Tinjauan Review Kajian Terdahulu Kerangka Teori

5. Teknik Analisis Data Untuk menganalisa data yang terkumpul pandangan tokoh Ibrahim Hosen dan Yusuf al-Qaradhawi yang menjadi objek penulisan ini penulis memakai metode analisis wacana Discourse, karena pengumpulan data dan informasi akan dilakukan pengujian arsip dan data dokumen, naskah atau literatur lainnya yang tidak mengadakan perhitungan melainkan penekanan ilmiah, dengan mengikuti alur pemikiran Ibrahim Hosen dan Yusuf al- Qaradhawi. 6. Teknik Penarikan Kesimpulan Metode induksi-deduksi dilakukan untuk menelaah pemikiran sang tokoh yang dihadapinya dapat diambil kesimpulan umum mengenai status hukum bunga bank untuk kemudian diambil kembali dengan menerapkannya kepada pemikiran-pemikiran lain dari kedua tokoh ini demi melihat sejauh mana ketepatan kesimpulan yang diambil pertama.

E. Tinjauan Review Kajian Terdahulu

Penelitian oleh Jaenudin Kurniawan pada tahun 2007 yaitu penelitian tentang “Pengaruh tingkat suku bunga SBI terhadap penetapan nisbah bagi hasil deposito mudharabah pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk” hasil penelitiannya adalah yang pertama, dampak dari tingkat suku bunga yang tinggi adalah tingkat bunga yang tinggi juga untuk para debitur. Bank tidak mau rugi. Jika mereka memberikan bunga yang tinggi untuk mereka yang menyimpan uangnya maka mereka akan menuntut bunga yang lebih tinggi lagi bagi mereka yang meminjam dari bank. Selisih diantara keduanya adalah keuntungan bank dan inilah yang menjadi salah satu sumber penghasilan bank, bagi hasil merupakan salah satu prinsip yang dapat digunakan perbankan sebagai pengganti bunga dalam memberi dan menerima imbalan atas jasa yang dilakukan. Faktor-faktor yang mempengaruhi suku bunga BI adalah kebutuhan dana, Target laba yang diinginkan, Kualitas jaminan, Kebijaksanaan pemerintah, Jangka waktu, Reputasi perusahaan, Produk yang kompetitif, hubungan baik persaingan. Kedua, penentuan bagi hasil yang diterima nasabah dipengaruhi oleh pendapatan yang diperoleh bank dari bagi hasil dengan nasabah pembiayaan. Target perolehan dana bank, hal ini di kondisikan dengan tingkat FDR, tingkat bagi hasil competitor. Nisbah yang ada pada Bank Muamalat itu ada dua, ada yang disebut dengan nisbah conter dan juga nisbah spesial yang ternyata pelayanannya pun berbeda. 12

