2. Allah SWT tidak menetapkan delapan asnaf harus diberi semuanya.
3. Allah SWT tidak menetapkan zakat harus dibagikan dengan segera setelah masa pungutan zakat.
32
Dana zakat yang terkumpul didistribusikan dalam empat bentuk, yakni: 1. Konsumtif Tradisional, yakni zakat yang langsung diberikan secara langsung
kepada mustahiq, seperti beras dan jagung. 2. Konsumtif Kreatif, yakni zakat yang dirupakan dalam bentuk lain, dengan
harapan dapat bermanfaat lebih baik, semisal beasiswa, peralatan sekolah, dan pakaian anak-anak yatim.
3. Produktif Tradisional, yaitu zakat yang diberikan dalam bentuk barang-barang yang bisa berkembangbiak atau alat utama kerja, seperti kambing, sapi, alat
cukur dan mesin jahit. 4. Produktif Kreatif, yaitu zakat yang diberikan dalam bentuk modal kerja
sehingga penerimanya dapat mengembangkan usahanya setahap lebih maju.
33
Demikian pola penyaluran zakat dapat dibedakan dalam dua bentuk; yakni bantuan sesaat dengan pola tradisional konsumtif dan pemberdayaan produktif.
1. Pola Tradisional Konsumtif Pola tradisional yaitu penyaluran bantuan dana zakat diberikan langsung
kepada mustahik. Dengan pola ini, penyaluran dana kepada mustahik tidak disertai target, adanya kemandirian kondisi sosial maupun kemandirian
32
K. H. Sjechul Hadi Permono, Pendayagunaan Zakat Dalam Rangka Pembangunan Nasional, Jakarta: Pustaka Firdaus, cet 2, 1995, h. 41.
33
Didin Hafidhuddin, dkk, The Power of Zakat Malang: UIN Malang Press, 2008, h. 13.
ekonomi pemberdayaan.
Penghimpunan dan
pendayagunaan zakat
diperuntukkan mustahik secara langsung untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari.
34
2. Pola Kontemporer Produktif Pola Produktif adalah pola penyaluran dana zakat kepada mustahik yang ada
dipinjamkan oleh ‘amil untuk kepentingan aktifitas suatu usaha bisnis. Pola penyaluran secara produktif pemberdayaan adalah penyaluran zakat atau
dana lainnya yang disertai target merubah keadaan penerima lebih dikhususkan kepada mustahik golongan fakir-miskin dari kondisi kategori
mustahiq menjadi kategori muzakki.
35
Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif bukan upaya untuk melanggar hukum, akan tetapi lebih merupakan pengembangan praktik hukum Islam yang
dalam praktiknya sendiri dapat berubah seiring dengan perubahan kondisi dan waktu, serta menimbang pada kemaslahatan umum. Pada dasarnya zakat itu
sendiri mengandung makna produktif, artinya zakat itu tidak hanya ditujukan untuk sekedar memenuhi kebutuhan konsumtif fakir-miskin dan mustahiq
lainnya, tapi lebih dari itu ditujukan untuk memberdayakan kaum fakir- miskin.
36
34
Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, h. 34
35
Ibid., h. 35.
36
H. M. Umar,Pendayagunaan Zakat, h. 49-50.
D. Sejarah Pengelolaan Zakat