Kinerja Dokter Dalam Pengisian Berkas Rekam Medis Di Rsud Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2009

(1)

KINERJA DOKTER DALAM PENGISIAN BERKAS REKAM MEDIS DI RSUD DELI SERDANG LUBUK PAKAM

TAHUN 2009

TESIS

Oleh

KHAIRIL ANWAR POHAN

077013015 / IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KINERJA DOKTER DALAM PENGISIAN BERKAS REKAM MEDIS DI RSUD DELI SERDANG LUBUK PAKAM

TAHUN 2009

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi Rumah Sakit

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh :

KHAIRIL ANWAR POHAN

077013015 / IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : KINERJA DOKTER DALAM PENGISIAN BERKAS REKAM MEDIS DI RSUD DELI SERDANG LUBUK PAKAM TAHUN 2009

Nama Mahasiswa : Khairil Anwar Pohan

Nomor Induk Mahasiswa : 077013015

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui : Komisi Pembimbing

(Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.P.D, Sp.J.P) (dr. Djamaluddin Sambas, M.A.R.S)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S) (dr. Ria Masniari Lubis, M.Si)


(4)

Telah diuji

Pada tanggal : 14 Januari 2010

____________________________________________________________________

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof.dr. Sutomo Kasiman, Sp.P.D,Sp.J.P Anggota : 1. dr. Djamaluddin Sambas, M.A.R.S

2. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes 3. dr. Asmui Lubis, M.Kes


(5)

PERNYATAAN

KINERJA DOKTER DALAM PENGISIAN BERKAS REKAM MEDIS DI RSUD DELI SERDANG LUBUK PAKAM

TAHUN 2009

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis saya ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2010


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi masih rendahnya pengisian berkas rekam medis yang dilaksanakan oleh para dokter di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam. Survai pendahuluan terhadap 50 berkas yang diperiksa secara acak pada Mei 2009, berkas yang tidak lengkap mencapai 45% terutama yang menyangkut ringkasan pulang (formulir RM 8).

Penelitian dengan jenis survei telah dilakukan untuk menganalisis kinerja dokter dalam pengisian berkas rekam medis di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam pada tahun 2009. Populasi adalah seluruh dokter yang bertugas di RSUD Deli Serdang dengan jumlah 47 orang. Seluruh populasi dijadikan sampel. Data dikumpulkan dalam menggunakan kuesioner, dan wawancara. Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan kinerja dokter dalam pengisian rekam medis sebanyak 76,6% dalam kategori buruk, selebihnya yakni 23,4% berada dalam kategori sedang.

Disarankan kepada managemen RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam untuk : (1) melakukan pengawasan dalam pengisian rekam medis terutama yang dilakukan oleh dokter, (2) melakukan sosialisasi terus menerus terhadap semua komponen rumah sakit, terutama dokter, untuk memahamkan bahwa pengisian rekam medis merupakan kewajiban yang harus dijalankan, (3) memberi sanksi bagi para dokter yang tidak mengisi berkas rekam medis.


(7)

ABSTRACT

This research based on the lower of filling the medical record by physician in General Hospital of Deli Serdang Lubuk Pakam. The preliminary survey of the 50 medical record randomly conducted on May 2009, the incomplete record were 45% mainly the summary (RM 8 form).

The research with survey method was conducted to analyze performance of phisician in filling the medical record, at General Hospital of Deli Serdang Lubuk Pakam in 2009. Population were all of physician General Hospital of Deli Serdang Lubuk Pakam as 47 persons. The sample were all the population. The data were collected using questioniare, intervew, and it analyzed by multi linear regrestion test.

The results of research indicated that the performance of physician in filling the medical record as 76,6% in bad category, as 23,4% in moderate category.

It is suggested that management of General Hospital of Deli Serdang Lubuk Pakam to : (1) evaluate the physician in filling the medical record, (2) to sozialize the whole component of hospital continually, mainly the physician to give them understanding that filling the medical record is obligation, (2) give sanction to physician who do not filling the medical record.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tesis yang berjudul “Kinerja Dokter dalam Pengisian Berkas Rekam Medik di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2009”.

Dalam proses penelitian dan penyusunan tesis ini penulis tidak terlepas dari bantuan, dukungan, bimbingan dan doa dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepada :

1. Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A (K), Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Surya Utama, MS, Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

4. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.


(9)

5. Prof.dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD,Sp.JP, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

6. dr. Djamaluddin Sambas, M.A.R.S, selaku Anggota Komisi Pembimbing

yang juga telah banyak meluangkan waktu dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

7. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes dan dr. Asmui Lubis, M.Kes, selaku

penguji tesis yang telah memberikan kritik dan masukan kepada penulis.

8. dr.Hj. Aida Harahap, M.A.R.S, selaku Direktur RSUD Deli Serdang Lubuk

Pakam beserta seluruh staf, yang telah memberikan izin dan bantuan bagi penulis sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

9. Teman-teman mahasiswa/i Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan Angkatan 2007 yang telah memberikan bantuan dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

10. Istriku tercinta Agustin Faika Amperawati dan anakku tersayang Ridho Auliansyah Pohan dan Annisa Rizki Ananda Pohan yang selalu mendoakan dan mendukung penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

11. Kedua orangtua, mertua dan saudara-saudaraku yang telah memberikan dukungan moril dan materil selama menjalani masa pendidikan.


(10)

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya yang telah banyak membantu penulis selama penyelesaian tesis ini.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan atas segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan tesis ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bertujuan untuk menyempurnakan tesis ini.

Mudah-mudahan tesis ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi yang membacanya.

Medan, Januari 2010 Penulis


(11)

RIWAYAT HIDUP

Khairil Anwar Pohan lahir pada tanggal 05 Agustus 1973 di Bakaran Batu Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara, berjenis kelamin Laki-laki, beragama Islam, bertempat tinggal di Taman Surya Harmoni B-17 Jln. Mesjid II Sekip Lubuk Pakam Deli Serdang Sumut Kode Pos 20517.

Riwayat Pendidikan, SD Negeri 104295 Sukadamai Kab. Sergai, Lulus Tahun 1986, SMP Negeri Sei Rampah Kab. Sergai, Lulus Tahun 1989, SPK Pemda Tebing Tinggi, Lulus Tahun 1992, Akper (Program Anestesi) Depkes. RI. Jakarta, Lulus Tahun 2000, Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan, Lulus Tahun 2007

Riwayat Pekerjaan, Sebagai Staf Fungsional di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2001 – sekarang


(12)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumah Sakit ... 9

2.2. Rekam Medis ... 10

2.2.1. Kegunaan Rekam Medis ... 12

2.2.2. Isi Rekam Medis... 15

2.3. Ringkasan Pulang... 17

2.4. Peran Dokter Dalam Pengisian Rekam Medik ... 18

2.5. Kinerja……….. 22

2.6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja ... 23

2.7. Kriteria Penilaian ... 26

2.8. Landasan Teori... 28

2.9. Kerangka Konsep Penelitian ... 29

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian... 30

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 30

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian……… 30

3.3.1. Populasi ... 30

3.3.2. Sampel... 31

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 31

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 31

3.6. Metode Pengukuran ... 32


(13)

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 32

4.2. Karakteristik Responden ... 37

4.2.1. Umur ... 37

4.2.2. Jenis Kelamin ... 38

4.2.3. Pendidikan... 38

4.2.4. Masa Kerja ... 38

4.3. Kinerja... 39

4.4. Hasil Wawancara……….. 41

4.4.1. Wawancara Dengan Direktur……….. 41

4.4.2. Wawancara dengan Dokter………. 42

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1. Kinerja Dokter Dalam Pengisian Rekam Medis ... 44

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 46

6.2. Saran... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47 LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

4.1. Distribusi Responden Menurut Umur ... 37

4.2. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin... 38

4.3. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan ... 38

4.4. Distribusi Responden Menurut Masa Kerja... 39

4.5. Uraian Kinerja Responden Dalam Pengisian Rekam Medis... 40


(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1 Variabel yang Memengaruhi Perilaku dan Kinerja... 29 2 Kerangka Konsep Penelitian ... 29 3. Bagan Organisasi RSUD ”Deli Serdang” ... 34


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 49 2. Surat Permohonan Izin Penelitian... 3. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ...


