Lingkungan Fisik Kultur Jaringan Pisang

Faktor penentu di dalam media tumbuh adalah komposisi garam anorganik, zat pengatur tumbuh, dan bentuk fisik media. Komposisi garam anorganik telah dikembangkan oleh para ahli. Ada yang tinggi konsentrasi garamnya, ada yang sedang dan ada yang rendah Gunawan, 1995, hlm. 42. Pada media aseptik yang mengandung unsur hara makro dan mikro, Fe, vitamin, dan zat pengatur tumbuh yang diperlukan tanaman, sel atau jaringan tersebut akan membelah dan membentuk kalus atau organ tanaman secara langsung tunas atau akar. Selanjutnya kalus ini akan distimulasi untuk membentuk tanaman sempurna Haryanto, 1991 dalam Marlina, 2004. Unsur makro yang dimaksud adalah : C, H, O, N, S, P, K, Ca, Mg dan unsur-unsur mikro adalah : Zn, Mn, Cn, Bo, Mo, Si, Al, Cl, Co dan Fe. Unsur- unsur tersebut diberikan bukan dalam bentuk unsur murni tetapi dalam bentuk garam. Sebelum digunakan garam-garam tersebut harus dicampur dengan air suling akuades Widarto, 1996, hlm. 127. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskan dengan autoklaf http:www.dephut.

2.2.4 Lingkungan Fisik

Menurut Gunawan 1995, hlm. 47-48, lingkungan tumbuh yang dapat mempengaruhi regenerasi tanaman meliputi:

1. Temperatur

Temperatur memegang peranan penting, terutama pada kultur kentang untuk tujuan pembentukan umbi mikro. Pada kultur lain, umumnya temperatur berkisar antara 25-28 o C. 2. Penyinaran Penyinaran ini meliputi, panjang penyinaran, intensitas penyinaran dan kualitas sinar. Intensitas berkisar antara 600-1000 lux. Untuk pedoman praktis, rak berukuran lebar 40-50 cm dan panjang 100 cm dapat menggunakan 2 buah lampu TL 20 watt dan dipasang pada ketinggian 40 cm di atas kultur. 3. Ukuran wadah kultur Ukuran wadah yang digunakan mempengaruhi jumlah regeneran yang terbentuk, terutama pada tipe regenerasi melalui pucuk adventif dan pucuk aksilar. Jumlah regeneran lebih banyak pada wadah kultur yang lebih besar dalam periode kultur yang sama. Agar pengaruh lingkungan terkendali maka harus ditentukan cara pencahayaan yang diperlukan, baik dari intensitas maupun periodisisasi pencahayaannya. Harus diperhatikan dan dicatat fluktuasi perubahan temperatur.

2.2.5 Kultur Jaringan Pisang

Kultur jaringan adalah suatu usaha untuk menumbuhkan sel, jaringan, dan organ tanaman pada medium buatan secara aseptik dalam lingkungan yang terkendali. Pengadaan bibit dengan cara ini, sangat sesuai untuk usaha pisang dalam skala besar industri. Pada umumnya media yang digunakan dalam kultur jaringan pisang ini adalah MS Roedyarto, 1999 dan Gunawan, 1995. Pisang umumnya diperbanyak dengan anakan. Anakan yang berdaun pedang lebih disenangi petani, sebab pohon pisang yang berasal dari anakan demikian akan menghasilkan tandan yang lebih besar pada panen pertamanya tanaman induk. Bonggol atau potongan bonggol juga digunakan sebagai bahan perbanyakan. Tetapi jantung pisang juga merupakan eksplan yang menguntungkan karena mudah mendapatkannya dan resiko kontaminasi lebih kecil karena bukan berasal dari tanah dan tertutup rapat oleh kelopak bunga Nisa dan Rodinah, 2005. Kini telah dikembangkan kultur jaringan untuk perbanyakan secara cepat, melalui ujung pucuk yang bebas-penyakit. Cara ini telah dilaksanakan dalam skala komersial, tetapi adanya mutasi yang tidak dikehendaki menimbulkan kekhawatiran. Dalam perbanyakan bibit pisang secara kultur jaringan, ada empat tahap yang harus dilalui yaitu, pertama, tahap inisiasi. Pada tahap ini eksplan membentuk kalus dan bertunas banyak. Kedua, tahap pelipatan tunas multiplikasi yaitu tunas yang sudah terbentuk dipisahkan kemudian ditumbuhkan dalam medium agar tumbuh tunas baru perbanyakan sub kultur. Ketiga, tahap perakaran tunas regenerasi planlet dan tahap terakhir yaitu tahap aklimatisasi lingkungan Sunarjono, 2002 dalam Wahyudi, 2004, hlm. 7.

BAB 3 BAHAN DAN METODA

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2007 di Laboratorium Kultur Jaringan Unit Pelaksana Teknis Balai Benih Induk Dinas Pertanian Sumatera Utara.

3.2. Bahan

Bahan yang digunakan sebagai eksplan adalah jantung pisang barangan Musa acuminata L.. Bahan ini diambil dari Desa Telun Kenas, kecamatan Deli Tua Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara.

3.3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode percobaan Rancangan Acak Lengkap RAL faktorial dengan 2 faktor, yaitu: I. Faktor Konsentrasi BAP B Terdiri 4 taraf yaitu B B = 0 mgl 1 B = 2.5 mgl 2 B = 3.75 mgl 3 = 5.0 mgl