Jumlah Tunas BAHAN DAN METODA

tumbuh untuk memacu proses pertumbuhan pada kultur in vitro akan berbeda untuk setiap jenis tanaman dan eksplan yang digunakan. Pada umur 10 hari rata-rata kultur telah tumbuh dan mulai membentuk calon tunas dan pada umur 15 hari hampir semua kultur telah memiliki tunas. Menurut Marlin 2005, hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi sitokinin BAP ke dalam media kultur akan mempercepat pertumbuhan tunas. Menurut Suyadi et al 2003, keberhasilan penggandaan tunas abaca melalui kultur meristem sangat bergantung pada keseimbangan zat pengatur tumbuh golongan auksin dan sitokinin, terutama keseimbangan antara BAP dan NAA. Sitokinin BAP adalah zat pengatur tumbuh sintetik yang berperan antara lain dalam pembelahan sel dan morfogenesis sedangkan NAA adalah zat pengatur tumbuh sintetik yang mampu mengatur berbagai proses pertumbuhan dan pemanjangan sel. Pendapat ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang didapatkan karena penambahan sitokinin BAP ke dalam media tidak mempercepat pertumbuhan kultur.

4.3 Jumlah Tunas

Kultur yang membentuk tunas dapat dilihat pada Gambar 4.3. Tunas umumnya pertama sekali muncul dari bagian eksplan yang langsung bersentuhan dengan media sehingga tunas ini bertumbuh ke arah media dan seiring pertumbuhannya tunas ini akan kembali tumbuh mengarah ke atas. Tunas juga muncul dari permukaan eksplan yang hijau. Tunas biasanya muncul pada minggu kedua dan ketiga setelah penanaman dari bagian eksplan yang tidak mengalami pencoklatan. Apabila tunas semakin banyak, maka pencoklatan juga akan semakin berkurang. Eksplan yang mengalami pencoklatan kuat umumnya tunas tidak berkembang, dan bila terbentuk tunas maka akan memerlukan waktu yang cukup lama. Pencoklatan pada eksplan juga menyebabkan pencoklatan pada media, ini dapat dilihat dari media yang berubah warna dari putih menjadi coklat tua. Menurut Santoso dan Nursandi 2004, pencoklatan adalah suatu karakter munculnya warna coklat atau hitam yang sering menyebabkan penghambatan pertumbuhan dan perkembangan eksplan. Pencoklatan ini terjadi akibat adanya pengaruh fisik atau biokimia memar, pengupasan, pemotongan, serangan penyakit, atau kondisi lain yang tidak normal. Pencoklatan kebanyakan dianggap sebagai gangguan dalam kegiatan kultur jaringan, karena gejala pencoklatan umumnya merupakan tanda-tanda kemunduran fisiologi eksplan dan tidak jarang berakhir pada kematian eksplan. Dalam penelitian ini cara yang digunakan untuk mencegah pencoklatan adalah dengan merendam eksplan dalam larutan asam askorbat selama 30 menit, diguncang dengan shaker, juga dengan cara pemotongan eksplan dilakukan di bawah air mengalir. Pencoklatan ini terjadi mungkin karena kandungan senyawa fenol pada eksplan cukup tinggi dan media yang tidak dilengkapi dengan zat yang dapat mencegah pencoklatan. Nisa dan Rodinah 2005 menyatakan bahwa warna coklat menandakan sintesis senyawa fenolik yang dipacu oleh cekaman atau gangguan pada sel tanaman. Senyawa ini sangat toksik bagi tanaman dan dapat menghambat pertumbuhan. Data pengamatan jumlah tunas dapat dilihat pada Lampiran B Halaman 34, daftar sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan BAP dan NAA serta interaksinya dalam media memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap jumlah tunas. Hubungan rata-rata jumlah tunas terhadap tingkat konsentrasi BAP dapat dilihat pada Gambar 4.2. Dari Gambar 4.2 dapat dilihat kultur yang paling banyak membentuk tunas adalah kultur dengan perlakuan 2.5 mg BAP dan 0.5 mgl NAA B 1 N 1 dan berbeda nyata dibandingkan dengan semua perlakuan, perlakuan ini juga merupakan perlakuan dengan waktu inisiasi yang termasuk cepat dan berat basah kultur yang cukup tinggi. Sedangkan kultur yang paling sedikit membentuk tunas adalah kultur dengan perlakuan kontrol B N . Menurut Hendaryono dan Wijayani 1994, sitokinin terbukti dapat memacu diferensiasi tunas. Dari hasil suatu percobaan terbukti bahwa 76 spesies tanaman membentuk tunas jika menggunakan kinetin atau BAP. 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 B0 0 B1 2.5 B2 3.75 B3 5 Konsentrasi BAP mgl Jum la h T una s bua h Gambar 4.2 Hubungan rata-rata jumlah tunas buah dengan kombinasi BAP dan NAA. N 0 mgl NAA, N 1

0.5 mgl NAA,N

2 1 mgl NAA, N 3

1.5 mgl NAA.