(17)

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi masih rendahnya pengisian berkas rekam medis yang dilaksanakan oleh para dokter di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam. Survai pendahuluan terhadap 50 berkas yang diperiksa secara acak pada Mei 2009, berkas yang tidak lengkap mencapai 45% terutama yang menyangkut ringkasan pulang (formulir RM 8).

Penelitian dengan jenis survei telah dilakukan untuk menganalisis kinerja dokter dalam pengisian berkas rekam medis di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam pada tahun 2009. Populasi adalah seluruh dokter yang bertugas di RSUD Deli Serdang dengan jumlah 47 orang. Seluruh populasi dijadikan sampel. Data dikumpulkan dalam menggunakan kuesioner, dan wawancara. Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan kinerja dokter dalam pengisian rekam medis sebanyak 76,6% dalam kategori buruk, selebihnya yakni 23,4% berada dalam kategori sedang.

Disarankan kepada managemen RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam untuk : (1) melakukan pengawasan dalam pengisian rekam medis terutama yang dilakukan oleh dokter, (2) melakukan sosialisasi terus menerus terhadap semua komponen rumah sakit, terutama dokter, untuk memahamkan bahwa pengisian rekam medis merupakan kewajiban yang harus dijalankan, (3) memberi sanksi bagi para dokter yang tidak mengisi berkas rekam medis.


(18)

ABSTRACT

This research based on the lower of filling the medical record by physician in General Hospital of Deli Serdang Lubuk Pakam. The preliminary survey of the 50 medical record randomly conducted on May 2009, the incomplete record were 45% mainly the summary (RM 8 form).

The research with survey method was conducted to analyze performance of phisician in filling the medical record, at General Hospital of Deli Serdang Lubuk Pakam in 2009. Population were all of physician General Hospital of Deli Serdang Lubuk Pakam as 47 persons. The sample were all the population. The data were collected using questioniare, intervew, and it analyzed by multi linear regrestion test.

The results of research indicated that the performance of physician in filling the medical record as 76,6% in bad category, as 23,4% in moderate category.

It is suggested that management of General Hospital of Deli Serdang Lubuk Pakam to : (1) evaluate the physician in filling the medical record, (2) to sozialize the whole component of hospital continually, mainly the physician to give them understanding that filling the medical record is obligation, (2) give sanction to physician who do not filling the medical record.


(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tuntutan akan pelayanan rumah sakit yang bermutu seiring dengan semakin baiknya kesadaran masyarakat tentang4 mutu, membuat rumah sakit sebagai pemberi pelayanan kesehatan harus meningkatkan pelayanannya dari berbagai aspek. Berbagai fakta menunjukkan, banyaknya warga Indonesia pergi ke luar negeri untuk berobat disebabkan pelayanan rumah sakit di Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat.

Sebagai gambaran, pada tahun 2004 jumlah warga Indonesia yang bepergian ke Melaka Malaysia untuk mendapatkan pengobatan mencapai 95,6% dari total jumlah pelancong kesehatan yang datang pada saat itu. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sumatera Utara menyatakan, sedikitnya 600 ribu masyarakat Indonesia berobat ke luar negeri, di mana 200 ribu orang di antaranya berasal dari Sumatera Utara (Bisnis Indonesia, 2006).

Salah satu aspek dalam pelayanan rumah sakit yang penting adalah rekam medis. Fenomena dalam perumahsakitan menunjukkan berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien tersebut, mutu pelaksanaannya masih rendah.


(20)

Rumah sakit sebagai organisasi publik yang terdiri dari beberapa tenaga dengan berbagai disiplin ilmu, diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu kepada masyarakat. Dalam era globalisasi seperti sekarang, mutu pelayanan sangat menentukan untuk memenangkan persaingan dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Mutu pelayanan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk tetap dapat menjaga keberadaan suatu rumah sakit (Elynar, 2008).

Rekam medik merupakan bukti tertulis tentang proses pelayanan yang diberikan oleh dokter dan tenaga kesehatan lainnya kepada pasien, yang merupakan cermin kerjasama lebih dari satu orang tenaga kesehatan untuk menyembuhkan pasien. Setiap staf rumah sakit perlu memahami pentingnya rekam medik dalam memberikan pelayanan kesehatan. Tinggi rendahnya mutu pelayanan kesehatan rumah sakit, antara lain dapat segera dilihat dengan lengkap tidaknya catatan pengobatan yang tercantum dalam rekam medik. Di samping itu adanya tuntutan masyarakat yang tidak hanya ingin tahu tentang hasil pelayanan kesehatan rumah sakit, tetapi juga kejelasan proses pelaksanaannya. Rekam medik dipergunakan sebagai bukti tertulis yang dapat dipertanggungjawabkan oleh dokter dan tenaga kesehatan lainnya (Djojodibroto, 1997).

Salah satu penggunaan sistim informasi manajemen (SIM) dalam rumah sakit adalah adanya rekam medis. Pelaksanaan rekam medis dalam rumah sakit merupakan hal yang sangat penting sebagai salah satu penunjang peningkatan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Hal ini dapat dilihat sebagai keuntungan rumah sakit dan juga bagi pasien yang berobat dalam hal efisiensi waktu dalam pelayanan kesehatan.


(21)

Selain itu, adanya rekam medis merupakan salah satu syarat untuk pelaksanaan akreditasi 5 pelayanan dasar suatu rumah sakit (Mishbahuddin, 2008).

Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, seorang dokter, dokter Spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis dalam melaksanakan praktik kedokteran atau kedokteran gigi wajib memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien. Oleh karena itu setiap dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis dalam melaksanakan praktik kedokteran atau kedokteran gigi wajib menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya, di mana dalam rangka pelaksanaan kegiatan tersebut dapat diselenggarakan audit medis. Pengertian audit medis adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan medis yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam medis yang dilaksanakan oleh profesi medis.

Kebijakan yang menguatkan tentang pelaksanaan rekam medis yang dilakukan dokter dan dokter gigi ini tertuang dalam Pasal 16 Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1419/Menkes/PER/X/2005. Pasal 16 menyebutkan bahwa dokter dan dokter gigi dalam pelaksanaan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis. Pada Pasal 18 diatur mengenai kewajiban dokter untuk menyimpan rahasia pasien terkait dengan pemeriksaan pasien, interprestasi penegakan diagnose dalam melakukan pengobatan termasuk segala sesuatu yang diperoleh dari tenaga kesehatan lainnya. Dengan adanya ketentuan tersebut maka siapapun yang bekerja di rumah


(22)

sakit, khususnya bagi mereka yang berhubungan dengan data rekam medis wajib memperhatikan ketentuan tersebut.

Kedisiplinan praktisi kesehatan dalam melengkapi informasi medis sesuai dengan jenis pelayanan yang telah diberikan kepada pasien merupakan kunci terlaksananya kegunaan rekam medis. Namun, masih banyak dokter dan perawat yang tidak mengisi rekam medis dengan benar, karena alasan terbatasnya waktu atau anggapan bahwa hanya penting untuk keperluan administrasi rumah sakit (Dewi, 1999).