F. Kerangka Teori

Riba secara bahasa bermakna ziyadah tambahan. Dalam pengertian lain, secara linguistik, riba juga berarti tumbuh dan membesar. Adapun menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara berlebihan. Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum 12 Jaenudin Kurniawan, “ Pengaruh tingkat suku bunga SBI terhadap penetapan nisbah bagi hasil deposito mudharabah pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk,” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007, h. 103. terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam Islam. Dalam kaitannya dengan pengertian al-bathil, Ibnu al-Arabi al-Maliki dalam kitabnya, Ahkam al-Qur’an, menjelaskan; “pengertian riba secara bahasa adalah tambahan, namun yang dimaksud riba dalam ayat Qur’ani yaitu setiap penambahan yang diambil tanpa adanya satu transaksi pengganti atau penyeimbang yang dibenarkan syariah.“ Yang dimaksud dengan transaksi pengganti atau penyeimbang yaitu transaksi bisnis atau komersial yang melegitimasi adanya penambahan tersebut secara adil, seperti transaksi jual beli, gadai, sewa, atau bagi hasil proyek. Dalam transaksi sewa si penyewa membayar upah sewa karena adanya manfaat sewa yang dinikmati, termasuk menurunnya nilai ekonomis suatu barang karena penggunaan si penyewa. Mobil misalnya, sesudah dipakai maka nilai ekonomisnya pasti menurun jika dibandingkan sebelumnya. Dalam hal jual beli, si pembeli membayar harga atas imbalan barang yang diterimanya. Demikian juga dalam hal bagi hasil, para peserta perkongsian berhak mendapat keuntungan karena di samping menyertakan modal juga turut serta menanggung kemungkinan risiko yang bisa saja muncul setiap saat. Dalam transaksi simpan pinjam dana, secara konvensional, si pemberi pinjaman mengambil tambahan dalam bentuk bunga tanpa adanya suatu penyeimbang yang diterima si peminjam kecuali kesempatan dan faktor waktu yang berjalan selama proses peminjaman tersebut. Yang tidak adil disini adalah si peminjam diwajibkan untuk selalu, tidak boleh tidak, harus, mutlak, dan pasti untung dalam setiap penggunaan kesempatan tersebut. 13 Asal usul ataupun sebab-sebab bunga sebagaimana dinyatakan dalam kutipan berikut oleh Haberler menuliskan : 14 “teori bunga telah lama muncul secara lemah dalam ilmu ekonomi, sedangkan penjelasan dan ketentuann tingkat bunga masih tetap memperlebar jurang ketidaksamaan pendapat antara pakar ekonomi dari pada cabang-cabang ekonomi lain pada umumnya”. Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah yang memiliki simpanan dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank nasabah yang memperoleh pinjaman. 15 Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada 2 macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya yaitu: 1. Bunga Simpanan Bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus 13 Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Gema Insani: Jakarta, 2001, h. 37-38. 14 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam Jilid III, cet.II, PT. Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta, 2002, h.13. 15 “Proposal Tingkat Suku Bunga”, info skripsi diakses pada 11 oktober 2010 dari http:www.infoskripsi.comProposalProposal-Tingkat-Suku-Bunga.html. dibayar bank kepada nasabahnya. Sebagai contoh jasa giro, bunga tabungan dan bunga deposito. 2. Bunga Pinjaman Adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Sebagai contoh bunga kredit. Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank konvensional. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diterima dari nasabah. Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman masing-masing saling mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai contoh seandainya bunga simpanan tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik dan demikian pula sebaliknya. Al-Qur’an dan Sunnah adalah dua sumber pokok hukum Islam melarang keras adanya bunga karena kezalimannya Q.S, Al Muzzammil dan Q.S, Al Baqarah 16 . Dan Islampun mengecam bunga, tetapi bersamaan dengan itu menciptakan kondisi di dalam masyarakat sehingga pinjaman bebas bunga tersedia bagi orang yang membutuhkannya. Bahkan orang miskin yang 16 M. Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1997, h.164. meminjam diberi kelonggaran disaat mengalami kesulitan keuangan sebagaimana dinyatakan pada surat al-Baqarah ayat 280. Hukum Islam secara tegas melarang memberikan pinjaman uang tabungan melipatgandakan bunga. Orang secara bebas dapat menabung sesukanya tetapi akumulasi tabungann tersebut tidak boleh menumbuhkan bunga dalam sistem ekonomi Islam. 17 Beberapa ulama serta pakar ekonomi banyak yang berbeda pendapat mengenai bunga bank, diantaranya Yusuf al-Qaradhawi yang menyatakan bahwa bunga bank itu termasuk riba, dan juga mengatakan secara tegas bahwa Islam telah mengharamkan riba dan secara keras melarangnya. 18 Sedangkan pendapat yang kedua dikemukakan oleh Ibrahim Hosen, beliau mengatakan bahwa bunga bank itu tidak termasuk ke dalam umumnya lafadh riba. Sebab bank adalah badan hukum, bukan perorangan, di mana sistem perbankan pada waktu itu zaman jahiliyah permulaan Islam belum ada. Apabila kita melihat semangat ayat-ayat riba maka dapat kita fahami bahwa riba yang dilarang itu adalah yang dilakukan oleh perorangan. Alasan pendapat yang mengharamkan karena di dalam bunga bank terdapat unsur-unsur riba, yaitu: Unsur tambahan ziyadah pembayaran atas modal yang dipinjamkan. Tambahan tersebut tanpa iwadhmoqobil risiko, hanya karena adanya tenggang waktu pembayaran kembali. Tambahan itu 17 Ibid., h. 7 18 Qardawi, Bunga Bank, Haram, h. 28 diisyaratkan di dalam akad. Dapat menimbulkan adanya unsur pemerasan dzulm. Alasan pendapat yang menghalalkan bunga bank ialah: adanya kesukarelaan kedua belah pihak dalam akad. Tidak adanya unsur pemerasan zulm. Mengandung manfaat untuk kemaslahatan umum.

G. Teknik Penulisan