Rukun dan syarat dalam perkawinan Islam

19 faktor utama suatu perkawinan. Pemenuhan seksual adalah kenikmatan sekaligus kewajiban. Oleh karena itu, seorang suami dan isteri berhak atas lainnya secara timbal balik. Setiap dari keduanya berhak menuntut pihak lain yang mengabaikan hubungan tersebut. Meninggalkan hubungan biologis dengan sadar dan sengaja oleh suami - isteri sama akibatnya dengan meninggalkannya karena ada halangan seperti terkena penyakit menular yang susah disembuhkan, atau adanya cacat serius yang menimpa salah satu pasangan suami - isteri sebelum akad perkawinan. Semuanya dapat membatalkan perkawinan. Adapun keturunan atau pengembangbiakan adalah kewajiban yang sangat ditekankan kepada segenap kaum muslimin. Karena itu, Islam mengaharamkan penggunaan alat-alat yang dapat mencegah kehamilan. Sebab tindakan itu sama halnya dengan menghambat pengembangbiakan. 13 Karena tujuan pernikahan tidak lain agar manusia dapat melanjutkan keturunan, guna mewujudkan rumah tangga yang mawaddah warrahmah cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga. 14

B. Rukun dan syarat dalam perkawinan Islam

Menurut syariat agama Islam, setiap perbuatan hukum harus memenuhi dua unsur, yaitu rukun dan syarat. Rukun ialah unsur pokok dalam setiap perbuatan hukum, sedang syarat ialah unsur pelengkap dalam setiap perbuatan hukum. Dalam Ensiklopedi Hukum Islam, syarat dirumuskan 13 Al- Thahir Al-Hadad, Wanita dalam Syari ‟at Masyarakat, h. 72. 14 Daud Ali, Hukum Islam dan Peradilan Agama, h. 3 20 dengan, ‟‟sesuatu yang tergantung padanya keberadaan hukum syar‟i, dan dia berada diluar hukum itu sen diri‟‟. 15 Perbedaan antara rukun dan syarat, khususnya rukun dan syarat dalam hal akad nikah, tampak begitu tipis. Atas dasar ini maka tidaklah mengherankan jika berkenaan dengan ihwal rukun dan syarat nikah, ada hal – hal tertentu yang oleh sebagian ulama dikategorikan kedalam syarat nikah. Jadi rukun dan syarat memiliki kedudukan yang sangat penting dalam setiap akad. 16 Apabila kedua unsur tidak dipenuhi, maka perbuatan dianggap tidak sah menurut hukum, demikian pula untuk sahnya suatu pernikahan harus dipenuhi rukun dan syarat. 1. Rukun dalam perkawinan a. Adanya calon mempelai pria b. Adanya calon mempelai wanita c. Adanya wali d. Adanya dua orang saksi e. Adanya ijab dari wali calon mempelai perempuan atau wakilnya dan qabul dari calon mempelai laki - laki atau wakilnya 17 2. Syarat dalam perkawinan 15 Tim Penyusun, Ensiklopedi hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997, Jil. 5, h. 1691 16 Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, cet. 2 Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, h. 95-96 17 Aslih kurniawan, dkk, Pedoman Pelaksanaan Akad Nikah dan Beberapa Kasus Perkawinan , Jakarta: Seksi Urusan Agama Islam Kemenag Jakarta Selatan, 2010, h. 24 21 Pada garis besarnya syarat – syarat sahnya perkawinan itu ada dua : a. Calon mempelai perempuannya halal dikawin oleh laki – laki yang ingin menjadikannya istri. perempuannya itu bukan merupakan orang yang haram untuk dinikahi b. Akad nikahnya dihadiri para saksi Secara rinci, masing-masing rukun di atas akan di jelaskan syarat- syaratnya sebagai berikut : a. Adanya laki-laki dan perempuan Islam hanya mengakui perkawinan antara laki-laki dan perempuan dan tidak boleh lain dari itu, seperti sesama laki-laki atau sesama perempuan, adapun syarat yang harus dipenuhi untuk laki-laki dan perempuan adalah sebagai berikut : 18 Bagi calon mempelai laki - laki 1 Beragama Islam 2 Pria 3 Tidak dipaksa 4 Tidak beristri empat orang 5 Bukan mahramnya calon istri 6 Tidak mempunyai istri yang haram dimadu dengan calon istrinya 7 Mengetahui calon istrinya tidak haram dinikahinya 8 Tidak sedang melakukan ihram Bagi calon mempelai perempuan 18 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan , h. 64 22 1 Beragama Islam 2 Wanita 3 Telah memberi izin kepada wali untuk menikahkannya 4 Tidak bersuami dan tidak dalam masa iddah 5 Bukan mahramnya calon suami 6 Jelas orangnya 7 Tidak sedang dalam ihram 19 b. Adanya wali Yang dimaksud dengan wali secara umum adalah seseorang yang karena kedudukannya berwenang untuk bertindak terhadap dan atas orang lain dan dalam perkawinan wali adalah seseorang yang bertindak atas nama mempelai perempuan dalam suatu akad nikah . akad nikah dilakukan oleh dua pihak, yaitu pihak laki – laki yang dilakukan oleh mempelai laki – laki itu sendiri dan pihak perempuan yang dilakukan oleh walinya. 