Biografi Yusuf al-Qaradhawi SOSIAL KEAGAMAAN

sebelum meninggal dunia, Ibrahim Hosen bermimpi bertemu dengan sesosok makhluk yang diduganya adalah malaikat. Ia bertanya: “kapan saya akan menghadap Allah? Makhluk itu menjawab: “tidak lama lagi” sebab berjuang selama 8 hari melawan penyakit jantungnya yang kambuh, maka pada hari Rabu tanggal 07 Nopember 2001 Allah SWT menepati janjinya dengan memanggil Ibrahim Hosen di usianya 84 tahun untuk kembali ke pagkuannya di Rumah Sakit Elizabeth Singapura. Jenazahnya kemudiah dikuburkan pada kamis siang di pemakaman IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Biografi Yusuf al-Qaradhawi

Nama lengkapnya adalah Yusuf Abdullah al-Qaradhawi, disingkat Yusuf al- Qaradhawi. Ia digelari juga dengan “Abu Muhammad”, karena anaknya yang terbesar bernama Muhammmad. Kapasitas keilmuan al-Qaradhawi sesungguhnya tak lepas dari latar belakang pendidikan dan keluarganya. Ia dilahirkan dari keluarga sederhana pada 9 September 1926 di Desa Shafth Turab, Provinsi Manovia, yang masih ikut pada Pusat Distrik Besar, dan merupakan bagian dari aktivitas Propinsi Barat di Mesir. 16 Sejak kecil al-Qaradhawi sarat dengan pendidikan keagamaan. Tidak heran pada umur sembilan tahun, dia sudah hafal 30 juz Al-Qur’an. 16 Yusuf al-Qardawi, Perjalanan Hidupku,. Terj. H. Cecep Taufiqurrahma, Lc. Dan H. Nandang Burhanuddin. Lc., Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2001, h.1-2. Ketika ia menginjak usia dua tahun ayahnya yang seorang petani meninggal dunia, maka ia sebagai anak yatim diasuh dan dididik oleh pamannya. 17 Walaupun al- Qaradhawi tidak pernah mendapat bimbingan dan didikan langsung dari ayahnya, namun pamannya ini cukup banyak memperhatikan pendidikannya dengan baik sebagaimana terhadap anak-anaknya sendiri al-Qaradhawi pun menganggap pamannya ini seperti orang tuanya sendiri. Keluarga pamannya merupakan keluarga yang teguh dan tekun menjalankan ajaran Islam. Sehingga al-Qaradhawi ikut dibesarkan dan dididik dalam lingkungan yang agamis. Pada waktu berusia lima tahun, al-Qaradhawi dimasukkan kepada salah satu kuttab di desanya. 18 Ketika berusia tujuh tahun, ia diserahkan ke Madrasah Ilzamiyah yang berada di bawah Departemen Pendidikan Mesir. Disekolah ini ia mempelajari ilmu pengetahuan seperti, matematika, sejarah, ilmu kesehatan, dan sebagainya. Sejak saat itu, al-Qaradhawi bersekolah dua kali sehari, pagi hari di Madrasah Ilzamiyah, sedangkan sore harinya di pendidikan kuttab. Al-Qaradhawi telah berhasil menghafal seluruh Al-Qur’an pada usia sepuluh tahun, suaranya merdu dan bacaannya fasih. Sejak saat itu al-Qaradhawi kecil sering diangkat menjadi imam salat oleh penduduk desanya, terutama dalam salat berjamaah jahriyah magrib, isya dan subuh. Tidak sedikit orang yang menangis ketika mengikuti salat bersama al-Qaradhawi. Penduduk desa menyebutnya Syeikh Yusuf. 