BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zakat menurut bahasa berarti “berkembang”, “berkah”, “bertambahnya kebaikan”, dan terkadang diartikan “menyucikan” seperti firman Allah SWT
dalam surah asy-Syams ayat 9, artinya: “Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikannya jiwa itu. Yakni orang yang membersihkan dirinya dari segala
kotoran. Juga dapat diartikan “pujian” seperti firman Allah SWT dalam surah an- Najm ayat 32, artinya: “Maka janganlah kalian menganggap diri kalian suci”.
Yakni jangan memuji diri kalian. Menurut syara’, zakat adalah sebutan untuk sesuatu yang dikeluarkan dari kekayaan atau badan dengan cara tertentu atau
ungkapan untuk kadar tertentu yang diambil dari kekayaan tertentu, yang wajib diberikan kepada golongan tertentu.
1
Sebagaimana maklum, zakat adalah rukun Islam yang kelima. Tanpanya Islam seseorang tidak sempurna. Mengingkari kewajibannya bisa menyebabkan
kekufuran. Ini suatu nilai yang ditegakkan oleh agama Islam sendiri dan dijunjung tinggi oleh semua umat Islam.
Zakat adalah antara perkara terkait dengan hukum syara’yang telah mendapat perhatian pihak pemerintah negara dalam penetapan perundang-undangannya.
Adalah tidak tepat untuk mengatakan bahwa urusan zakat itu hanyalah tuntutan syara’ yang bersifat individu semata, bahkan ia menjadi tanggung jawab
pemerintah dalam pengurusannya. Karena itu pembahasan terkait dengan zakat
1
Wahbah Zuhaili, Fiqh Imam Syafi’i Terj Jakarta: Penerbit Al-Mahira, h. 433.
tidak hanya dibahas dalam kitab-kitab hukum syara’ tetapi juga menjadi pembahasan dalam bagian ketatanegaraan sebagai salah satu sumber keuangan
Negara Islam.
2
Al-Mawardi misalnya, membincangkan persoalan ini dalam bukunya Al-Ahkam Al-Sultaniyyah bagian kesebelas di bawah judul Fi Wilayah
Al-Sadaqat, yang berarti zakat
3
. Zakat adalah instrumen penting dalam sektor ekonomi Islam dan pendorong
kemajuan serta kemakmuran umat Islam di seluruh dunia. Untuk itu, institusi zakat perlu diatur dan diurus dengan efisien dan sistematik karena sejak sekian
lama zakat menjadi wilayah dan medium terpenting untuk pengaturan ekonomi dalam masyarakat Islam. Melalui sistem penyebaran zakat yang baik dapat
menjadi alternatif kestabilan ekonomi yang sedang melanda dunia saat ini. Menurut ulama kontemporer Dr. Yusuf Qardhawi dalam bukunya Musykilah
Al-Faqr Wakaifa Aalajaha Al-Islam, Islam tidak menempatkan masalah zakat sebagai urusan perorangan, melainkan sebagai salah satu tugas pemerintahan
Islam. Zakat bukanlah kewajiban individu yang pelaksanaannya bergantung kepada hati nurani masing-masing orang. Tetapi zakat adalah suatu kewajiban
yang dilaksanakan di bawah pengawasan negara, di mana negaralah yang mengatur sistem pemungutan dan pendistribusian zakat itu.
4
Menurut ajaran Islam, zakat sebaiknya dipungut oleh negara atau lembaga yang diberi mandat oleh negara dan atas nama pemerintah yang bertindak sebagai
2
Mahmood Zuhdi Hj. Ab. Majid, Kuasa-kuasa dan Kaedah Pentadbiran Zakat di Malaysia, Jurnal Syariah, Januari 1994.
3
Di dalam al-Quran dan al-Hadis, perkataan zakat kadangkala juga disebut sebagai “sadaqah”.