Rekam medis menjadi penting karena berperan dalam pelaksanaan manajemen rumah sakit yang baik, terutama dalam meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. Rekam medis berperan sebagai media komunikasi antara dokter dan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Rekam medis mencatat atau memuat data tentang perawatan dan pengobatan yang telah diberikan. bagairnana dosis dan efeknya sehingga dapat menjadi bahan untuk merencanakan perawatan maupun pengobatan selanjutnya (Hanafiah dan Amir, 1999).

Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa pengisian rekam medis belum menjadi sesuatu yang dipatuhi secara baik. Menurut Awliya (2007), kelengkapan pengisian rekam medis di Rumah Sakit Pemerintah Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan sebesar 35 %; di Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta sebesar 63,8% (Hatta, 1994); penelitian Meliala (2004) di RS Sardjito Yogyakarta pada tahun 1990 menunjukkan kelengkapan rekarn medis pasien epilepsi mencapai 70 %. Dari data penelitian di atas menunjukkan bahwa pengisian rekam medis baik di rumah sakit


(23)

pemerintah maupun rumah sakit swasta masih jauh di bawah ketentuan standar Departemen Kesehatan yang menyatakan kelengkapan pengisian rekam medis adalah 100% (Depkes, 1997).

Survei Anggraini di RSUD dr. Djasamen Saragih (2007) mencatat, dari 100 sampel berkas yang diambilnya untuk dianalisis, sebanyak 34,1% berkas tidak diisi dengan lengkap, 59,3% tidak dikembalikan tepat waktu, dan 56,1% tidak diisi secara tepat. Penelitian yang dilakukan Purnamawati (2008) di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik menunjukkan, ketidaklengkapan rekam medis yang masih tinggi di RS tersebut antara lain disebabkan ketidaksesuaian penulisan diagnosa waktu masuk dan diagnosa pada saat keluar, nama dan tanda tangan dokter tidak tercantum. Penelitian lainnya yang dilakukan Kusumastuti (2006) di RSU PTPN. II Tembakau Deli Medan menunjukkan bahwa ketidaklengkapan pengisian formulir tentang Persetujuan Tindakan Medis (PTM) masih tinggi.

Fakta-fakta di atas menunjukkan kinerja orang-orang yang terlibat dalam pengisian rekam medis masih perlu ditingkatkan. Salah satu komponen yang memegang peranan penting dalam pengisian rekam medis, sesuai dengan amanat UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/ Menkes/ Per/III/ 2008 tentang Rekam Medis, adalah dokter dan dokter gigi. Permenkes RI No. 269 ini menggantikan Permenkes sebelumnya, yakni No. 749a / Menkes/ Per/ XII/ 1989 tentang Rekam Medis.

Dalam pasal 5 Permenkes No. 269/ 2008 dinyatakan bahwa setiap dokter dan dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis.


(24)

Pembuatan rekam medis dilaksanakan melalui pencatatan dan pendokumentasian hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Pada pasal 6 dinyatakan bahwa dokter, dokter gigi dan/ atau tenaga kesehatan tertentu bertanggung jawab atas catatan dan/atau dokumen yang dibuat pada rekam medis.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang Lubuk Pakam merupakan rumah sakit pemerintah kelas B di Deli Serdang yang saat ini berfungsi sebagai Pusat Rujukan Pelayanan. Rumah sakit Deli Serdang saat ini sudah terakreditasi dengan 12 program pelayanan. Dalam pelaksanaan pelayanan rekam medisnya, meski sudah dilakukan berbagai upaya perbaikan secara terus menerus, namun masih juga ditemukan ketidaklengkapan, termasuk yang menyangkut kelengkapan isi dari berkas rekam medis.

Kelengkapan rekam medis dan ketepatan waktu pengembaliannya masih menjadi persoalan bukan hanya di negara berkembang, namun di negara maju pun keadaan ini masih sering dijumpai. Fenomena ini terjadi di Korea, seperti di 11 rumah sakit tersier yang sangat jatuh dari ideal. Organisasi pelayanan Kesehatan Inggirs melalui The Audit Commission on National Health Service menyimpulkan adanya defisisensi yang serius dalam pengelolaan rekam medis mulai pengisian sampai dengan penyimpanan (Meliala, 2004).

Ketidaklengkapan dan ketidaktepatan, dalam pengisian rekam medis memberikan dampak yang tidak baik proses pelayanan kesehatan kepada pasien, karena waktu untuk proses pendaftaran sampai dilakukan tindakan medik menjadi


(25)

lama. Di samping itu analisis terhadap riwayat penyakit terdahulu serta tindakan medik yang telah dilakukan sebelumnya tidak dapat dilakukan secara baik, karena tidak lengkapnya data pada rekam medis pasien

Hasil survey pendahuluan di RSUD Deli Serdang yang dilakukan penulis pada bulan Mei tahun 2009 menunjukkan masih banyak dijumpai berkas yang tidak lengkap pengisiannya, terutama yang terkait dengan formulir yang seharusnya diisi oleh dokter, yakni ringkasan pulang (Formulir RM 8). Sesuai dengan Pasal 4 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/ Menkes/ Per/III/ 2008 tentang Rekam Medis, ringkasan pulang harus dibuat oleh dokter atau dokter gigi yang melakukan perawatan pasien. Isi ringkasan pulang sebagaimana dimaksud sekurang-kurangnya memuat : identitas pasien, diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat, ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis akhir, pengobatan dan tindak lanjut, serta nama dan tanda tangan dokter atau dokter gigi yang memberikan pelayanan kesehatan. Dari 50 berkas yang diperiksa secara acak, berkas yang tidak lengkap mencapai 45%, terutama yang menyangkut ringkasan pulang.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti hendak melakukan penelitian berkaitan dengan kinerja dokter dan dokter gigi dalam pengisian berkas rekam medis yang menjadi tanggung jawabnya di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.


(26)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian adalah bagaimana kinerja dokter dan dokter gigi di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam dalam pengisian berkas rekam medis.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja dokter dan dokter gigi dalam pengisian berkas rekam medis di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.

1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan kepada pihak RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam, untuk membuat kebijakan dalam meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dan meningkatkan kinerja dokter dan dokter gigi dalam pengisian berkas rekam medis.

2. Bagi Akademisi

Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya. 3. Bagi Peneliti

Sebagai pengembangan wawasan keilmuan dan wacana untuk penelitian tentang rekam medis di rumah sakit.


(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rumah Sakit

Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian (PerMenKes No. 159 b/ Menkes/ PER/ II/ 1988 tentang Rumah Sakit). Rumah sakit bertugas melaksanakan pelayanan kesehatan dengan mengutamakan kegiatan penyembuhan penderita dan pemulihan keadaan cacat badan dan jiwa yang dilaksanakan secara terpadu dengan upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif) serta melaksanakan upaya rujukan.

Adapun yang menjadi fungsi rumah sakit adalah : (a) menyediakan dan menyelenggarakan : pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan perawatan, pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan, (b) sebagai tempat pendidikan dan atau latihan tenaga medik dan paramedik, dan (c) sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan.

Dalam menjalankan fungsinya, pencatatan proses pelayanan kepada pasien merupakan aktivitas yang melekat dalam setiap kegiatan pelayanan di rumah sakit. Pencatatan yang saat ini dikenal dengan rekam medis, merupakan aktivitas yang sangat penting untuk mengingatkan kembali dokter dan keadaan, hasil pemeriksaan dan pengobatan yang telah diberikan bila pasien datang kembali untuk berobat ulang. Sejalan dengan perkembangan, peranan rekam medis tidak lagi terbatas pada asumsi


(28)

yang digunakan, lebih luas dari sekadar catatan atau jembatan untuk mengingat kembali (Hanafiah dan Amir, 1999).

2.2. Rekam Medis

Rekam medis merupakan kumpulan fakta tentang kehidupan seseorang dan riwayat penyakitnya, termasuk keadaan sakit, pengobatan saat ini dan saat lampau yang ditulis oleh para praktisi kesehatan dalam upaya mereka memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien (Hatta, 2003).

