BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang mempunyai keanekaragaman hayati yang sangat besar maupun yang telah dibudidayakan. Plasma nutfah ini sangat
mendesak untuk diamankan dari erosi potensi genetik maupun kepunahannya. Pemanfaatannya secara bertanggung jawab dan berkelanjutan memerlukan suatu
penelitian dan pengembangan yang mencakup aspek eksplorasi, karakterisasi, identifikasi, evaluasi, utilisasi, serta konservasi secara in-situ maupun ex-situ
Sastrapradja, 2002; Dwijanto, 2001 dalam Syamsuardi et al., 2009 Pada umumnya kekayaan jenis di daerah tropika lebih tinggi dibandingkan dengan daerah sub tropik.
Hal ini berkaitan dengan proses spesiasi yang unik dan berbeda di daerah tropik dibandingkan  dengan sub tropik. Secara umum isolasi biografis berperan dalam
proses  spesiasi melalui pembentukan diferensiasi antar populasi atau spesies Futuyama, 1998 dalam Syamsuardi et al., 2009.
Zingiberaceae    merupakan salah satu tumbuhan yang banyak ditemukan pada kawasan hutan tropis, terutama Indo-Malaya.  Zingiberaceae    ini belum
diketahui secara pasti berapa jumlah jenisnya, menurut Pandey 2003, sekitar 50 persen dari total genera famili  Zingiberaceae  ditemukan di Hutan Tropis.
Zingiberaceae  secara umum dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai tumbuhan jahe-jahean. Tumbuhan ini banyak dimanfaatkan, antara lain sebagai bumbu masak,
obat, bahan rempah-rempah, tanaman hias, bahan kosmetik, bahan minuman, bahan tonik rambut, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Zingiberaceae  dapat hidup di dataran rendah sampai pada ketinggian lebih dari 2000 m dpl, terutama di daerah dengan curah hujan yang tinggi. Menurut Larsen
et al., 1999, sejauh ini daerah yang kaya Zingiberaceae adalah wilayah Malesiana, Indonesia, Brunei, Singapura, Filiphina, dan Papua. Kita ketahui bahwa daerah yang
luas seperti Sumatera, dan Borneo masih sangat banyak belum diketahui, dan diteliti lebih dalam untuk flora gingernya. Oleh karena itu, banyak jenis baru yang dipastikan
akan ditemukan pada tahun yang akan datang. Anggota suku ini mempunyai ciri khas pada rhizom  yang  mengandung
minyak, menguap, dan berbau aromatik.  Zingiberaceae  merupakan terna berumur panjang, mempunyai rhizom yang membengkak seperti umbi dengan akar-akar yang
tebal, dan sering kali mempunyai ruang-ruang yang terisi dengan minyak yang menguap. Daun tersusun sebagai roset akar atau berseling pada batang, bangun
lanset, atau jorong, bertulang menyirip, atau sejajar. Tangkai daun beralih menjadi pelepah yang membelah kadang-kadang mempunyai lidah-lidah, pelepah daun saling
membalut dengan eratnya, sehingga kadang-kadang merupakan batang semu Tjitrosoepomo, 1994.
Pengetahuan masyarakat dari berbagai etnis tentang pemanfaatan suku Zingiberaceae  sebagai bahan obat tradisional  umumnya didapat secara turun
temurun. Adapun bagian yang digunakan sebagai bahan obat sebagian besar adalah rhizom  dari tanaman tersebut,  cara pengobatannya bermacam-macam, antara lain
direbus, atau dibuat jamu,  diambil sarinya dengan cara diparut kemudian diminum airnya atau dioleskan pada bagian tubuh yang akan diobati, yaitu bagian perut,kening,
atau bagian lainnya, dan ada juga yang langsung dimakan. Misalnya, rhizom kencur Kuntorini, 2005. Contoh jenis Zingiberaceae  yang bernilai ekonomis, yaitu
Hedychium coronarium  Koen. Merupakan tumbuhan herba dalam rumpun yang
padat, tinggi 1,5 - 3 meter mempunyai rhizom yang pipih berwarna putih, dan lunak. Bunga majemuk besar, dan berbunga terus menerus sehingga sering digunakan
sebagai tanaman hias, bunga berwarna putih, dan berbau harum, pangkal batang bila
Universitas Sumatera Utara
dikunyah akan mengeluarkan cairan yang dapat menyembuhkan sakit amandel atau tenggorokan. Batangnya sangat baik untuk membuat kertas Hasliza, 1999
Sampai saat ini jahe-jahean yang telah dimanfaatkan merupakan tumbuhan yang telah dibudidayakan. Keadaan ini menyebabkan jenis jahe-jahean tidak dikenali
padahal jenis liar tersebut masih banyak dijumpai di hutan-hutan Sumatera Nurainas, 2007.
Mengingat pentingnya peranan tumbuhan Zingiberaceae ini secara ekonomi maka perlu diungkap kekayaan jenisnya. Sementara dalam waktu yang bersamaan,
pengetahuan tentang dasar taksonomi, dan status konservasi tumbuhan ini belum lengkap. Sampai saat ini belum ada data dan informasi secara jelas mengenai
kekayaan jenis Zingiberaceae  di Sumatera khususnya Sumatera Utara. Sehubungan dengan ini perlu dihimpun data-data tentang kekayaan jenis Zingiberaceae  di
Sumatera Utara. Sebagai langkah awal, dilakukan eksplorasi Zingiberaceae di Hutan Aek Nauli karena diperkirakan bahwa Hutan Aek  Nauli memiliki kekayaan jenis
Zingiberaceae  yang tinggi dan daerah tersebut merupakan lokasi yang dianggap peranan penting dalam kelestarian lingkungan hayati yang berkelanjutan. Penelitian
ini juga penting  dilakukan melihat laju kerusakan hutan yang relative tinggi di Sumatera yaitu sekitar 1,7 juta hatahun selama tahun 1985 –  1996 Holmes 2000,
FWIGFW 2001. Kondisi ini menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidup Zingiberaceae sebagai tumbuhan bawah hutan Siregar dan Pasaribu., 2009.
Kawasan Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun merupakan daerah konservasi yang termasuk Hutan Hujan Tropis dan merupakan salah satu daerah
tangkapan air,  juga sebagai lokasi wisata dan penelitian juga merupakan jalan perlintasan daerah tujuan wisata handalan Sumatera Utara  Danau Toba, memiliki
luas 1900 Ha, berjarak sekitar  10,5 km dari Kota Parapat dan dapat ditempuh sekitar 3 jam dari Medan.  Berdasarkan survey yang telah dilakukan banyak ditemukan jenis-
Universitas Sumatera Utara
jenis  Zingiberaceae. Namun, belum ada data tentang Zingiberaceae  di kawasan Hutan Aek Nauli. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang
keanekaragaman, dan distribusi Zingiberaceae  di kawasan Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun.
1.2.  Permasalahan