17 Yusuf Al-Qardawi, Pokok-pokok Pikiran Nasyid Islami, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1995, h. 2 18 Kuttab adalah semacam pesantren di Indonesia atau pendidikan non formal di masjid-masjid yang terdapat hampir di setiap pelosok Mesir. Lihat kupaasan ‘Biografi singkat Dr. yusuf Qaradhawi dan Karya-Karyanya’ dalam buku Pemikiran Dr. Yusuf Al-Qaradhawi dalam timbangan, karangan Sulaiman bin Shallih Al-Khuraisyi. Penghargaan ini menyebabkan al-Qaradhawi kecil tidak bisa banyak bermain seperti anak-anak lain sebayanya. Dari sini dapat dipahami bahwa al-Qardhawi berasal dari keluarga yang taat beragama, kondisi tersebut tidak lepas dari lingkungan desanya yang agamis. Setamat dari Madrasah Ilzamiah, al-Qaradhawi berkeinginan kuat untuk melanjutkan ke Madrasah Ibtidaiyah di Thanta. Namun, pamannya yang berekonomi lemah merasa keberatan. Karena perjalanan menuntut ilmu adalah perjalanan panjang yang membutuhkan biaya besar. Pamannya mengusulkan agar al-Qaradhawi remaja menempuh jalan pintas dengan memilih sekolah keterampilan kejuruan. Karena kuatnya kemauan al-Qaradhawi dan kesediannya untuk bersekolah secara prihatin, akhirnya ia direstui pamannya untuk bersekolah di Thanta. Madrasah Ibtidaiyah diselesaikannya selama lima tahun. Karena kecerdasannya yang luar biasa ia selalu mendapatkan rangking pertama, maka guru-gurunya memberi gelar ‘Allamah. 19 Kecintaannya terhadap lembaga pendidikan Islam ternama, Al-Azhar, membuat tekat bulatnya menempuh pendidikan dasar hingga pendidikan tingginya di lembaga ini. “Saya cinta Al-Azhar sejak kecil, saya bercita-cita untuk menjadi salah satu ulamanya. Al-Azhar menurut hemat saya adalah benteng pertahanan agama dan ilmu pengetahuan. Atas bimbingan ulama Al-Azhar, orang-orang bodoh bisa belajar 19 ‘Allamah adalah sebuah gelar yang biasanya diberikan kepada seseorang yang memiliki ilmu yang sangat luas. Lihat ‘Isam Talimah, dalam Manhaj Yusuf al-Qardhawi, tej. Samson Rahman, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001, h. 4. dan para pelaku maksiat mau bertaubat.” Katanya dalam satu kesempatan ceramah di Kairo, Mesir beberapa waktu lalu. 20 Pendidikan yang ditempuhnya dalam waktu yang relatif singkat dengan prestasi yang rata-rata terbaik. Kecerdasannya mulai tampak ketika ia berhasil menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Ushuluddin al-Azhar Kairo, dengan predikat terbaik yang diraihnya pada tahun 1952-1953. Kemudian ia melanjutkan pendidikan kejurusan Bahasa Arab selama dua tahun. Tidak berbeda ketika ia lulus dari Fakultas Ushuluddin, dan ia berhasil mendapatkan ijazah pengajaran bahasa Arab dengan peringkat pertama dari lima ratus orang mahasiswa al-Azhar. 21 Pada tahun 1957 ia melanjutkan studinya di Lembaga Tinggi Riset dan Penelitian Masalah-Masalah Islam dan Perkembangannya Ma’had al-Buhuts wa al- Dirasah al-‘Arabiyah al-‘Aliyah yang berada di bawah Liga Arab dan berhasil mendapat diploma tinggi dari jurusan Bahasa dan Sastra Arab. Pada tahun 1957 M itu pula al-Qaradhawi mengikuti kuliah pada Fakultas Ushuluddin Universitas al-Azhar untuk tingkat pascasarjana S2, Magister oleh dekan fakultasnya ia disarankan untuk memilih salah satu jurusan yaitu Tafsir Hadits atau jurusan Akidah Filsafat, karena al- Qaradhawi dipandang memenuhi syarat untuk kedua jurusan tersebut. Untuk itu ia minta pendapat seniornya Dr. Muhammad Yusuf Musa. Dia memberikan penjelasan tentang kelebihan jurusan tafsir hadits dan menyatakan 20 Hery Sucipto, Ensiklopedi Tokoh Islam Dari Abu Bakr hingga Nasr dan Qardhawi, Jakarta: PT.Mizan Publika, 2003, cet.I, h.360. 