Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Pada dasarnya semua makanan dan minuman yang berasal dari tumbuh- tumbuhan, seperti sayur-sayuran, dan buah-buahan serta hewan adalah halal kecuali yang beracun dan membahayakan manusia. 5 Allah SWT membimbing manusia seluruhnya agar mengkonsumsi yang halal, baik berupa makanan, usaha dan apapun itu halnya yang berkenaan dengan kehidupan manusia. Kemudian Allah SWT memberi kekhususan bagi umat Islam untuk menjahui yang haram, ditegaskan dalam ayat, yaitu sebagai berikut:                                            ة ﺮ ﻘ ﺒ ﻟ ا 2 : 172 - 173 Artinya: “Hai orang-orang yang beriman makanlah oleh dari sesuatu yang baik dari rizki yang telah kami berikan kepada kalian dan bersyukurlah kalian kepada Allah apabila kalian menyembah-Nya. Sesunggunya diharamkan bagi kalian bangkai, darah, dan daging babi dan sesuatu yang disembelih tidak dengan asma Allah. Akan tetapi, barang siapa dalam keadaan terpaksa memakannya sedang isi tidak menginginkannya dan tidak pula melampui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang” QS. Al Baqarah [2] : 172-173 Kehalalan atau keharaman pangan berkaitan erat dengan keimanan. Penghalalan atau pengharaman merupakan hak prerogative Allah SWT dan manusia harus menerimanya secara imani. Begitu pula mengenai kemanfaatan 5 Bagian Proyek Sarana dan Prasarana produk Halal, Petunjuk Teknis Pedoman Sistem Produksi Halal, Jakarta: Departemen Agama RI, 2003, h. 7. atau kemudharatan makanan yang dihalalkan atau diharamkan. Konsekuensinya, penentuan status hukum halal-haram, atau syubhat, mesti mengacu kepada Al- Qur’an dan sunnah Rasul. 6 Kalau negara Islam seperti di Indonesia ini mudah mendapatkan makanan-makanan halal. Karena jelas bahwa negara Indonesia ini adalah mayoritas beragama Islam. Coba dilihat dan diamati, jikalau jalan-jalan di kota Jakarta, dapat diambil contoh di tempat belanja Pondok Indah Mall, disana dapat ditemukan restoran-restoran yang menjanjikan makanan halal. Begitu juga jika berjalan-jalan di sekitar kampus Universitas Islam Negeri Jakarta, banyak warung-warung atau tempat makan yang halal. Jika belanja ke suwalayan dapat membeli sosis sapi yang halal, daging giling ayam yang halal, daging kambing buat gulai yang halal. Begitu juga dapat membeli cemilan-cemilan yang instan dengan bumbu-bumbu yang aman tanpa khawatir dan gelisah akan haramnya cemilan tersebut. Akan tetapi penulis pernah mengalami kondisi yang cukup mengagetkan ketika berkunjung ke negara Sakura, yaitu tidak lain lagi adalah negara Jepang. Bahwa disana sama sekali tidak demikian. Kaum muslim di Jepang bertambah sedikit demi sedikit. Di Jepang ada sejumlah muslim yang berasal dari negara diluar Jepang seperti orang Pakistan dan Indonesia. Penulispun telah bertemu dengan sebagian mereka pada saat berkunjung ke Jepang. Penulis mengetahui 6 Aisjah Girindra, LP POM MUI, h. 23. bahwa mereka hampir tidak dapat membeli makanan halal dalam kondisi seperti sekarang ini. Jika masalah yang berkaitan dengan makanan halal di Jepang dirangkumkan, dapat dikatakan enam point sebagai berikut: 1. Daging yang paling laku terjual adalah daging babi. 2. Dapat melihat minuman-minuman beralkohol yang jumlahnya hampir sama atau bisa dikatakan melebihi minuman-minuman biasa seperti teh botol, jus, susu kalengan, dan minuman-minuman halal yang lainnya. 3. Walaupun daging sapi maupun daging ayam yang halalpun, sulit diketahui dapat dibeli dimana. setelah itu penulis ketahui bahwa sedikit daging halal dapat dibeli hanya di masjid-masjid yang jarang keberadaannya yaitu hanya berada di kota-kota besar. 4. Selama penulis berada disana tidak dapat menemukan restoran yang bertanda halal. dari pembicaraan dengan orang-orang ditempat dapat diketahui bahwa mereka bisa makan masakan halal hanya di restoran yang di dalamnya ada koki orang Turki atau Pakistan dan di restoran vegetarian saja. 5. Sebagian besar cemilan-cemilan instan dan mie instan berkomposisi zat-zat yang berasal dari babi. 6. Dalam kue-kue sudah umum menggunakan gelatin agar-agar yang berasal dari kulit-kulit binatang dan mengandung al-kohol. Berdasarkan pengalaman yang cukup mengagetkan ini, penulis merasa perlu meneliti atau mempelajari mengenai makanan halal dan penyediaan daging halal kepada kaum muslim di Jepang dan menuangkannya dalam judul skripsi ANALISIS PENYEDIAAN DAGING HALAL KEPADA KAUM MUSLIM DI NEGARA JEPANG Berdasarkan Perbandingan Mazhab Fiqih dan Praktek di Indonesia. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Untuk memikirkan masalah makanan halal dan haram dari dasar serta agar dalam pembahasan skripsi ini terarah dan tersusun secara sistematis, maka penulis memberikan pembatasan masalah dan perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kriteria makanan yang diperbolehkan dalam hukum Islam? 2. Bagaimana keadaan Indonesia yang sekarang mengenai makanan halal dan haram? 3. Bagaimana penyediaan daging halal bagi kaum muslim dinegara non Islam seperti di Jepang?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana kriteria makanan yang diperbolehkan didalam hukum Islam? 2. Untuk mengetahui bagaimana keadaan Indonesia yang sekarang mengenai makanan halal dan haram? 3. Untuk mengetahui harus bagaimana daging halal bagi kaum muslim di negara non Islam seperti di Jepang? Sedangkan kegunaan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Sebagai kontribusi pemikiran dalam masalah yang berkaitan dengan halal dan haramnya daging yang diterapkan di Jepang dengan perbandingan mazhab fiqih. 2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis khususnya dan mahasiswa serta masyarakat pada umumnya di Jepang maupun di Indonesia dalam masalah halal-haramnya daging. 3. Sebagai salah satu syarat utama untuk mencapai gelar Sarjana Hukum Islam SHI, pada program sarjana Strata Satu S1 di Fakultas Syari,ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Review Studi Terdahulu