Menurut Hanafiah dan Amir (1999), rekam medis adalah kumpulan keterangan tentang identitas, hasil anamnesis, pemeriksaan dan catatan segala kegiatan para pelayan kesehatan atas pasien dari waktu ke waktu. Catatan ini dapat berupa tulisan maupun gambar, rekaman elektronik seperti komputer, mikrofilm dan rekaman suara.

Secara sederhana pengertian rekam medis adalah kumpulan keterangan tentang identitas, hasil anamnesis, pemeriksaan dan catatan segala kegiatan para petugas kesehatan atas pasien dari waktu ke waktu. Dalam PERMENKES No. 269/MenKes/PER/III/2008 tentang rekam medis disebut pengertian rekam medis adalah: berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan.

Untuk mendapatkan catatan data medis yang baik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh dokter dan ahli-ahli dibidang kesehatan lainnya, yaitu


(29)

mencatat data secara tepat waktu, mencatat data yang up to date, mencatat data secara cermat dan lengkap, membuat catatan yang dapat dipercaya dan menurut kenyataan, memilih data yang berkaitan dengan masalahnya, dan mencatat data secara obyektif (Samil, 1994).

Sesuai dengan Pasal 5 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/ Menkes/ Per/III/ 2008 tersebut dinyatakan, setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis, setelah pasien menerima pelayanan. Pembuatan rekam medis dilaksanakan melalui pencatatan dan pendokumentasian hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Setiap pencatatan ke dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu dan tanda tangan dokter; dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan secara langsung. Selanjutnya pada Pasal 6 dikatakan, dokter, dokter gigi dan/ atau tenaga kesehatan tertentu bertanggung jawab atas catatan dan/ atau dokumen yang dibuat pada rekam medis.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/ Menkes/ Per/ III/ 2008 merupakan peraturan pelaksana dari UU RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Berdasarkan UU tersebut, dokter dan dokter gigi diwajibkan membuat rekam medis dengan sanksi pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp 50 juta jika tidak mengindahkannya dengan sengaja.


(30)

2.2.1 Kegunaan Rekam Medis

Menurut Hanafiah dan Amir (1999), ada delapan kegunaan rekam medis di rumah sakit yang disebut sebagai CIALFRED, yaitu:

C : Comunication use

Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang ikut ambil bagian dalam memberi pelayanan, pengobatan dan perawatan pasien. I : Information use

Merupakan dasar untuk perencanaan pengobatan dan perawatan yang harus diberikan kepada pasien. Segala instruksi kepada perawat atau komunikasi sesama dokter ditulis agar rencana pengobatan dapat dilaksanakan.

A : Administrative use

Adanya nilai administrasi dalam suatu rekam medis dikarenakan bahwa isinya menyangkut tindakan-tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dengan paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.

L : Legal use

Hal ini menyangkut masalah adanya jaminan kesehatan hukum (legal) atas dasar keadilan dalam rangka usaha menegakkan serta persediaan bahan tanda bukti untuk menegakkan keadilan.

F : Financial use

Rekam medis ini mempunyai nilai keuangan (financial) karena isinya dapat dijadikan sebagai bahan untuk menetapkan biaya pembayaran pelayanan medis di


(31)

rumah sakit, tanpa adanya catatan tindakan pelayanan maka pembayaran tidak dapat dipertanggungjawabkan.

R : Research use

Nilai penelitian dalam suatu berkas rekam medis dikarenakan bahwa isinya mengandung data atau informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.

F : Education use

Suatu berkas rekam medis yang mempunyai nilai pendidikan adalah isinya menyangkut data atau informasi tentang perkembangan kronologis dari kegiatan pelayanan medik yang diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan referensi pengajaran dibidang profesi bagi si pemakai.

D : Documentary use

Nilai dokurnentasi dalam rekam medis ini berdasarkan isi yang menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai bahan pertanggungjawaban dan pelaporan rumah sakit.

Adapun tujuan utama dari Rekam Medis terbagi dalam 5 (lima) kepentingan, yaitu :

1. Pasien, rekam kesehatan merupakan alat bukti utama yang mampu

membenarkan adanya pasien dengan identitas yang jelas dan telah mendapatkan berbagai pemeriksaan dan pengobatan di sarana pelayanan kesehatan dengan segala hasil serta konsekuensi biayanya.


(32)

2. Pelayanan pasien, rekam kesehatan mendokumentasikan pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan, penunjang medis dan tenaga lain yang bekerja dalam berbagai fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan demikian rekaman itu membantu pengambilan keputusan tentang terapi, tindakan, dan penentuan diagnosis pasien. Rekam medis juga sebagai sarana komunikasi antartenaga lain yang sama-sama terlibat dalam menangani dan merawat pasien. Rekaman yang rinci dan bermanfaat menjadi alat penting dalam menilai dan mengelola risiko manajemen. Selain itu rekam medis setiap pasien juga berfungsi sebagai tanda bukti sah yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Oleh karena itu rekam medis yang lengkap harus setiap saat tersedia dan berisi data/ informasi tentang pemberian pelayanan kesehatan secara jelas.

3. Manajemen pelayanan, rekam medis yang lengkap memuat segala aktivitas

yang terjadi dalam manajemen pelayanan sehingga digunakan dalam menganalisis berbagai penyakit, menyusun pedoman praktik, serta untuk mengevaluasi mutu pelayanan yang diberikan.

4. Menunjang pelayanan, rekam medis yang rinci akan mampu menjelaskan

aktivitas yang berkaitan dengan penanganan sumber-sumber yang ada pada organisasi pelayanan di RS, menganalisis kecenderungan yang terjadi dan mengomunikasikan informasi di antara klinik yang berbeda.

5. Pembiayaan, rekam medis yang akurat mencatat segala pemberian pelayanan


(33)

pembayaran yang harus dibayar, baik secara tunai atau melalui asuransi.

2.2.2 Isi Rekam Medis

Menurut Hanafiah dan Amir (1999), di rumah sakit ada 2 jenis rekam medis : yakni rekam medis untuk pasien rawat jalan, dan rekam medis untuk pasien rawat inap. Namun dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/ Menkes/ Per/III/ 2008 tentang Rekam Medis, selain dua jenis rekam medis tersebut, ada rekam medis untuk pasien gawat darurat.

Isi rekam medis untuk pasien rawat jalan sekurang-kurangnya memuat : a. Identitas pasien;

b. Tanggal dan waktu;

c. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat

penyakit;

d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik; e. Diagnosis;

f. Rencana penatalaksanaan; g. Pengobatan dan/atau tindakan;

h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien;

i. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik; dan j. Persetujuan tindakan bila diperlukan.

Adapun isi rekam medis untuk pasien rawat inap dan perawatan satu hari sekurang-kurangnya memuat :


(34)

a. Identitas pasien; b. Tanggal dan waktu;

c. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat

penyakit;

d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik; e. Diagnosis;

f. Rencana penatalaksanaan; g. Pengobatan dan/atau tindakan; h. Persetujuan tindakan bila diperlukan;

i. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan; j. Ringkasan pulang (discharge summary)

k. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan;

l. Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu; dan m. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik.