20 Syarat wali sebagai berikut 1 Beragama Islam 2 Baligh Berakal 3 Tidak dipaksa 4 Terang lelakinya 5 Adil bukan fasiq 19 Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan BP4 DKI Jakarta, Membina Keluarga Sakinah , Jakarta: 2009, h.15 - 16 20 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan , h. 69 23 6 Tidak sedang ihram atau umroh 7 Tidak dicabut haknya dalam menguasai harta bendanya oleh pemerintah mahjur bissafah 8 Tidak rusak pikirannya karena tua atau sebagainya c. Adanya saksi: Sabda nabi SAW : ”Dari Ibnu Abas, R.A berkata tidak sah nikah tanpa wali dan kedua saksi yang adil ” HR.Imam Ahmad 21 Syarat saksi: 1 Beragama Islam 2 Laki-laki 3 Balig 4 Berakal 5 Adil 6 Mendengar 7 Tidak tuli 8 Bisa bercakap-cakap tidak bisu 9 Tidak pelupamughoffal 10 Menjaga harga diri mengerti ijab dan qabul 11 Tidak merangkap menjadi wali 22 21 Abdullah Ahmad bin Hanbal, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal Beirut: al-Maktab al- Islami, 1985, h. 250 lihat juga Ala al-din Ali Ibnu Balban al Farisi shahih ibn Hibban Bitartibi Ibnu Balban Beirut: Muassasah al-risalah, 1997, h.386 24 d. Ijab dan qabul syarat-syaratnya: 1 Adanya pernyataan mengawinkan dari wali 2 Adanya pernyataan penerimaan dari calon mempelai 23 3 Ijab dan Qabul harus berbentuk dari asal kata ‟‟ inkah ‟‟ atau ‟‟tazwij ‟‟ atau terjemah dari dua kata tersebut yang dalam bahasa berati ‟‟menikahkan‟‟ Contoh: 1 Ijab dari wali calon mempelai perempuan ‟‟ hai fulan bin fulan, saya nikahkan fulanah, anak kandung saya dengan engkau, dengan mas kawin mahar...................dibayar tunai hutang. 2 Qabul dari calon mempelai pria ‟‟ saya terima nikahnya dan kawinnya fulanah binti ...............dengan mas kawin yan tersebut tunai. 24 a Antara ijab dan qabul bersambungan b Antara ijab dan qabul jelas maksudnya c Orang yang terkait dengan ijab dan qabul tidak sedang ihram haji atau umrah 22 Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan BP4 DKI Jakarta, Membina Keluarga Sakinah , h. 25 23 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia: Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU no. 11974 Sampai KHI , Jakarta: Kencana, 2006, Cet. 1, h. 63 24 Ibid, h. 26 25 d Majelis ijab dan qabul itu harus dihadiri minimum empat orang yaitu calon mempelai atau wakilnya, wali dari mempelai wanita dan dua orang saksi. 25 e. Mahar Di samping rukun dan syarat yang tersebut di atas, menurut para ulama, mahar itu hukumnya wajib dan ditempatkan sebagai syarat sahnya dalam perkawinan. Pengertian mahar adalah Pemberian khusus yang bersifat wajib berupa uang atau barang yang diserahkan mempelai laki – laki kepada mempelai perempuan ketika atau akibat dari berlangsungnya akad nikah. 26 Tentang mahar ini terdapat dalam firman Allah pada surat an – Nisa‟ ayat 4 yang bunyinya :                4 Artinya : ”Berikanlah mahar kepada perempuan yang kamu nikahi sebagai pemberian penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari mahar itu dengan senang hati, maka makanlah pemberian itu sebagai makanan yang sedap lagi baik akibatnya ”.QS, an – Nisa‟4: 4 Dan Nabi SAW bersabda kepada seorang laki - laki yang ingin menikah 25 Ibid, h. 63 26 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan , h. 85 26 ‟‟Dari Sahal bin Sa‟ad bahwa Nabi Shallallahu Alahi Wa Sallam berkata pada seorang laki-laki nikahilah oleh kamu walaupun dengan mas kawin berupa cincin dari besi‟‟HR. Bukhari 27

C. Urgensi Pencatatan Nikah