Kajian mengenai fatwa MUI dapat dikatakan sudah banyak dilakukan. Namun, penulis merasa bahwa kajian tentang fatwa MUI tentang distribusi daging halal kepada negara non muslim seperi negara Jepang belum pernah dibahas. Ada beberapa kajian di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta membahas tentang fatwa MUI, salah satunya berupa skripsi yang ditulis oleh Winy Trianta Fakultas Syari’ah dan Hukum tahun 2004 yang berjudul, Pengaruh Fatwa MUI No 1 Tahun 2003 tentang Hak Cipta terhadap Kesadaran Masyarakat Muslim Mematuhi Hak Cipta. Dalam sekripsinya, Trianta membahas tentang apakah fatwa tersebut benar-benar murni untuk kemaslahatan umat atau untuk memperkuat Undang-undang hak cipta. Dia juga mempertanyakan, apakah fatwa yang hanya mengikat secara moral lebih efektif untuk melindungi hak cipta dari pada hukum hak cipta yang mengikat dengan sanksi. Dilatar belakangi oleh kedua hal tersebut, maka diadakanlah penelitian yang menghasilkan, fatwa MUI No 1 tahun 2003 ini berfungsi sebagai penjelasan terhadap masyarakat mengenai kedudukan hak cipta. Dalam hukum Islam hak cipta dianalogikan sebagai harta yang harus dilindungi, sehingga pelanggaran hak cipta sama dengan kezhaliman terhadap harta. Sementara itu, masih banyak fatwa-fatwa MUI yang belum dikaji dan dibahas. Salah satunya adalah fatwa MUI tentang penyediaan daging halal yang berada di negara non muslim seperti Jepang yang disana belum ada suatu fatwa tentang penyediaan tersebut. Dengan demikian, penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti penyediaan daging halal di Jepang.

E. Metode Penelitian

Metode merupakan strategi yang dipakai dalam pengumpulan data-data yang diperlukan untuk menjawab persoalan yang dihadapi, sebagai rencana pemecahan masalah yang dihadapi, adapun penelitian merupakan pekerjaan yang terencana dan sistematis untuk mencari jawaban pada suatu masalah. Untuk itu, dalam penelitian, penulis menggunakan metode-metode tertentu yang sesuai