Selanjutnya isi rekam medis untuk pasien gawat darurat, sekurang-kurangnya memuat :

a. Identitas pasien;

b. Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan; c. Identitas pengantar pasien;

d. Tanggal dan waktu;


(35)

penyakit;

f. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik; g. Diagnosis;

h. Pengobatan dan/ atau tindakan;

i. Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit gawat

darurat dan rencana tindak lanjut;

j. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan;

k. Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan dipindahkan ke

sarana pelayanan kesehatan lain; dan

l. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

2.3. Ringkasan Pulang

Ringkasan pulang merupakan ringkasan dari seluruh masa perawatan dan pengobatan pasien sebagaimana yang telah diupayakan oleh para tenaga kesehatan dan pihak terkait (Hatta, 2008). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/ Menkes/ Per/III/ 2008, ringkasan pulang dibuat oleh dokter atau dokter gigi yang melakukan perawatan pasien. Isi ringkasan pulang sekurang-kurangnya memuat:

a. Identitas pasien;

b. Diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat;


(36)

d. Nama dan tanda tangan dokter atau dokter gigi yang memberikan pelayanan. Kegunaan dari ringkasan riwayat pulang (Hatta, 2008), adalah untuk :

1. Menjaga kelangsungan perawatan di kemudian hari dengan memberikan

tembusannya kepada dokter utama pasien, dokter yang merujuk dan konsultan yang membutuhkan.

2. Memberikan informasi untuk menunjang kegiatan komite telaahan staf medis

3. Memberikan informasi kepada pihak ketiga yang berwenang

4. Memberikan informasi kepada pihak pengirim pasien ke RS.

2.4. Peran Dokter Dalam Pengisian Rekam Medik

Tanggung jawab utama akan kelengkapan rekam medis terletak pada dokter yang merawat. Tanpa memperdulikan ada atau tidaknya bantuan yang diberikan kepadanya dalam melengkapi rekam medis dan staf lain di rumah sakit, dia mengemban tanggung jawab terakhir akan kelengkapan dan kebenaran isi rekam medis. Disamping itu untuk mencatat beberapa keterangan medis seperti riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan ringkasan keluar (resume), kemungkinan bisa dilegalisikan pada co assisten, asisten ahli, atau dokter lainnya (Samil 1994).

Data ini harus dipelajari kembali, dikoreksi dan ditandatangani juga oleh dokter yang merawat. Pada saat ini banyak rumah sakit, menyediakan staf bagi dokter untuk melengkapi rekam medis, namun demikian tanggung jawab utama dan isi rekam medis tetap berada padanya. Nilai ilmiah dari suatu rekam medis adalah


(37)

sesuai dengan taraf pengobatan dan perawatan yang tercatat. Oleh karena itu ditinjau dan beberapa segi, rekam medis sangat bernilai penting karena :

1. Bagi pasien, untuk kepentingan penyakitnya di masa sekarang maupun di masa

yang akan datang.

2. Dapat melindungi rumah sakit maupun dokter dalam segi hukum (medicolegal).

Bilamana rekam medis tidak lengkap dan tidak benar, maka kemungkinan akan merugikan bagi pasien, rumah sakit maupun dokter sendiri.

3. Dapat digunakan untuk penelitian medik maupun administratif. Personil rekam

medis hanya dapat mempergunakan data yang diberikan kepadanya.

Bilamana diagnosanya tidak benar dan tidak lengkap maka kode penyakit pun tidak tepat, sehingga indeks penyakit mencerminkan kekurangannya, hal ini berakibat riset akan mengalami kesulitan. Oleh karena itu data statistik dan laporan hanya dapat secermat informasi dasar yang benar (Depkes RI, 1997).

Formulir yang digunakan biasanya dalam bentuk kartu pemeriksaan pasien, anamnese, diagnosa dan tindakan yang dilakukan terhadap pasien, tetapi dicatat di dalam kartu tersebut. Untuk rawat jalan perlu di dalam lembar ringkasan poliklinik yang lazim disebut identitas dan ringkasan poliklinik. Lembaran ini sebagai dasar dalam menyiapkan kartu identitas utama pasien (KIUP) yang berisi data pasien serta ringkasan poliklinik (Basbeth, 2005).

Rekam medis adalah catatan atau berkas yang mengandung informasi tentang penyakit dan pengobatan pasien yang ditujukan untuk menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Rekam medis adalah milik institusi kesehatan yang


(38)

membuatnya dan disimpan oleh institusi pelayanan kesehatan tersebut. Disamping kerahasiaannya serta dapat digunakan sebagai alat bukti hukum apabila terdapat penyimpangan dalam pelayanan kesehatan (Samil, 1994).

Menurut Hanafiah dan Amir (1999), akhir-akhir ini keluhan masyarakat terhadap para dokter makin sering terdengar, antara lain mengenai kurangnya waktu dokter yang disediakan untuk pasiennya, kurang lancarnya komunikasi, kurangnya informasi yang diberikan dokter kepada pasien atau keluarganya, tingginya biaya pengobatan dan sebagainya. Hal ini disebabkan meningkatnya taraf pendidikan dan kesadaran hukum masyarakat, dimana masyarakat lebih menyadari akan haknya seiring dengan munculnya kepermukaan masalah-masalah hak asasi manusia diseluruh dunia, Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) sekarang ini hanya berisi kewajiban-kewajiban dokter dan belum memuat hak dokter, demikian juga belum memuat semua hak dan kewajiban pasien.

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) lahir untuk memperoleh perlindungan atas kerugian yang diderita atas transaksi suatu barang dan jasa. UUPK menjamin adanya kepastian hukum bagi konsumen. Tujuan dan undang-undang tersebut adalah:

1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk

melindungi diri.

2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari


(39)

3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen.

4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian

hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.

5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan

konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha.

Dalam pedoman pengolahan rekam medis rumah sakit di Indonesia disebutkan bahwa rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan yang melakukan pelayanan rawat jalan maupun inap, wajib membuat atau mengisi rekam medis. Petugas yang membuat atau mengisi rekam medis adalah dokter dan tenaga kesehatan lainnya meliputi:

1. Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang

melayani pasien di rumah sakit.

2. Dokter tamu yang merawat pasien rumah sakit.

3. Residen yang sedang melaksanakan kepaniteraan klinik.

4. Tenaga para medis keperawatan dan tenaga para medis non keperawatan yang

langsung terlibat di dalam diantara lain perawat, perawat gigi, bidan, tenaga laboratorium klinik, gizi, anestesi, penata roentgen, rehabilitasi medis dan lain sebagainya.

5. Dalam hal kedokteran luar negeri melakukan alih teknologi kedokteran, yang


(40)

adalah dokter yang ditujukan oleh direktur rumah sakit (Departemen Kesehatan RI, 1997).

2.5. Kinerja

Kinerja adalah penampilan hasil karya personil, baik secara kualitas maupun kuantitas dalam suatu organisasi (Ilyas, 2001). Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personil. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personil yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan personil di dalam organisasi.

Kinerja menurut Mulyadi yang dikutip Srimindarti (2006), kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan beberapa pengertian kinerja tersebut dapat dijelaskan bahwa kinerja merupakan suatu istilah umum, yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dan suatu organisasi, pada suatu periode dengan referensi pada sejumlah standar, seperti biaya-biaya masa lalu atau yang diproyeksikan, dengan dasar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen.

Menurut Robbins (1996), kinerja merupakan fungsi interaksi antara kemampuan atau ability (A), motivasi atau motivation (M) dan kesempatan atau opportunity (0). Donnelly, Gibson, dan Ivancevich (1994) mengatakan kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan


(41)

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.

Tentang kinerja (Veithzal, 2005), mengatakan kinerja adalah prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya sesuai dengan standar dan kriteria yang ditetapkan untuk pekerjaan itu. Veithzal (2005) selanjutnya mengatakan, kinerja mempunyai empat aspek, yaitu : (1) kemampuan; (2) penerimaan tujuan perusahaan; (3) tingkatan tujuan yang dicapai; dan (4) interaksi antara tujuan dan kemampuan para karyawan, di mana masing-masing elemen tersebut berpengaruh terhadap kinerja seseorang. Seorang karyawan tidak akan mampu bekerja dengan baik jika tidak memiliki kemampuan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut. Meskipun pekerjaan itu dapat selesai dikerjakan, namun tidak membuahkan hasil yang memuaskan.

2.6. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja

Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, tapi berhubungan dengan faktor-faktor lainnya seperti kepuasan kerja, tingkat imbalan, keterampilan, kemampuan dan sifat-sifat individu. Menurut Donnely, Gibson dan Ivancevich (1994), kinerja individu pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor-faktor : (a) harapan mengenai imbalan; (b) dorongan; (c) kemampuan; kebutuhan dan sifat; (d) persepsi terhadap tugas; (e) imbalan internal dan eksternal; (f) persepsi terhadap tingkat imbalan dan kepuasan kerja.


(42)

Menurut Veithzal (2005), kinerja individu juga dipengaruhi oleh kepuasan kerja, yakni perasaan individu terhadap pekerjaannya. Perasaan ini berupa suatu hasil penilaian mengenai seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan mampu memuaskan kebutuhannya. Kepuasan tersebut berhubungan dengan faktor-faktor individu, yakni : (a) kepribadian seperti aktualisasi diri, kemampuan menghadapi tantangan, kemampuan menghadapi tekanan, (b) status dan senioritas, makin tinggi hirarkhis di dalam perusahaan lebih mudah individu tersebut untuk puas; (c) kecocokan dengan minat, semakin cocok minat individu semakin tinggi kepuasan kerjanya; (d) kepuasan individu dalam hidupnya, yaitu individu yang mempunyai kepuasan yang tinggi terhadap elemen-elemen kehidupannya yang tidak berhubungan dengan kerja, biasanya akan mempunyai kepuasan kerja yang tinggi. Selanjutnya Veitzhal (2005) menyatakan, bahwa faktor-faktor yang menanda kinerja adalah hasil ketentuan : (1) kebutuhan yang dibuat pekerja; (2) tujuan yang khusus; (3) kemampuan; (4) kompleksitas; (5) komitmen, (6) umpan balik; (7) situasi; (8) pembatasan; (9) perhatian pada setiap kegiatan; (10) usaha; (11) ketekunan; (12) ketaatan; (13) kesediaan untuk berkorban; dan (14) memiliki standar yang jelas. Adapun menurut Timple (Mangkunegara, 2005), kinerja seseorang dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Faktor internal menyangkut sifat-sifat seseorang, seperti kemampuan, sedangkan faktor eksternal menyangkut segala sesuatu yang berasal dari lingkungan, seperti : perilaku, sikap, dan tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim organisasi.


(43)

Menurut Simanjuntak (2005), kinerja setiap orang dipengaruhi oleh banyak faktor yang dapat digolongkan pada 3 kelompok, yaitu :

1. Kompetensi individu, kemampuan dan keterampilan melakukan pekerjaan,

dimana kompetensi individu ini dipengaruhi oleh kemampaun dan keterampilan kerja, motivasi dan etos kerja.

2. Dukungan organisasi, dimana kinerja setiap orang juga tergantung pada

dukungan organisasi dalam bentuk pengorganisasian, penyediaan sarana dan prasarana kerja, pemilihan teknologi, kenyamanan lingkungan kerja, serta kondisi dan syarat kerja.

3. Dukungan manajemen, dimana kinerja perusahaan dan kinerja setiap orang

sangat tergantung pada kemampuan manajerial para manajer atau pimpinan, baik dengan menumbuhkan sistem kerja dan hubungan industrial yang aman dan harmonis, maupun dengan mengembangkan kompetensi pekerja, demikian juga dengan menumbuhkan motivasi dan memobilisasi seluruh karyawan untuk bekerja secara optimal.

Tujuan umum manajemen kinerja adalah untuk menciptakan budaya para individu dan kelompok dalam memikul tanggung jawab, bagi usaha peningkatan proses kerja dan kemampuan yang berkesinambungan (Darma, 2009).

Robbins (1996) mengatakan bahwa kinerja merupakan fungsi dari kemampuan, motivasi dan kesempatan. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja ditentukan oleh faktor-faktor kemampuan, motivasi dan kesempatan.


(44)

Menurut Gibson et al (2003), faktor-faktor individual yang mempengaruhi kinerja meliputi kemampuan fisik, kemampuan mental (inteligensi) dan keterampilan, faktor demografis (misal umur, jenis kelamin, ras, etnik dan budaya) serta variabel-variabel psikologis (persepsi, atribusi, sikap dan kepribadian). Variabel lingkungan pekerjaan (job design, peraturan dan kebijakan, kepemimpinan, sumber daya, penghargaan serta sanksi) dan non pekerjaan (keluarga, keadaan ekonomi serta hobbi) juga berpengaruh pada perilaku bekerja yang akhirnya membentuk kinerja seseorang.

2.7. Kriteria penilaian kinerja

Menurut Ilyas (1999), penilaian kinerja merupakan suatu evaluasi terhadap penampilan kerja personil dengan membandingkannya kepada standar baku penampilan. Melalui penilaian yang dilakukan, penilai dapat mengetahui apakah pekerjaan yang dilaksanakan sudah sesuai dengan uraian tugas sebagai tolok ukur penilaian.

Ilyas (1999) mengatakan suatu kegiatan penilaian kinerja harus didasarkan pada perilaku personil yang berkaitan dengan pekerjaan serta hasil yang diharapkan dari proses pekerjaan itu. Suatu perusahaan atau organisasi menuntut setiap personil untuk bekerja keras sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pada penilaian kinerja, sifat-sifat pekerja, karakter dan kepribadian personil yang memang sifatnya unik dan sangat pribadi tidak dimasukkan dalam kriteria penilaian.

Robbins (2001) mengatakan tiga kriteria yang paling umum dalam mengevaluasi kinerja, yaitu hasil kerja per orangan, perilaku dan sifat :


(45)

a. Hasil kerja seorang pekerja dilihat jika pada suatu pekerjaan mengutamakan hasil akhir, misal volume penjualan, biaya per unit produksi dan sebagainya.

b. Perilaku. Penilaian perilaku dilakukan bila terdapat kesulitan untuk

mengidentifikasi hasil tertentu sebagai hasil langsung dari kegiatan seorang pekerja. Hal ini terutama pada pekerja sebagai bagian dari kelompok kerja.

c. Sifat. Merupakan bagian yang paling lemah dari kriteria penilaian kinerja, sebab akhirnya sering dihilangkan dari kinerja aktual dari pekerjaan itu sendiri. Sifat-sifat yang dinilai seperti sikap yang baik, rasa percaya diri, inisiatif, loyalitas dan lainnya.

Menurut para ahli (Robbins, 2001), penilaian kinerja dapat dilaksanakan oleh berbagai pihak, yaitu:

1. Atasan langsung. Penilaian atasan langsung terhadap bawahannya merupakan

cara yang paling banyak dilaksanakan pada suatu organisasi. Namun banyak juga organisasi yang merasa penilaian tersebut mengandung kecacatan, karena ada atasan langsung yang enggan sebagai penentu dari karir bawahannya. 2. Rekan kerja. Merupakan salah satu sumber paling handal dari data penilaian,

karena interaksi yang terjadi menyebabkan rekan sekerja mengenal secara menyeluruh kinerja seorang karyawan. Penilaian dari rekan sekerja sering berguna bagi penilaian kinerja pekerja profesional seperti perawat, pengacara dan guru besar. Kelemahan dari penilai ini adalah rekan sekerja tidak bersedia untuk saling menilai, dan hasil yang bias karena prasangka ataupun disebabkan hubungan persahabatan.


(46)

3. Diri sendiri. Penilaian diri sendiri cenderung mengurangi kedefensifan para karyawan mengenai proses penilaian. Kelemahan cara penilaian diri sendiri adalah hasil penilaian yang sangat dibesar-besarkan, serta hasil penilaian diri sendiri dengan penilaian oleh atasan seringkali tidak cocok. Penilaian cara ini berguna sebagai bagian dari konseling kinerja ataupun feedback dari atasan terhadap bawahan, jadi lebih berguna untuk pengembangan, bukan untuk maksud evaluatif.

4. Bawahan langsung. Evaluasi bawahan langsung dapat memberikan informasi

yang tepat dan rinci mengenai perilaku seorang manajer, karena penilai mempunyai kontak yang erat dengan yang dinilai. Kelemahan cara ini adalah rasa takut bawahan terhadap pembalasan dari atasan yang dinilai.

5. Penilaian 360 derajat. Merupakan penilaian kinerja menyeluruh dari segala arah, sehingga seorang pekerja mendapat feedback dari berbagai sumber, yaitu dari atasan langsung, dari rekan sekerja, dari bawahan, penilaian diri sendiri dan dari pelanggan baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal.

2.8 Landasan Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, maka untuk keperluan penelitian ini maka teori yang digunakan adalah teori kinerja yang dikemukakan Gibson.


(47)

Variabel Psikologis Persepsi Sikap Kepribadian Belajar Motivasi Perilaku Individu

(apa yang dikerjakan orang) Kinerja

(hasil yang diharapkan)

Variabel Organisasi Sumber Daya Kepemimpinan Imbalan Struktur

Desain Pekerjaan

Sumber: Gibson, et al (1997)

Gambar 1: Variabel yang Memengaruhi Perilaku dan Kinerja Variabel Individu

Kemampuan dan Keterampilan Mental Fisik Latar Belakang Keluarga Tingkat Sosial Pengalaman Demografis Umur Asal-usul Jenis kelamin

2.9. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka teori yang digunakan, maka peneliti menyusun kerangka konsep penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini, sebagaimana tertuang dalam Gambar 3.

Kelengkapan Pengisian Rekam Medis Kinerja dokter dalam pengisian berkas rekam medis


(48)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survey deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan kinerja dokter dan dokter gigi dalam pengisian berkas rekam medis. Menurut Singarimbun dan Sofian (1989), penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk melakukan pengukuran dengan cermat fenomena sosial tertentu.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian direncanakan berlangsung pada Mei 2009 di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan kenyataan yang diperoleh dari survai pendahuluan bahwa pengisian rekam medis masih banyak yang belum lengkap.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi

Populasi adalah seluruh tenaga dokter (dokter spesialis, dokter umum, dan dokter gigi) yang terdapat di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam, yang jumlahnya mencapai 47 orang.


(49)

3.3.2. Sampel

Semua populasi dalam penelitian ini dijadikan sampel, sehingga teknik samplingnya adalah total sampling.

3.4. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer, dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara. Dalam mengukur

kinerja dokter dalam pengisian rekam medis, peneliti melakukan pengamatan terhadap berkas rekam medis yang diisi oleh dokter yang bersangkutan.

2. Data Sekunder, dikumpulkan dari RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini yakni kinerja adalah hasil kerja dokter dalam pengisian berkas rekam medis sesuai yang ditetapkan RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam, meliputi : kuantitas dan kualitas pengisian rekam medis.


(50)

3.6 Metode Pengukuran

Variabel kinerja dikatakan baik jika total skor responden berada dalam kisaran 19 – 25, sedang jika total skor berada dalam kisaran 12 – 18, sedangkan buruk jika berada dalam kisaran 5 – 11.

3.7 Metode Analisis Data

Data dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif. Hasilnya disampaikan dengan menggunakan tabulasi.


(51)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah “Deli Serdang” terletak di Kota Lubuk Pakam, ibu kota Kabupaten “Deli Serdang”. Rumah sakit ini sebelumnya bernama RSU Lubuk Pakam yang awal pembangunannya pada tahun 1958 berstatus Rumah Sakit Pembantu. Berdasarkan SK Menkes RI No. 81/Menkes/SK/ 1979, rumah sakit ini kemudian menjadi rumah sakit umum kelas D. Selanjutnya, berdasarkan SK Menkes RI No. 303/Menkes/SK/IV/1987 ditingkatkan lagi statusnya menjadi rumah sakit umum kelas C.

Saat ini Rumah Sakit Umum Daerah “Deli Serdang” Lubuk Pakam, sebagai satu-satunya rumah sakit umum milik pemerintah Kabupaten “Deli Serdang”, merupakan pusat rujukan pelayanan, dengan status kelas C plus. Berdasarkan Perda Kabupaten “Deli Serdang” No. 16 Tahun 2002, tanggal 15 April 2002 berkedudukan sebagai lembaga teknis daerah yang berbentuk badan, dengan sebutan Badan Pelayanan Rujukan Rumah Sakit Umum Daerah “Deli Serdang” yang dikuatkan Surat Keputusan Bupati “Deli Serdang”, No. 264 tahun 2002, tanggal 1 Mei 2002 tentang Pelaksanaan Perda Kabupaten “Deli Serdang” No. 16/ 2002.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, RSUD “Deli Serdang” Lubuk Pakam dipimpin oleh seorang Kepala Badan dibantu 1 orang sekretaris, empat kepala bidang,


(52)

15 Sub. Bidang dan Sub. Bagian, didukung oleh 12 jenis tenaga spesialis, dengan total pegawai 236 orang.

Gambar 4. Bagan Organisasi RSUD ”Deli Serdang”

RSUD “Deli Serdang” mempunyai wilayah kerja efektif di 14 kecamatan dari 22 kecamatan yang ada di Kabupaten “Deli Serdang”, yakni : Kecamatan Lubuk Pakam, Kecamatan Tanjung Morawa, Kecamatan Batang Kuis, Kecamatan Pantai Labu, Kecamatan Galang, Kecamatan Pagar Merbau, Kecamatan Deli Tua, Kecamatan Gunung Meriah, Kecamatan STM Hilir, Kecamatan STM Hulu, Kecamatan Patumbak, Kecamatan Namo Rambe, Kecamatan Kotarih, Kecamatan Bangun Purba.


(53)

Visi RSUD “Deli Serdang” adalah : ”Pelayanan yang unggul dalam mutu, prima dalam pelayanan dan menjadi pusat rujukan pelayanan kesehatan yang paripurna dan proaktif untuk terwujudnya masyarakat sehat 2010. Adapun misinya adalah : (1) Memberikan pelayanan yang profesional, terjangkau, mudah, serta bertanggung jawab, (2) Mengembangkan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM maupun sarana prasarana sesuai kebutuhan secara universal terarah dan berkesinambungan, (3) Mengembangkan sistem administrasi, informasi dan komunikasi serta pengelolaan data dan pelaporan secara cepat dan akurat, (4) Membina dan mengembangkan hubungan kerjasama sektor pelayanan kesehatan, pendidikan, penelitian, dan lingkungan dengan instansi, perusahaan, lembaga pendidikan serta lembaga sosial lainnya, (5) Meningkatkan serta mengembangkan sistem manajemen yang transparan, akomodatif dan responsif.