4
Yusuf Qardhawi, Musykilat al-Faqr Wa Kayfa ‘Alijaha Al-Islam Beirut: Muassasah ar- Risalah, Cet 10, 1994, h. 80.
wakil fakir miskin. Pengelolaan di bawah otoritas badan yang dibentuk oleh negara akan jauh lebih efektif pelaksanaan fungsi dan dampaknya dalam
membangun kesejahteraan umat yang menjadi tujuan zakat itu sendiri, dibanding zakat dikumpulkan dan didistribusikan oleh lembaga yang berjalan sendiri-sendiri
dan tidak ada koordinasi satu sama lain.
5
Institusi zakat adalah salah satu institusi Islam yang sangat berperan dalam menyusun dan membangun kekuatan sosio ekonomi ummah. Di Malaysia pada
umumnya hanya terdapat sebuah institusi keuangan dan pemegang harta dalam Islam yang dinamakan Baitul Mal. Ia meliputi berbagai jenis harta seperti zakat,
harta wakaf, harta khairat shadaqah, dan kebajikan serta lain lagi. Untuk memudahkan urusan administrasi, Baitul Mal diberi kewenangan pada setiap
negeri-negeri di Malaysia dan pada dasarnya harta-harta yang terkumpul itu mempunyai kepentingan masing-masing, baik untuk masyarakat malah untuk
negara. Maksud yang lebih jelas, institusi Baitul Mal ini adalah bagian terpenting dalam struktur keuangan dan belanjawan pengelolaan dalam negara Islam.
Harta-harta yang terkumpul dalam khazanah Baitul Mal merupakan harta negara yang dimiliki oleh semua rakyat yang tinggal dan menetap di negara tersebut.
Dengan kata lain, Baitul Mal berfungsi sebagai tempat menyimpan harta dalam sebuah negara untuk faedah dan tujuan umum.
6
Berdasarkan Dictionary of Islam yang dipetik dari buku Jurnal Undang- undang IKIM, definisi Baitul Mal adalah Perbendaharaan Negara yang menerima
5
M. Arifin Purwakananta dan Noor Aflah, Southeast Asia Zakat Movement Padang: Forum Zakat FOZ, 2008, h. 36.
6
Institut Kefahaman Islam Malaysia IKIM, Jurnal Undang-undang, IKIM Law Journal, Kuala Lumpur: Subscription Marketing Vol. 4 No.2 2000, h. 97.
uang yang dikumpul oleh negara Islam dari berbagai sumber keuangan seperti zakat, ghanimah, harta benda yang tiada pemiliknya serta derma dari wilayah-
wilayah pemerintahan Islam. Ia juga merupakan tempat menyimpan harta orang Islam dalam sebuah negara dan pemerintah boleh menggunakan harta tersebut
untuk tujuan umum.
7
Kesadaran terhadap tanggung jawab membayar zakat dalam masyarakat Malaysia umumnya semakin meningkat. Pelbagai usaha telah dibuat untuk
memastikan zakat sebagai rukun Islam ke lima dilaksanakan dengan sempurna. Pendirian institusi zakat yang formal adalah antara usaha yang telah dilakukan
oleh pemerintah Malaysia.
8
Di Malaysia, zakat dikelolakan oleh 14 buah negeri daerah sesuai dengan kuasa yang diperuntukkan oleh Perlembagaan Malaysia konstitusi Malaysia
yang antara lain menyatakan secara jelas bahwa pengurusan agama Islam yang berada di bawah kuasa negeri-negeri. Praktek ini sudah sekian lama ada dan telah
menjadi tradisi yang disepakati oleh setiap negeri-negeri. Dengan itu setiap negeri memiliki sebuah institusi zakat yang diberi otoritas oleh pemerintah atau kerajaan
negeri pemerintah daerah untuk mengelola harta zakat negerinya. Dengan itu telah dibentuk Majlis Agama Islam Negeri MAIN bagi setiap
daerah. Maka pengurusan Baitul Mal adalah dibawah tanggung jawab MAIN. Ada sebagian Majlis Agama Islam Negeri-negeri di Malaysia telah mendirikan
sebuah institusi atau lembaga zakat yang terpisah dan bersifat mandiri dalam pengurusan harta zakat. Namun, ia masih bertanggungjawab untuk melaporkan
7
Jurnal Undang-undang IKIM, IKIM
, h. 97.
