Perbedaan Karet Alam dengan Karet Sintetis Jenis-Jenis Karet Alam

Bila kadar air tinggi yang disebabkan oleh pengeringan yang kurang sempurna atau penyimpanan dalam ruangan yang lembab, maka pertumbuhan bakteri dan jamur akan terjadi dan lazim disertai dengan timbulnya bintik-bintik warna dipermukaan lembaran. Bintik-bintik ini akan merusak kualitas dan menyebabkan produk tersebut tidak disukai dalam perdagangan Setyamidjaja, 1993. Selain faktor diatas lateks yang baik harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1. Disaring dengan saringan berukuran 40 mesh 2. Tidak terdapat kotoran atau benda lain seperti daun atau kayu 3. Tidak bercampur dengan bubur lateks, air ataupun serum lateks 4. Warna putih dan berbau lateks segar 5. Lateks kebun bermutu 1 mempunyai kadar karet kering 28 dan lateks kebun bermutu 2 mempunyai kadar karet kering 20 Penebar swadaya, 1992. Komposisi lateks segar secara garis besar dipaparkan pada tabel 2.1. Tabel 2.1. Komposisi Lateks Segar Komponen Persentase Kandungan karet 35.62 Resin 1.65 Protein 2.03 Kadar abu 0.70 Zat gula 0.34 Air 59.62 Sumber Setyamidjaja, 1993.

2.2. Perbedaan Karet Alam dengan Karet Sintetis

Walaupun karet alam sekarang ini jumlah produksi dan konsumsinya jauh dibawah lateks sintetis, tetapi sesungguhya karet alam belum dapat digantikan oleh karet sintetis. Bagaimanapun, keunggulan yang dimiliki karet alam sulit ditandingi oleh Universitas Sumatera Utara karet sintetis. Karet alam mempunyai kelebihan dibandingkan dengan karet sintetis diantaranya adalah : 1. Memiliki daya elastis dan daya lenting yang sempurna 2. Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah 3. Mempunyai daya aus yang tinggi 4. Tidak mudah panas low heat built up 5. Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan goove cracking resistance Walaupun demikian, karet sintetis memiliki kelebihan seperti tahan terhadap berbagai zat kimia dan harganya cenderung bisa dipertahankan tetap stabil. Pengiriman atau suplai karet sintetis dalam jumlah lebih jarang mengalami kesulitan. Hal seperti ini sulit diharapkan dari karet alam. Harga dan pasokan karet alam selalu mengalami perubahan, bahkan kadang-kadang bergejolak. Harga bisa turun drastis sehingga bisa merusak harga pasaran dan merisaukan para produsennya. Kadang- kadang karena suatu sebab seperti keluarnya peraturan pemerintah di negara produsen yang menginginkan kondisi tertentu terhadap industri karet dalam negerinya, maka akan mempengaruhi pasaran internasional. Suatu kebijaksanaan politik misalnya dari pihak pengusaha maupun pemerintah memiliki pengaruh yang besar terhadap usaha perkaretan alam secara luas. Walaupun memiliki beberapa kelemahan dipandang dari sudut kimia maupun bisnisnya, akan tetapi menurut beberapa ahli, karet alam tetap mempunyai pangsa pasar yang baik. Beberapa industri tertentu tetap memiliki ketergantungan yang besar terhadap pasokan karet alam, misalnya industri ban yang merupakan pemakai terbesar karet alam Penebar Swadaya, 1999.