21 Muhammad al-Mahjub, ‘Ulama wa Mutafakkiruun ‘Araftuhum, Beirut: Dar al-Nafais, 1977, h.442. bahwa al-Quran dan Sunnah merupakan sumber utama syari’at Islam, walaupun ia sendiri adalah dosen senior di jurusan Akidah Filsafat, sehingga al-Qaradhawi memilih Jurusan Tafsir Hadits. Menurut Muhammad Yusuf Musa, jurusan Akidah Filsafat sebenarnya hanya untuk mengikuti perkembangan pemikiran filsafat internasional dan filsafat kontemporer secara radikal serta meluruskan kesalahan- kesalahan menurut pandangan Islam. 22 Ia menyelesaikan program magisternya selama tiga tahun dan berakhir pada tahun 1960 M. Setelah itu ia melanjutkan ketingkat doktor S3 pada fakultas dan spesialisasi yang sama. Disertasi yang diajukan berjudul “al-Zakat fi al-Islam”. Disertasi itu direncanakan akan selesai dalam waktu dua tahun, tetapi karena terjadi krisis politik di Mesir sehingga penyelesaiannya tertunda selama tiga belas tahun dan baru berhasil mendapat gelar doktor pada tahun 1973 M dengan peringkat cumlaude. Dalam suasana gejolak politik Mesir yang tidak menentu, beliau aktif berdakwah meneruskan cita-cita gerakan Ikhwanul Muslimin dan menulis buletin, majalah dan lain sebagainya. Klimaksnya tahun 70-an beliau sempat meninggalkan Mesir menuju Doha, Qatar. Aktivitasnya setelah menyelesaikan studinya S1, tahun 1956 M Yusuf al- Qaradhawi pernah bekerja dibagian pengawasan pendidikan agama pada Kementrian Wakaf, Mesir. Kemudian pada tahun 1959 M, ia pindah kebiro umum bidang 22 Terjemah; Faridh Uqbah KK, jakarta: Madia Dakwah, 1987, h.153. kebudayaan Islam al-Azhar bagian pembinaan dakwah. Pada saat yang sama pula ia pun menjadi dosen pada Fakultas Ushuluddin Universitas al-Azhar.  Kendati demikian, beliau sosok yang banyak terlibat intens dalam bidang dakwah dan anggota pergerakan yang kemudian membawa beliau masuk dalam kegiatan gerakan Ikhwanul Muslimin yang didirikan oleh tokoh gerakan mesir, Hassan al-Banna. Perjalanan beliau sebagai anggota Ikhwanul Muslimin banyak mengalami rintangan dari pemerintah Mesir yang waktu itu dipimpin oleh Jamal Abdul Annaser. Klimaksnya terjadi pada tahun 1954 M ketika pemerintah Mesir membubarkan gerakan ini.  Implikasi dari keputusan tersebut kekayaan Ikhwanul Muslimin dirampas, para pengikutnya disiksa dan sebagian dijebloskan kedalam penjara, termasuk dilamnya Yusuf al-Qaradhawi bersama beberapa orang kawan pengikut gerakan Ikhwanul Muslimin. 10 Pada tahun 1956 M, beliau masih menulis makalah di majalah mimbar Islam dengan nama samaran Yusuf Abdalah. Hal itu beliau lakukan untuk menghindari intel yang terus mengikuti dan mengawasi beliau. 11 Sekitar tahun 70 an akibat kejamnya rezim pada masa itu al-Qaradhawi meninggalkan Mesir menuju Doha, Qatar. Disana beliau diangkat menjadi Direktur  Yusuf al-Qaradhawi, Pokok-pokok Pikiran Nasyid Islami, Bandung: Sinar Algesindo, 1995, h.3.  Jhon L. Esposito ed., Ensiklopedi Oxford; Dunia Islam Modern, cet.I, Bandung: Mizan, 2001, jilid 1, h.271. 10 Yusuf al-Qaradhawi, Syaikh Muhammad al-Ghazali yang Saya Kenal: Setengah Abad Perjalanan Pemikiran dan Gerakan Islam, cet.I, Jakarta: Robbani, Press, 1997, h.14. 11 Yusuf Qardawi, Membangun Masyarakat Baru,terj. Rusydi Helmi, cet.II, Jakarta: Gema Insani Press, 2000, h.10. lembaga pendidikan agama tingkat lanjut atas Aliyah. Ia melaksanakan kerangka dasar materi pelajaran agama sehingga menjadi model bagi sekolah sekolah lainnya. Sekolah ini merupakan cikal bakal lahirnya Fakultas Syariah yang didirikannya bersama Ibrahim Qadim, dan kemudian di perluas menjadi Unversitas Qatar dengan beberapa Fakultas. Pada tahun 1977 M al-Qaradhawi di tugaskan untuk memimpin pendirian dan sekaligus menjadi dekan pertama Fakultas Syariah dan Studi Islam di Universitas Qatar. Beliau menjadi dekan di fakultas itu hingga akhir tahun ajaran 1989-1990 M, dan sekarang menjadi Dewan Pendiri dari Pusat Riset Sunnah dan Sirah Nabi di universitas Qatar. 12 Beliau kini menjadi anggota di berbagai lembaga ilmiah, dakwah, bahasa Arab, bidang keislaman, baik dikalangan nasional maupun internasional. Diantaranya adalah Lembaga Fiqh di Rabithah al-Alam al-Islami, Lembaga kerajaan Bidang Studi Peradaban Islam di Yordania, Pusat Studi Islam di Oxford, Majelis Sekretaris Islam Dunia di Islamabad, Lembaga Dakwah Islam di Khortum, beliau juga mengepalai Unit Pengawasan Syariah di berbagai bank Islam. Beliau pernah menguji berbagai wilayah dunia Islam, diundang di berbagai forum seminar kampus maupun di luar kampus dan terkenal dengan sebutan “Dai Moderat” karena beliau mendakwahkan Islam dengan format menghimpun antara 12 Muhammad al-Mahjub, ‘Ulama wa Mutafakkirun ‘Araftuhum, h. 452. semangat salaf dan pembaharuan, antara pemikiran dan gerakan, antara teks dan konteks serta antara kebekuan hukum dan elastisitas zaman. 13 Karya dan Produktivitasnya Al-Qaradhawi merupakan tokoh, ulama, ilmuan dan cendikiawan yang mumpuni, berwawasan luas dan memiliki produktivitas yang tinggi dalam menulis melalui artikel dan majalah, buletin maupun dalam bentuk buku. Bila masa produktivitasnya dimulai pasca beliau lulus S1 tahun 1953 M, terbentang waktu 51 tahun, namun tentunya harus difahami pula aktivitas beliau dalam pergerakan Ikhwanul Muslimin dan dunia pendidikan yang telah menyita waktu. Pada tahun 1997 saja, buku-buku karyanya sudah mencapai 73 judul dan memasuki tahun 2003 karyanya telah bertambah menjadi 96 judul buku. Al-Qaradhawi termasuk ulama yang berwawasan luas, karya-karyanya banyak membahas masalah-masalah syariah fiqh, ushul al-fiqh, tafsir, hadits, tauhid al-‘aqidah, pemikiran politik fiqh al- siyasah dan gerakan dakwah. Fantastisnya buku-buku Qaradhawi banyak diterjemahkan kedalam berbagai bahasa dunia Islam. Namun menurut komentar Sulaiman bin Shalih al-Khurasyi dalam bukunya Al-Qaradhawi fi al-Mizan, karya al-Qaradhawi terbilang banyak dibanding waktu luang yang dimilikinya untuk menulis. Tetapi jika diperhatikan secara seksama, niscaya