8
Didin Hafidhuddin, dkk, The Power Of Zakat Malang: UIN Malang Press, Cet 1, 2008, h. 205.
segala aktivitas dan kinerja organisasi ke Majlis Agama Islam. Antara organisasi yang terbentuk, hanya Lembaga Zakat Selangor dan Pusat Urus Zakat Pulau
Pinang yang diberikan wewenang untuk mengelolakan zakat secara sepenuhnya yaitu mengutip dan mengagihkan zakat.
9
Negeri Selangor dengan wewenang yang dinyatakan dalam Enakmen Pentadbiran Agama Islam Negeri Selangor 2003 telah memprivatisasi
pengurusan institusi zakatnya. Baitul Mal negeri Selangor yang bertanggung jawab mengelola sumber keuangan masyarakat Islam Selangor telah diswastakan
dengan pendirian Pusat Pungutan Zakat PPZ atau Pusat Zakat Selangor PZS pada tahun 1994. Perkara ini berlaku apabila Majlis Agama Islam Selangor
MAIS, mendaftar Baitul Mal sebagai anak perusahaan di bawah MAIS dengan nama PPZ atau PZS. Ide privatisasi PPZPZS dalam meningkatkan kinerja
pemungutan dan distribusi harta zakat Selangor telah berhasil hingga menempatkan negeri Selangor di tempat paling atas dalam daftar pemungutan dan
distribusi harta zakat antara semua negeri di Malaysia. Contohnya, pada tahun 2004, PZS berhasil mengumpul dana zakat dengan jumlah RM 108,826,547.05
juta dan jumlah ini meningkat pada tahun 2005 dengan jumlah RM 131,121,829 juta. Laporan Pengurusan Zakat Selangor 2005. Bersesuaian perubahan waktu,
PPZPZS telah dirubah nama kepada Lembaga Zakat Selangor LZS pada tahun 2006 bertujuan memberi imej baru dalam pengurusan harta zakat dikarenakan
pengumpulan zakat mencapai jumlah RM100 juta per tahun.
9
M. Arifin Purwakananta dan Noor Aflah, Southeast Asia Zakat Movement, h. 36.
Selangor pada tahun 2003 telah menyatakan sebagai sebuah negeri yang maju seharusnya seiring dengan pengentasan kemiskinan yang ada dalam masyarakat
negeri Selangor. Namun apa yang berlaku tidak seperti yang dinyatakan karena isu kemiskinan masih menjadi obrolan utama antara masyarakat terutama media
massa yang akhir-akhir ini sering mengeluarkan isu kemiskinan pada umum. Mayoritas masyarakat miskin adalah dari orang-orang Islam sendiri. Dan Islam
telah menetapkan bahwa keberadaan zakat adalah untuk menanggulangi masalah kemiskinan orang-orang Islam. Di sini terlihatnya peran pengelolaan dana zakat
oleh institusi zakat Selangor karena sebagaimana yang diketahui, zakat berperan dalam membantu meningkatkan taraf hidup asnaf. Hasil pengumpulan yang
banyak diharapakan dapat mengurangi jumlah asnaf fakir dan miskin. Dari uraian di atas, penulis ingin meneliti sejauh manakah pengumpulan yang
banyak oleh LZS itu dapat meningkatkan kehidupan para asnaf terutama asnaf fakir dan miskin di Selangor. Bagaimana sistem pengelolaan zakat yang
dilakukan oleh LZS dalam perkara pendistribusian sehingga berhasil membantu mengeluarkan asnaf dari kelompoknya. Apakah dana zakat yang diberikan
kepada asnaf itu benar-benar membantu asnaf dalam meningkatkan kualitas kehidupan mereka.
Permasalahan inilah yang akan diangkat dalam judul skripsi, dan penulis berasa tertarik untuk meneliti dan mengkaji dengan lebih dalam tentang hal-hal
yang terkait dengan pengelolaan dana zakat oleh Lembaga Zakat Selangor dalam pendistribusian kepada asnaf yang akan dicurahkan di dalam skripsi berjudul
Praktek Distribusi Harta Zakat di Selangor Suatu Kajian Penerapan Enakmen Zakat.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah