BPFI dan isoniazid baku PT. Indofarma sama yaitu 266 nm, hal ini berarti baku dari PT. Indofarma adalah isoniazid.
4.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum 4.3.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Rifampisin
Pada penelitian ini digunakan baku rifampisin dari Asean Reference Substance ARS. Hasil dapat dilihat pada gambar 9.
Gambar 9. Kurva Serapan Rifampisin Baku ARS konsentrasi 13 mcgml
dalam Pelarut HCl 0,1 N Tabel 1.
Data Panjang Gelombang Serapan Maksimum Rifampisin Baku ARS
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil pengukuran secara spektrofotometri ultraviolet diperoleh tiga puncak, yaitu pada panjang gelombang 230 nm, 263 nm dan 334 nm. Menurut
Moffat, 2004 rifampisin memiliki serapan maksimum dalam larutan asam 231 nm. Serapan maksimum pada panjang gelombang 230 nm masih dapat ditoleransi.
Menurut Farmakope Indonesia Ed IV, suatu penetapan kadar atau pengujian mengenai panjang gelombang serapan maksimum tersebut tepat pada atau dalam
batas 2 nm dari panjang gelombang yang ditentukan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti memilih panjang gelombang serapan maksimum 230 nm dengan serapan
0,4081.
4.3.2 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Isoniazid
Pada penelitian ini digunakan isoniazid baku dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia BPOM RI. Hasil dapat dilihat pada gambar
10.
Gambar 10. Kurva Serapan Isoniazid Baku BPFI konsentrasi 11 mcgml
dalam Pelarut HCl 0,1 N
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Data Panjang Gelombang Serapan Maksimum Isoniazid Baku BPFI
Dari hasil pengukuran secara spektrofotometri ultraviolet diperoleh dua puncak, yaitu pada panjang gelombang 215 nm dan 266 nm. Menurut Moffat,
2004 isoniazid memiliki serapan maksimum dalam larutan asam 266 nm. Menurut Farmakope Indonesia Ed IV, suatu penetapan kadar atau pengujian
mengenai panjang gelombang serapan maksimum tersebut tepat pada atau dalam batas 2 nm dari panjang gelombang yang ditentukan. Berdasarkan hal tersebut
peneliti memilih panjang gelombang serapan maksimum 266 nm dengan serapan 0,4353.
4.3.3 Penggabungan Kurva Serapan Rifampisin dan Isoniazid
Kurva overlay antara rifampisin baku ARS dan isoniazid baku BPFI dapat dilihat pada gambar 11.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 11. Kurva Serapan Overlay Rifampisin Baku ARS dan Isoniazid Baku
BPFI dalam Pelarut HCl 0,1 N
Dari hasil pengukuran secara spktrofotometri ultraviolet diperoleh bahwa pada pengukuran rifampisin terjadi gangguan yang disebabkan dari pengukuran
isoniazid dan sebaliknya pada pengukuran isoniazid terjadi gangguan yang disebabkan dari pengukuran rifampisin, sehingga kurva serapan overlay
rifampisin baku ARS dan isoniazid baku BPFI merupakan spektrum absorpsi saling tindih dua-jalan. Saling tindih dua-jalan artinya tidak ada panjang
gelombang yang masing-masing senyawa dapat di ukur tanpa mengalami gangguan oleh yang lainnya. Jr, R. A. Day dan Linderwood, A. L., 1990
4.4 Penentuan Absorptivitas 4.4.1 Penentuan Absorptivitas Rifampisin 15 mcgml