Dasar Hukum Itsbat Nikah

33

BAB III ITSBAT NIKAH DI PENGADILAN AGAMA

A. Dasar Hukum Itsbat Nikah

Itsbat nikah berasal dari bahasa Arab تابثا yang merupakan masdar dari kata تبثا – تب ي - تابثا yang mempunyai makna penetapan, penentuan atau pembuktian.Yang dimaksud dengan itsbat nikah adalah suatu penetapan, penentuan pembuktian atau pengabsahan pengadilan terhadap pernikahan yang telah dilakukan dengan alasan-alasan tertentu. 38 Yang menjadi dasar hukum dari itsbat nikah adalah BAB XIII Pasal 64 ketentuan peralihan Undang-undang perkawinan yaitu untuk perkawinan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan yang terjadi sebelum Undang-undang ini berlaku yang dijadikan menurut peraturan lama adalah sah. Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam KHI Buku I Pasal 7, yang terkandung dalam Pasal 64 Undang-undang Perkawinan No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan tersebut dikualifikasikan seb agai upaya hukum yang disebut dengan “itsbat nikah”. 39 Seperti dalam Kompilasi Hukum Islam KHI Pasal 7 ayat 1, 2, dan 3 menyebutkan : 1 Perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan akta nikah yang dibuat oleh pegawai pencatat nikah. 2 Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan akta nikah, dapat diajukan itsbat nikahnya ke pengadilan agama. 38 Yayan Sofyan, “Itsbat Nikah Bagi Perkawinan Yang Tidak di Catatat Setelah Diberlakukan UU No. 1 Tahun 1974 di Pengadilan Agama Jakarta Selatan ”, Ahkam IV, No.8 , 2002, h.75 39 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Pasal: 64 34 3 Itsbat nikah yang dapat diajukan ke Pengadilan Agama terbatas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan: a. Adanya perkawinan dalam rangka penyelesaian perceraian. b. Hilangnya Akta nikah. c. Adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salah satu syarat perkawinan. d. Adanya perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya Undang- undang Nomor 1 tahun 1974. e. Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai halangan perkawinan menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 1974.

B. Hubungan Itsbat Nikah dengan Pencatatan Perkawinan