2.3. Jenis-Jenis Karet Alam

Karet merupakan polimer yang bersifat elastis, sehingga dinamakan pula sebagai elastomer. Saat ini karet tergolong atas karet sintetik dan karet alam. Karet sintetik dibuat secara polimerisasi fraksi-fraksi minyak bumi. Contoh karet sintetik Universitas Sumatera Utara yang kini banyak beredar adalah SBR Strirene Butadiene Rubber, NBR Nitrile Butadiene Rubber, EPDM Ethil Propil Di Monomer, karet silikon, dan Urethane. Karet alam diperoleh dengan cara penyadapan pohon Hevea Braziliensis. Karet alam memiliki berbagai keunggulan dibanding karet sintetik, terutama dalam hal elastisitas, daya redam getaran, sifat lekuk lentur flex-cracking dan umur kelelahan fatigue. Berdasarkan keunggulan tersebut, maka saat ini karet alam sangat dibutuhkan terutama oleh industri ban. Dewasa ini karet alam diproduksi dalam berbagai jenis, yakni lateks pekat, karet sit asap, crumb rubber, karet siap atau tyre rubber, dan karet reklim Reclimed Rubber. a Lateks pekat diolah langsung dari lateks kebun melalui proses pemekatan yang umumnya secara sentrifugasi sehingga kadar airnya turun dari sekitar 70 menjadi 40-45. Lateks pekat banyak dikonsumsi untuk bahan baku sarung tangan, kondom, benang karet, balon, kateter, dan barang jadi lateks lainnya. Mutu lateks pekat dibedakan berdasarkan analisis kimia antara lain kadar karet kering, kadar NaOH, Nitrogen, MST dan analisis kimia lainnya. b Karet sit asap atau dikenal dengan nama RSS Ribbed Smoked Sheet dan karet krep crepe digolongkan sebagai karet konvensional, juga dibuat langsung dari lateks kebun, dengan terlebih dulu menggumpalkannya kemudian digiling menjadi lembaran-lembaran tipis, dan dikeringkan dengan cara pengasapan untuk karet sit asap, dan dengan cara pengeringan menggunakan udara panas untuk karet krep. Mutu karet konvensional dinilai berdasarkan analisis visual permukaan lembaran karet. Mutu karet akan makin tinggi bila permukaannya makin seragam, tidak ada gelembung, tidak mulur, dan tidak ada kotoran serta teksturnya makin kekarkokoh. c Crumb rubber karet remah digolongkan sebagai karet spesifikasi teknis TSR=Technical Spesified Rubber, karena penilaian mutunya tidak dilakukan secara visual, namun dengan cara menganalisis sifat-sifat fisika-kimianya seperti kadar abu, kadar kotoran, kadar N, plastisitas Wallace dan viskositas Mooney. Crumb rubber produksi Indonesia dikenal dengan nama SIR Standard Indonesian Rubber. Saat ini umumnya SIR 10 dan 20 dibuat dari lump atau sleb dari perkebunan rakyat. Dikarenakan bahan bakunya kotor, maka proses pengolahan Universitas Sumatera Utara dipabrik crumb rubber melibatkan berbagai peralatan pengecilan ukuran size reduction dan pencucian. d Karet siap atau Tyre Rubber Tyre rubber merupakan barang setengah jadi dari karet alam sehingga dapat langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk pembuatan ban atau barang yang menggunakan bahan baku karet alam lainnya. Tyre rubber memiliki beberapa kelebihan dibandingkan karet konvensional. Ban atau produk-produk karet lain jika menggunakan tyre rubber sebagai bahan bakunya memiliki mutu yang lebih baik dibandingkan jika menggunakan bahan baku karet konvensional. Selain itu jenis karet ini memiliki daya campur yang baik sehingga mudah digabung dengan karet sintetis. e Karet Reklim Reclimed Rubber Karet reklim merupakan karet yang diolah kembali dari barang-barang karet bekas, terutama ban-ban mobil bekas. Karet reklim biasanya digunakan sebagai bahan campuran, karena mudah mengambil bentuk dalam acuan serta daya lekat yang dimilikinya juga baik. Pemakaian karet reklim memungkinkan pengunyahan mastication dan pencampuran yang lebih cepat. Produk yang dihasilkan juga lebih kukuh dan lebih tahan lama dipakai. Kelemahan dari karet reklim adalah kurang kenyal dan kurang tahan gesekan sesuai dengan sifatnya sebagai karet daur ulang. Oleh karena itu karet reklim kurang baik digunakan untuk membuat ban Tim Penulis, 1999.

2.4. Struktur Kimia Karet