Sebab ditetapkannya itsbat nikah Nomor : 083Pdt.P2010PA.JS oleh

62 2 Membebankan biaya perkara kepada pemohon I dan Pemohon II sebesar Rp 211.000,-dua ratus sebelas ribu rupiah; Demikianlah putusan ini diambil dalam musyawarah majelis hakim pengadilan agama Jakarta selatan pada hari : kamis tanggal 17 juni 2010 M. bertepatan dengan tanggal 4 Rajab 1431 H. dengan Drs. Agus Yunih, S.H, M.HI., sebagai hakim ketua, Dra. Hj.Ai Zainab, S.H. dan Dra, Hj. Ida Nursa‟adah, S.H.,M.H. masing-masing sebagai hakim anggota. Putusan mana diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh hakim ketua tersebut dengan dihadiri Hakim – hakim anggota tersebut serta dibantu oleh Ahlan, S.H sebagai panitera pengganti serta dihadiri pula oleh pemohon I dan pemohon II; 69

3. Sebab ditetapkannya itsbat nikah Nomor : 083Pdt.P2010PA.JS oleh

Hakim Pentingnya arti sebuah pencatatan dalam suatu masalah yang berkaitan dengan masalah mua‟malah sangatlah urgen, Islam sebagai agama yang sempurna telah terlebih dahulu memerintahkan kepada para pemeluknya untuk mencatatkan setiap peristiwa yang berkenaan dengan individu yang lain. 70 Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah 2: 282 : 69 Ibid 70 Aqib Maimun, “Pencatatan Pernikahan Beda Agama Dikantor Urusan Agama KUA Studi Kasus Kantor Urusan Agama Kec. Cilandak ”, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010, h. 51 63 Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermua‟malah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya dan hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar…” QS. Al-Bâqârâh 282: 2. Hukum Islam tidak memisahkan antara hukum ibadah pengaturan hubungan manusia dengan Allah di satu pihak dan hukum muamalah pengaturan hubungan hak dan kewajiban dengan sesama manusia di pihak lain, meskipun hukum Islam membedakan antara ibadah dan mua ‟malah. Hukum Islam mengajarkan kepada ummatan muslimatan tentang eksistensi nilai peribadatan dalam aktivitas muamalah, sebagaimana hukum Islam juga mengajarkan tentang dimensi sosial dalam setiap peribadatan yang disyariatkkan. Dengan kalimat lain, dalam peribadatan Islam dipastikan terkandung nilai – nilai sosial, sementara dalam mua‟malah Islam juga dipastikan mengandung nilai – nilai ibadah. Di sinilah terletak arti penting dari hubungan timbal balik antara ibadah dan muamalah dan atau muamalah dan ibadah, dan di sinilah pula terletak arti penting dari kelebihan hukum Islam yang norma maupun nilai hukumnya tidak pernah kering dari kerohanian. 71 Islam mengajarkan kepada para pemeluknya mempermudah segala sesuatu dan bukan malah mempersulit sesuatu apalagi dalam hal ini menuju kepada suatu kebaikan dan cita – cita yang mulia yaitu demi melangsungkan dan menggapai sebuah mahligai pernikahan yang disunahkan dalam Islam. Dalam hal ini Negara mewajibkan adanya pencatatan dalam setiap pernikahan bagi 71 Muhammad Amin Suma, Kedudukan Dan Peranan Hukum Islam di Negara Hukum Indonesia ,kumpulan perkuliahan dan seminar, T.tp, 2009, h. 23 64 warga negaranya bukanlah untuk mempersulit warganya akan tetapi justru melindungi hak – hak warga tersebut demi terciptanya kenyamanan dan ketertiban masyarakat. 72 Atas dasar itulah dapat penulis simpulkan bahwa pencatatan memang sangat diperlukan dan urgen dalam segala peristiwa antara satu orang dengan orang lain masalah mua‟malah dalam hal ini berkaitan dengan masalah pernikahan. Dalam itsbat nikah menurut Agus Yunih selaku Hakim ketua majelis pada Pengadilan Agama Jakarta Selatan, pasal 7 ayat 3 huruf e Kompilasi Hukum Islam, Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai halangan perkawinan menurut Undang – undang No. 1 Tahun 1974. Artinya perlu diberikan ruang seluas – luasnya bagi mereka yang melakukan perkawinan dan perkawinan ini tidak bertentangan dengan syariat hukum Islam. Pasal ini disebut juga oleh beliau sebagai pasal sapu jagat, Teorinya bahwa itsbat nikah dibolehkan sepanjang tidak bertentangan makanya di dalam Undang-undang khususnya dalam Kompilasi Hukum Islam, itsbat nikah yang dapat diajukan kepengadilan agama terbatas mengenai hal-hal : a. Adanya perkawinan dalam rangka penyelesaian perceraian. b. Hilangnya Akta nikah. c. Adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salah satu syarat perkawinan. d. Adanya perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 1 tahun 1974. e. Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai halangan perkawinan menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 1974. 72 Aqib Maimun, “Pencatatan Pernikahan Beda Agama Di Kantor Urusan Agama KUA Studi Kasus Kantor Urusan Agama Kec Cilandak ”, h. 51 65 Jadi berdasarkan hal-hal tersebut mengabulkan itsbat nikah yang bersangkutan yang berperkara dalam No: 083Pdt.P2010PA.JS dengan pertimbangan-pertimbangan, bahwa seluruh syarat dan rukun tidak ada yang dilanggar, tidak ada yang bertentangan. Dia melakukan itsbat nikah saat itu karena tidak punya uang sehinga dia melakukan nikah, itupun dilakukan dengan I‟lanun nikah diberitahukan kepada tetangga bahkan RT setempat pun tahu. Berhubung Andi Sopian memberikan kesaksian bahwa pernikahan itu ada, baik secara formal maupun substansial. Sehingga tidak ada alasan bagi kita untuk menolak perkawinan itu dan saya tidak melihat adanya indikasi penyimpangan dan penyalahgunaan terhadap perkawinan tersebut. Ini yang saya lihat hanya untuk kepentingan administrasi pencatatan dan untuk kepentingan masa depan anak di situ aspek maslahat lebih besar „‟Dar„ul- mafaasidi muqaddamun a‟la jalbil mashalihi‟‟ jika ditolak bisa kita bayangkan anak - anaknya dan sebagainya. Berbeda dengan kasus itsbat nikah yang memang sering kali disalah gunakan, biasanya itsbat nikah yang diawali dengan persengketaan harta. Dia itu orang yang tidak mampu tidak mungkin ada harta yang dipersengketakan. 73

B. Aplikasi penetapan itsbat nikah oleh pengadilan Agama Jakarta Selatan

di Kantor Urusan Agama KUA Kebayoran Lama Menurut Undang – undang Nomor 1 Tahun 1974, perkawinan yang sah adalah perkawinan yang dilakukan menurut pasal 2 ayat 1 yaitu perkawinan yang dilakukan menurut agama dan kepercayaannya masing – 73 Agus Yunih, Hakim Ketua Pengadilan Agama Jakarta Selatan, Wawancara Pribadi, Jakarta, 12 April 2011