pemikiran-pemikiran yang disampaikan dalam buku-buku tersebut banyak 13 ‘Isam Talimah, Manhaj Fiqh Yusuf al-Qaradhawi, h. 4-5. bersifat pengulangan. Bahkan sebagian kitab hanya sebatas pembahasan terhadap bab tersendiri dari kitab lain. 14 Berikut ini beberapa judul buku yang ditulis oleh Yusuf al-Qaradhawi: 1. Al-Halal wa al-Haram fi al-Islam 2. Al-‘Ibadah fi al-Islam 3. Al-Iman wa al-Hayat 4. Al-Khasha-ish al-‘Ammah li al-Islam 5. Musyqilat al-Faqr wa Kayfa ‘Alajah al-Islam 6. Fiqh al-Zakat 7. Bai’ al-Murabahah li al-Amir bi as-Syira’ 8. Al-Jihad Fi al-Syari’ah al-Islamiyyah ma’a Nazharat Tahliliyyah fi al-Ijtihad al-Mu’ashir 9. Al-Fatwa Baina Al-Indhibath wa Tasayyub 10. Hady Al-Islam Fatawa Mu’ashirah 11. ‘Awamil al-Syi’ah wa Murunah fi al-Syari’ah al-Islamiyyah 12. Kayfa Nata’amal ma’a al-Sunnah an-Nabawiyyah 13. Taisir al-Fiqh fi Dhau’I al-Qur’an wa al-Sunnah 14. Saur al-Qiyam wa al-Akhlaq fi al-Iqtishad al-Islami 15. Qadlaya Mu’ashirah ‘ala Bahshat al-Bahts 16. Fawa’id al-Bunuk Hiya ar-Riba al-Muharram 14 Sulaiman bin Shahih Al-khuraisyi, Pemikiran Dr.Yusuf Al-Qaradhawi Dalam Timbangan, terj. M. Abdul Ghofar, cet.I, Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi’I, 2003, h. pendahuluan. 17. Al-Hulu al-Mustauridah wa Kayfa Janat ‘ala Ummatina? 18. Al-Hal al-Islami Faridlatan wa Dlaruratan 19. Bayanat al-Hal al-Islami wa Syubuhat al-‘Ilmaniyyin wa al-Mutagharribin 20. Asy-Syab fi al-Qur’an al-Karim 21. An-Nas wa al-Haq 22. Ghair al-Muslimin fi al-Mujtama’I al-Islami 23. Darsun Naqbah ats-Tsaniyah 24. Tsaqafatu al-Da’iyyah 25. At-Tarbiyyah al-Islamiyyah wa Madrast al-Hasan al-Banna 26. Risalat al-Azhar bain al-Amsi wa al-Yaum wa al-Ghad 27. Jilu an-Nashr al-Masyud 28. Zhahirat al-Ghuluw fi at-Takfir 29. Ash-Shahwah al-Islamiyyah bain al-Juhud wa at-tatharruf 30. Ash-Shahwah al-Islamiyyah wa Humun al-Wathan al-‘Arabi wa al-Islami 31. Ash-Shahwah al-Islamiyyah bain al-Ikhtilaf al-Masyru’ wa at-Tafarruq al- Mazmum 32. Min Ajli Shalawatin Rasyidatin, Tujaddidu al-Din wa Tanhadlu bi-al-Dunya 33. Aulawiyyat al-Harakah al-Islamiyyah fi al-Marhalat al-Qadimah 34. Al-Islam al-‘Ilmaniyyah Wajhan li Wajhin 35. Ar-Rasul wa ‘Ilm 36. Al-Waqt fi Hayat al-Muslim 37. Wujud al-Allah 38. Haqiqat al-Tauhid 39. Nisa’un Mu’minatun 40. Al-Fiqh al-Islam bain al-Shalah wa al-Tajdid 41. Al-‘Aql wa al-‘Ilm fi Al-Qur’an al-Karim 42. Syari’at al-Islam Shalihatun li kulli Zamanin wa Makanin 43. Madkhal li Dirasat al-Sunnah an-Nabawiyyah 44. Taisir al-Fiqh: Fiqh as-Shiyam 45. Al-Imam al-Ghazali baina Madihi wa Naqihi 46. Al-Ummah al-Slamiyah Haqiqah La Wahm Penulis hanya mencantumkan sebagian dari karya beliau dan masih banyak lagi kurang lebih masih ada sekitar 50 judul. Mengingat wawasan beliau yang cukup luas, meskipun usianya sudah lanjut penulis yakin al-Qaradhawi masih akan cukup produktif untuk terus berkarya memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan peradaban Islam dengan buku-bukunya yang mayoritas berisi komentar problematika kehidupan kontemporer.

B. Pemikiran Ibrahim Hosen dan Yusuf al-Qaradhawi Terhadap Status Hukum Bunga Bank