebut. Daya cari asset self liquiditing ditentukan oleh
pelaksana pemenuhan syarat-syarat penjualan asset tersebut, baik jangka waktu maupun pembayarannya. Sedangkan marketability asset ditentukan
oleh kemampuan pengalihan asset tersebut kepada pihak lain secara final atau keberhasilan penawaran kepada pihak lain untuk berpartisipasi
mendanai asset tersebut. Faktor yang disebut pertama berkaitan dengan teori likuiditas yang disebut commercial loan theory dan yang disebut
terakhir dijumpai dalam teori yang disebut shiftability theory.
18
Pengelolaan likuiditas bank juga merupakan bagian dari pengelolaan liabilitas liability management. Melalui pengelolaan
17
Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000, Edisi ke-2, h. 98-100
18
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Alvabet, 2002, h. 175
likuiditas yang baik, bank dapat memberikan keyakinan kepada para penyimpan dana bahwa mereka dapat menarik dananya sewaktu-waktu
atau pada saat jatu tempo. Oleh karena itu, bank harus mempertahankan sejumlah alat likuid guna memastikan bahwa bank sewaktu-waktu dapat
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Pada umumnya kebutuhan likuiditas bank ditentukan oleh adanya
beberapa factor, yaitu : a. Kewajiban Reserve
Kewajiban reserve adalah ratio antara komponen-komponen alat likuid dengan komponen-komponen kewajiban bank yang harus
dipelihara bank dalam setiap periode tertentu. Sebagaimana terjadi pada beberapa bidang perbankan lainnya. Peraturan dibidang
kewajiban reserve statutory reserve requirement juga terus menerus berubah. Bank sentral sebagai otoritas moneter menetapkan kewajiban
reserve itu dalam rangka pengendalian jumlah uang beredar. Di samping guna mendukung pelaksanaan prinsip kehati-hatian.
19
Besarnya kewajiban reserve yang ditetapkan oleb Bank Indonesia bagi setiap bank telah beberapa kali mengalami perubahan.
Reserve ratio itu pernah ditetapkan sebesar 30, lalu 15, kemudian 2. Demikian pula komponen-komponen reserve yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia juga telah beberapa kali mengalami perubahan. Suatu ketika sebelum Pakto 88 Bank Indonesia menetapkan besarnya
19
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen …………., h. 178
komponen alat likuid itu meliputi saldo kas, saldo giro pada Bank Indonesia dan saldo giro pada bank lain, dan pada saat yang lain
setelah Pakto 88 komponen alat likuid yang diatur hanya meliputi saldo kas dan giro pada Bank Indonesia saja. Demikian pula
komponen-komponen kewajiban yang diperhitungkan sebagai factor pembanding dalam perhitungan reserve ratio.
b. Tipe Dana yang Ditarik Bank Tipe dana yang ditarik oleh bank merupakan factor yang harus
diperhatikan dalam melakukan estimasi kebutuhan likuiditas bank. Untuk dana investasi mudharabah, kebutuhan likuiditas bank timbul
pada tanggal jatuh tempo atas investasi tersebut. tetapi untuk wadiah giro dan tabungan kebutuhan likuiditas dapat timbul sewaktu-waktu
apabila pemegang wadiah ingin menarik kembali sebagian atau seluruh simpanannya.
c. Komitmen Bank dalam Pembiayaan atau Investasi Komitmen bank kepada nasabah atau pihak lain dalam
memberikan fasilitas atau melakukan investasi menimbulkan konsekuensi kewajiban bagi bank untuk merealisasikannya. Kewajiban
komitmen ini oleh bank dicatat dalam rekening administrative dan ketidakmampuan bank untuk merealisasikan komitmen tersebut akan
berdampak pada reputasi dan bonafiditas bank, tetapi juga berpotensi untuk menghadapi tuntutan permintaan ganti rugi.
35
BAB III GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH RISALAH UMMAT
A. Sejarah Berdirinya PT. BPRS Risalah Ummat
PT. Bank Perkreditan Rakyat Syariah Risalah Ummat, didirikan oleh para alumus Syari’ah Syari’ah Banking Institute SBI Jakarta, angkatan pertama yang
awalnya sebag ai pilot project bagi penerapan sistem syari’ah islam dalam praktek
perbankan skala kecil. PT. BPRS didirikan pada hari Jum’at, tanggal 3 November 1995 dengan akte Notaris Ny. Lenny Ratna Ekowati Soebroto, SH nomor. 48.
1
Akte Anggaran Dasar memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman dengan keputusan tanggal 5 Desember 1995 Nomor C.2-5.845 HT01.01 tahun
1995 dan lebih diubah dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat pada tanggal 3 Mei tahun 2001 Nomor 3 yang dibuat dihadapan Notaris Ny. Sri Artati, SH.
Pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia tanggal 9 Agutsus 2001 Nomor C.0549 HT01.01 TH. 2001.
2
Izin Usaha diberikan Menteri Kehakiman dengan Surat Keputusan No.: 107KM.171996 tanggal 24 Maret 1996, dan mulai beroperasi 8 Mei 1996. Kini
Bank Syariah Risalah Ummat telah tumbuh dan berkembang menjadi Bank Perkreditan Rakyat Syariah yang sehat dan profesional. Bank Ummat merupakan
nama panggilan dari PT. BPRS Risalah Ummat, sebagai kantor pusat, Bank
1
Drs. Moh. Hasanudin, Tangerang, Wawancara, 11 September 2009
2
Ibid.