Lidya Purnama Sari : Pengaruh Self Assessment System Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, 2009.
digunakan untuk membayai rumah tangga daerah masing – masing.
Contohnya : •
Pajak Daerah Tingkat I Propinsi : Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
• Pajak Daerah Tingkat II KabupatenKotamadya : Pajak
Pembangunan I, Pajak Penerangan Jalan, Pajak atas Reklame.
3. Sistem Pemungutan Pajak
Menurut Siti Resmi 2005:10, menyatakan bahwa dalam pemungutan pajak dikenal beberapa sistem pemungutan pajak, yaitu;
a. Official Assesment System merupakan suatu sistem pemungutan pajak
yang memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan
ketentuan Undang – Undang Perpajakan yang berlaku.
b. Self Assesment System merupakan sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang Wajib Pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan Undang-
Undang Perpajakan yang berlaku. Dalam hal ini, inisiatif dan kegiatan menghitung serta pelaksanaan pemungutan pajak berada di tangan
Wajib Pajak.
c. With Holding System merupakan sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak sesuai
dengan ketentuan Undang – Undang Perpajakan yang berlaku.
Penunjukan pihak ketiga ini bisa dilakukan dengan Undang – Undang Perpajakan, Keputusan Presiden, dan Peraturan lainnya untuk
memotong dan memungut pajak, menyetorkan dan mempertanggungjawabkan melalui sarana perpajakan yang tersedia.
Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada pihak ketiga yang ditunjuk.
4. Sistem Self Assessment Self Assesment System
“Merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap
tahunnya sesuai dengan ketentuan Undang – Undang Perpajakan yang
Lidya Purnama Sari : Pengaruh Self Assessment System Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, 2009.
berlaku” Djuanda dan Lubis, 2002:65. Dalam hal ini, inisiatif dan kegiatan menghitung serta pelaksanaan pemungutan pajak berada di tangan Wajib
Pajak. Aparat pajak hanya bertugas melakukan penyuluhan dan pengawasan untuk mengetahui kepatuhan Wajib Pajak.
Embrio sistem self assessment ini pada dasarnya sudah mulai diterapkan di Indonesia sejak tahun 1967 melalui Undang-undang No.8 tahun 1967, Jo.
PP 11 tahun 1967 tentang tata cara pemungutan pajak atas Pajak Pendapatan, Pajak Perseroan dan Pajak Kekayaan, yang lebih dikenal dengan sistem
Menghitung Pajak SendiriMenghitung Pajak Orang MPSMPO. Akan tetapi dalam pelaksanaannya ternyata sistem ini tidak membuahkan hasil yang
diharapkan, bahkan penerimaan dari sektor pajak justru menurun. Dapat dikatakan bahwa pemungutan pajak dengan sistem MPSMPO gagal, karena
tidak didukung dengan sikap yang jujur dari Wajib Pajak serta pengawasan yang intensif dan akurat dari pihak pemerintahadministrasi pajak. Selain itu
sanksi yang diterapkan juga tidak efektif dijalankan. Kegagalan sistem tersebut tidak menyurutkan optimisme aparat pajak
untuk membangun sistem perpajakan modern dan menjadikan pemerintah dan berbagai kalangan mendukung konsep self assessment ini sebagai sesuatu
yang wajar dan prospektif di masa depan sehingga secara konsepsional sistem self assessment yang digunakan sejak reformasi perpajakan 1983 sangat ideal
bagi sistem perpajakan Indonesia. Disebut ideal karena sistem tersebut di berlakukan di lingkungan sosial yang ketika itu masih memiliki pengetahuan
dan kesadaran perpajakan yang relatif rendah. Di lingkungan itu masih banyak
Lidya Purnama Sari : Pengaruh Self Assessment System Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, 2009.
masyarakat yang memandang pajak secara negatif, sehingga masyarakat berusaha untuk menghindarinya.
Dalam rangka melaksanakan sistem self assessment ini diperlukan prasyarat yang harus dipenuhi untuk menunjang keberhasilan dari pelaksanaan
sistem pemungutan ini Suandy,2002:95, yaitu; a.
Kesadaran Wajib Pajak Tax consciousness. Kesadaran Wajib Pajak artinya Wajib Pajak mau dengan sendirinya
melakukan kewajiban perpajakannya seperti mendaftarkan diri, menghitung, membayar, dan melaporkan jumlah pajak terutangnya.
b. Kejujuran Wajib Pajak.
Kejujuran Wajib Pajak artinya Wajib Pajak melakukan kewajibannya dengan sebenar-benarnya tanpa adanya manipulasi, hal ini dibutuhkan
di dalam sistem ini karena fiskus memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri
jumlah pajak yang terutang.
c. Kemauan membayar pajak dari Wajib Pajak Tax mindedness.
Tax Mindedness artinya Wajib Pajak selain memiliki kesadaran akan kewajiban perpajakannya, namun juga dalam dirinya memiliki hasrat
dan keinginan yang tinggi dalam membayar pajak terutangnya.
d. Kedisiplinan Wajib Pajak Tax discipline.
Kedisiplinan Wajib Pajak artinya Wajib Pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya dilakukan dengan dengan tepat waktu sesuai
dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
Kesit 2001:191, menyatakan bahwa: Berlakunya sistem self assessment pemungutan pajak menuntut Wajib
Pajak untuk lebih mandiri dalam pengelolaan administrasi perpajakannya. Hal ini merupakan bentuk refleksi dari azas pemungutan pajak yang
dianut oleh pemerintah yaitu azas pelimpahan kepercayaan sepenuhnya kepada masyarakat.
Azas pemungutan ini membawa konsekuensi tersendiri bagi Wajib Pajak.
Konsekuensi yang ditimbulkan oleh self assessment system ini, Wajib Pajak diwajibkan untuk mendaftarkan diri, menghitung, melaporkan dan
meyetorkan pajaknya yang dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak tersebut. Sarana penghitungan, pelaporan, serta penyetoran tersebut Gunadi, 2002:33,
Lidya Purnama Sari : Pengaruh Self Assessment System Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, 2009.
antara lain: a.
Surat Pemberitahuan, adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan pembayaran pajak yang terutang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
b. Surat Setoran Pajak adalah surat oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kas negara atau ke tempat pembayaran lain yang telah ditetapkan oleh
Menteri Keuangan.
c. Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan
atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda. d.
Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang digunakan untuk menjadi dasar jumlah pajak yang harus dibayar, atau pajak kurang
bayar tambahan, atau pajak lebih bayar, dan pajak nihil.
e. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan untuk
membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
yang terdapat dalam surat ketetapan pajak atau surat tagihan pajak.
f. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan
terhadap surat ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.
Selain itu juga terdapat hambatan-hambatan terhadap pelaksanaan
pemungutan pajak yang dapat dikelompokkan menjadi dua Waluyo, 2006:56, yaitu;
1. Perlawanan pasif
Masyarakat enggan pasif membayar pajak, yang dapat disebabkan antara lain :
a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat. b. Sistem perpajakan yang mungkin sulit dipahami masyarakat.
c. Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan
baik. 2. Perlawanan aktif
Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari
pajak. Bentuknya antara lain : a.
Tax avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar Undang-undang.
b. Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara
melanggar Undang-undang menggelapkan pajak.
Lidya Purnama Sari : Pengaruh Self Assessment System Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, 2009.