Gambar 11. Kurva Serapan Overlay Rifampisin Baku ARS dan Isoniazid Baku
BPFI dalam Pelarut HCl 0,1 N
Dari hasil pengukuran secara spktrofotometri ultraviolet diperoleh bahwa pada pengukuran rifampisin terjadi gangguan yang disebabkan dari pengukuran
isoniazid dan sebaliknya pada pengukuran isoniazid terjadi gangguan yang disebabkan dari pengukuran rifampisin, sehingga kurva serapan overlay
rifampisin baku ARS dan isoniazid baku BPFI merupakan spektrum absorpsi saling tindih dua-jalan. Saling tindih dua-jalan artinya tidak ada panjang
gelombang yang masing-masing senyawa dapat di ukur tanpa mengalami gangguan oleh yang lainnya. Jr, R. A. Day dan Linderwood, A. L., 1990
4.4 Penentuan Absorptivitas 4.4.1 Penentuan Absorptivitas Rifampisin 15 mcgml
Pada penelitian ini digunakan rifampisin baku ARS yang diukur pada panjang gelombang rifampisin 230 nm dan isoniazid 266 nm. Hasil dapat
dilihat pada tabel 3.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Nilai Absorptivitas Rifampisin
NO Sampel
Panjang Gelombang
Absorbansi A
Absorptivitas a
1 Rifampisin
15 mcgml 230
0,4733 0,0315
2 266
0,4276 0,0285
perhitungan nilai absorptivitas dapat dilihat pada lampiran 28 halaman 81
Tabel 4. Data Absorbansi Rifampisin Baku ARS dan Isoniazid Baku BPFI
pada Panjang Gelombang 230 nm
4.4.2 Penentuan Absorptivitas Isoniazid 10 mcgml
Pada penelitian ini digunakan isoniazid baku BPFI yang diukur pada panjang gelombang rifampisin 230 nm dan isoniazid 266 nm. Hasil dapat
dilihat pada tabel 5. Tabel 5.
Nilai Absorptivitas Isoniazid
NO Sampel
Panjang Gelombang
Absorbansi A
Absorptivitas a
1 Isoniazid
10 mcgml 230
0,2336 0,0234
2 266
0,3887 0,0389
perhitungan nilai absorptivitas dapat dilihat pada lampiran 28 halaman 81
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6. Data Absorbansi Rifampisin Baku ARS dan Isoniazid Baku BPFI
pada Panjang Gelombang 266 nm
4.4.3 Penentuan Absorptivitas Isoniazid 15 mcgml
Pada penelitian ini digunakan rifampisin baku ARS yang diukur pada panjang gelombang rifampisin 230 nm dan isoniazid 266 nm. Hasil dapat
dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Nilai Absorptivitas Isoniazid
NO Sampel
Panjang Gelombang
Absorbansi A
Absorptivitas a
1 Isoniazid
15 mcgml 230
0,2800 0,0187
2 266
0,5493 0,0366
perhitungan nilai absorptivitas dapat dilihat pada lampiran 28 halaman 81
Universitas Sumatera Utara
Tabel 8. Data Absorptivitas Isoniazid Baku BPFI pada Panjang Gelombang
230 nm
Tabel 9. Data Absorptivitas Isoniazid Baku BPFI pada Panjang Gelombang
266 nm
Universitas Sumatera Utara
4.5 Penentuan Kurva Kalibrasi 4.5.1 Penentuan Kurva Kalibrasi Rifampisin Baku ARS
Pembuatan kurva kalibrasi rifampisin baku ARS dilakukan dengan membuat berbagai konsentrasi pengukuran yaitu 6 mcgml, 9 mcgml, 12 mcgml,
15 mcg ml dan 18 mcgml, kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 230 nm. Linearitas kurva kalibrasi dapat dilihat pada gambar 12 data
pengamatan dan perhitungan pada lampiran 3 halaman 37.
Gambar 12. Kurva Kalibrasi Rifampisin Baku ARS dengan Berbagai
Konsentrasi pada Panjang Gelombang 230 nm
Tabel 10. Data Kurva Kalibrasi Rifampisin Baku ARS
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil pembuatan kurva kalibrasi rifampisin baku ARS diperoleh hubungan yang linier antara konsentrasi dan serapan dengan koefisien korelasi
r=0,9998 dan persamaan regresi Y= 0,032714 X – 0,00214. Koefisien korelasi yang diperoleh memenuhi kriteria penerimaan untuk korelasi adalah r
≥ 0,995 Shargel, 1995.
4.5.2 Penentuan Kurva Kalibrasi Isoniazid Baku BPFI
Pembuatan kurva kalibrasi isoniazid baku BPFI dilakukan dengan membuat berbagai konsentrasi pengukuran yaitu 6 mcgml, 8 mcgml, 10 mcgml,
12 mcgml dan 14 mcgml, kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 266 nm. Linearitas kurva kalibrasi dapat dilihat pada gambar 13 data pengamatan
dan perhitungan pada lampiran 5 halaman 39.
Gambar 13. Kurva Kalibrasi Isoniazid Baku BPFI dengan Berbagai
Konsentrasi pada Panjang Gelombang 266 nm
Universitas Sumatera Utara
Tabel 11. Data Kurva Kalibrasi Isoniazid Baku BPFI
Dari hasil pembuatan kurva kalibrasi isoniazid baku BPFI diperoleh hubungan yang linier antara konsentrasi dan serapan dengan koefisien korelasi
r=0,9998 dan persamaan regresi Y= 0,039681 X + 0,004326. Koefisien korelasi yang diperoleh memenuhi kriteria penerimaan untuk korelasi adalah r
≥ 0,995 Shargel, 1995.
4.6 Penetapan Kadar Rifampisin dan Isoniazid Baku PT. Indofarma