dapat dilihat bahwa tunas biasanya muncul dari bagian pedunculus bunga yang diawali dengan terbentuknya tonjolan tunas yang akan berkembang menjadi tunas.
Pada perlakuan B
2
3.75 mgl BAP merupakan perlakuan dengan jumlah kultur yang membentuk tunas yang paling rendah. Katuuk 1998 dalam Sofia 2007 mengatakan
bahwa keseimbangan auksin dan sitokinin eksogen menentukan dalam pembentukan jumlah tunas. Ada kalanya pembentukan tunas dapat berlangsung tanpa memberikan
salah satu dari kedua zat pengatur tumbuh ini. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa perlakuan tanpa BAP dan NAA dapat menumbuhkan tunas.
Dari setiap perlakuan juga tidak ditemukan adanya pembentukan kalus, hal ini mungkin disebabkan karena konsentrasi BAP yang tidak sesuai untuk
pertumbuhan kalus. Keseimbangan antara auksin endogen dalam eksplan dengan sitokinin endogen, maupun sitokinin eksogen yang diberikan akan mempengaruhi
proses pertumbuhan eksplan itu sendiri. Konsentrasi BAP yang rendah berpengaruh baik pada pembentukan tunas Sofia, 2007. Dari pendapat ini dapat diduga bahwa
konsentrasi BAP kurang tinggi untuk dapat menginduksi kalus.
Tidak tumbuhnya kalus ini juga mungkin disebabkan karena eksplan yang tidak dapat membentuk kalus karena tidak sesuai dengan media yang diberikan.
Menurut Santoso dan Nursandi 2004, hlm 63, bahwa teknik kultur jaringan menekankan lingkungan media yang cocok agar eksplan dapat tumbuh dan
berkembang. Kebutuhan tiap tanaman berbeda pada hal komposisi dan jumlah yang diperlukan. Eksplan yang tidak tumbuh dapat disebabkan karena tidak responsif
terhadap pemberian zat pengatur tumbuh pada media atau sterilisasi yang berlebihan.
4.2 Inisiasi kultur
Data pengamatan saat inisiasi kultur dapat dilihat pada Lampiran A Halaman 33 . Dari daftar sidik ragam dapat dilihat bahwa pemberian BAP dan NAA serta
interaksinya memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap saat inisiasi kultur. Hubungan rata-rata saat inisiasi kultur dengan konsentrasi BAP dapat dilihat pada
Gambar 4.1 berikut:
5 10
15 20
B0 0 B1 2.5
B2 3.75 B3 5
Konsentrasi BAP mgl S
aa t I
n is
ia si K
u ltu
r H
S T
Gambar 4.1 Hubungan rata-rata saat inisiasi kultur HST hari setelah
tanam dengan kombinasi BAP dan NAA, N 0 mgl NAA,
N
1
0.5 mgl NAA,N
2
1 mgl NAA, N
3
1.5 mgl NAA.
Saat inisiasi kultur terjadi pada minggu pertama dan minggu kedua setelah
tanam, saat inisiasi kultur tercepat adalah pada perlakuan 1 mgl NAA tanpa penambahan BAP B
N
2
dan berbeda nyata dengan semua perlakuan kecuali perlakuan 2.5 mgl BAP tanpa NAA B
1
N , saat inisiasi kultur yang paling lama
adalah pada perlakuan 1.5 mgl NAA tanpa BAP B N
3
. Dari gambar di atas juga dapat dilihat pada perlakuan N
2
kecepatan saat inisiasi kultur semakin lambat seiring dengan penambahan BAP sebaliknya pada perlakuan N
3
kecepatan saat inisiasi kultur semakin cepat seiring dengan penambahan BAP. Perbandingan konsentrasi BAP dan
NAA dalam media sangat menentukan saat inisiasi kultur dan auksin NAA merupakan zat pengatur tumbuh yang dominan dalam menentukan saat inisiasi kultur.
Menurut Santoso dan Nursandi 2004, pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yaitu lingkungan
tumbuh sedangkan faktor internal yaitu kondisi hormonal sehingga keberhasilan kegiatan kultur jaringan sebagai pengembangan budidaya biasa selain sangat
ditentukan dan tergantung pada media yang digunakan, eksplan, lingkungan lainnya juga sangat bergantung pada zat pengatur tumbuh yang diberikan. Menurut Wareing
dan Philips 1998 dalam Marlin 2005, bahwa kebutuhan nutrisi dan zat pengatur
tumbuh untuk memacu proses pertumbuhan pada kultur in vitro akan berbeda untuk setiap jenis tanaman dan eksplan yang digunakan.
Pada umur 10 hari rata-rata kultur telah tumbuh dan mulai membentuk calon tunas dan pada umur 15 hari hampir semua kultur telah memiliki tunas. Menurut
Marlin 2005, hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi sitokinin BAP ke dalam media kultur akan mempercepat pertumbuhan tunas. Menurut Suyadi
et al 2003, keberhasilan penggandaan tunas abaca melalui kultur meristem sangat bergantung pada keseimbangan zat pengatur tumbuh golongan auksin dan sitokinin,
terutama keseimbangan antara BAP dan NAA. Sitokinin BAP adalah zat pengatur tumbuh sintetik yang berperan antara lain dalam pembelahan sel dan morfogenesis
sedangkan NAA adalah zat pengatur tumbuh sintetik yang mampu mengatur berbagai proses pertumbuhan dan pemanjangan sel. Pendapat ini tidak sesuai dengan hasil
penelitian yang didapatkan karena penambahan sitokinin BAP ke dalam media tidak mempercepat pertumbuhan kultur.
4.3 Jumlah Tunas