Kebijakan dan prioritas progam RSUD “Deli Serdang” adalah : (1) peningkatan mutu pelayanan, (2) peningkatan kualitas tenaga dalam bentuk pemberian peluang dan kemudahan untuk mengikuti diklat, seminar, pelatihan, simposium dan lainnya maupun melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, (3) peningkatan dan pemantapan sistem pengelolaan administrasi & manajemen, (4) peningkatan kesejahteraan pegawai melalui jasa medik, jasa pelayanan dan memberikan reward bagi pegawai yang berprestasi, (5) peningkatan Sistem Informasi Kesehatan/ Rekam Medik RS, (6) peningkatan Gerakan Rumah Sakit Bersih dan Tertib, (7) peningkatan penyuluhan kesehatan dan informasi kepada masyarakat, (8) peningkatan keberhasilan gerakan rumah sakit sayang ibu dan bayi, (9)


(54)

menyukseskan program pencegahan dan penanggulangan kekerasan terhadap perempuan dan anak secara terpadu, (10) peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana pelayanan, (11) peningkatan pendapatan RS melalui retribusi biaya pelayanan kesehatan, (12) peningkatan kerja sama operasional dengan institusi pendidikan kesehatan, (13) peningkatan kerjasama pelayanan kesehatan dengan PT. Jamsostek, PT. Askes/ Askes Plus, beberapa perusahaan perkebunan serta industri swasta pengerah tenaga kerja, PT. Jasa Raharja, Polres “Deli Serdang” khususnya pelayanan terpadu korban kekerasan terhadap perempuan dan anak, korban kecelakaan lalu lintas tanpa dipungut biaya awal dari pasien, (14) meningkatkan klasifikasi rumah sakit menjadi RSUD “Deli Serdang” kelas B, (15) persiapan akreditasi rumah sakit dengan 12 program pelayanan.

Pada tahun 2008, berdasarkan SK Menkes RI No. 405/Menkes/SK/IV/2008 tanggal 25 April 2008, Rumah Sakit “Deli Serdang” Lubuk Pakam statusnya menjadi kelas ”B”. Rumah sakit ini berdasarkan SK No. HK03-05/III3389/2008 telah terakreditasi penuh dengan 12 pelayanan, yakni : 1) Administrasi, 2) Pelayanan medis, 3) Unit Gawat Darurat, 4) Keperawatan, 5) Medical record, 6) Infeksi nosokomial, 7) K3, 8) Radiologi, 9) Laboratorium, 10) Bedah, 11) Perinatologi, 12) ICU.


(55)

Adapun responden yang menjadi bahan penelitian penulis adalah sebagai berikut :

No Jenis Fungsional Medis Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Ahli Penyakit Dalam Ahli Bedah

Ahli Kebidanan dan Kandungan Ahli Penyakit Anak

Ahli Penyakit Mata

Ahli Telinga, Hidung Tenggorokan Ahli Penyakit Kulit dan Kelamin Ahli Penyakit Paru

Ahli Patologi Klinik (Lab, Klinik) Ahli Radiologi

Ahli Syaraf Ahli Anestesi Umum Dokter Gigi

3 orang 4 orang 6 orang 3 orang 2 orang 2 orang 2 orang 1 orang 3 orang 2 orang 1 orang 2 orang 12 orang 4 orang

Jumlah 47 Orang

Data profil RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2009

4.2. Karakteristik Responden 4.2.1. Umur

Dalam penelitian ini, dari 47 responden, umur yang termuda adalah 26 tahun, sedangkan tertua adalah 65 tahun (Tabel 4.1).

Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Umur

Umur (tahun) F %

26-35 36-45 46-55 56-65 5 17 23 2 10,6 36,2 48,9 4,3


(56)

4.2.2. Jenis Kelamin

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 63,8% responden berjenis kelamin laki-laki, sedangkan 36,2% perempuan (Tabel 4.2).

Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin F %

Laki-laki Perempuan 30 17 63,8 36,2

Total 47 100

4.2.3. Pendidikan

Sebanyak 24,4% responden berpendidikan dokter umum 8,5% respondenberpendidikan dokter gigi, sedangkan yang berpendidikan dokter spesialis ada 68,1%.

Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan F %

Dokter Umum Dokter Gigi Dokter Spesialis 12 4 31 24,4 8,5 68,1

Total 47 100

4.2.4. Masa Kerja

Distribusi masa kerja responden dapat dilihat pada Tabel 4.4. Sebanyak 31,9% responden memiliki masa kerja antara 11 hingga 15 tahun.


(57)

Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Masa Kerja

Masa Kerja F %

1-5 6-10 11-15 16-20 21-25 26-30 5 15 11 10 5 1 10,6 31,9 23,4 21,3 10,6 2,1

Total 47 100

4.3 Kinerja

Kinerja dalam penelitian ini adalah hasil kerja dokter dalam pengisian berkas rekam medis sesuai yang ditetapkan RSUD “Deli Serdang” Lubuk Pakam, meliputi pengisian anamnese, riwayat penyakit, diagnosa masuk, persetujuan tindakan medis (khusus bedah), tindakan pengobatan, catatan observasi klinis, evaluasi pengobatan dan resume akhir. Uraian kegiatan yang dilakukan dokter dalam pengisian rekam medis ini dapat dilihat pada Tabel 4.5. Dari uraian tersebut dapat dilihat bahwa responden belum menjalankan pengisian rekam medis dengan baik. Dalam pengisian yang menyangkut riwayat penyakit, catatan observasi klinis, dan evaluasi pengobatan, persentase responden yang tidak mengisi di atas 90%.


(58)

Tabel 4.5. Uraian Kinerja Responden dalam Pengisian Rekam Medis berdasarkan Pengamatan terhadap Berkas Rekam Medis

Kinerja dalam Pengisian Rekam Medis

Ya % Tidak %

Anamnese 13 27,7 34 72,3

Riwayat penyakit 2 4,3 45 95,7

Diagnosa masuk 13 27,7 34 72,3

Persetujuan tindakan medik (khusus untuk tindakan bedah)

19 40,4 28 59,6

Tindakan pengobatan 21 44,7 26 55,3

Catatan observasi klinis 3 6,4 44 93,6

Evaluasi pengobatan 1 2,1 46 97,9

Resume akhir 12 25,5 35 74,5

Hasil pengkategorian variabel kinerja menunjukkan bahwa kinerja responden dalam pengisian rekam medis sebanyak 76,6% dalam kategori buruk, selebihnya yakni 23,4% berada dalam kategori sedang (Tabel 4.6).

Tabel 4.6 Distribusi Responden Menurut Kategori Kinerja

Kinerja F %

Sedang Buruk

11 36

23,4 76,6


(59)

4.4. Hasil Wawancara

Untuk mendalami penelitian ini dilakukan wawancara mendalam kepada Direktur RS “Deli Serdang” Lubuk Pakam untuk mendiskusikan hasil penelitian ini, dan juga kepada beberapa dokter yang menjadi sampel penelitian.

4.4.1 Wawancara dengan Direktur

Menurut Direktur RS “Deli Serdang”, ada beberapa faktor yang memengaruhi dokter dalam melakukan pengisian rekam medis secara lengkap. Pertama, persepsi dokter yang masih menganggap bahwa ruang lingkup pekerjaannya hanya menyangkut pelayanan kepada pasien saja. Kedua, karena kesibukannya, menyebabkan dokter tidak memiliki waktu untuk mengisi berkas rekam medis. Ketiga, dokter menganggap bahwa mengisi rekam medis bukan menjadi tugas pokok fungsinya.

Untuk mengatasi kondisi tersebut diakui memang diperlukan sosialisisasi terus menerus kepada para dokter di rumah sakit, yang dapat dilakukan pada rapat-rapat komite medik, sehingga pelayanan tidak terganggu. Direktur RS “Deli Serdang” mengakui, bahwa efek dari tidak lengkapnya berkas rekam medis adalah sulitnya rumah sakit melakukan klaim jasa pelayanan. Dalam kaitan menghindari terganggungnya sistem administrasi di rumah sakit tersebut, menurutnya rumah sakit akan mengefektifkan mekanisme pemberian sanksi bagi yang tidak mematuhi ketentuan pengisian rekam medis dengan lengkap dan tepat waktu. ”Saya akan membuat teguran, bila perlu jasa mediknya tidak diberikan,” katanya.


(60)

Berdasarkan Kepmenkes RI No. 405/ Menkes/ SK/IV/ 2008, RSUD “Deli Serdang” Lubuk Pakam kelasnya menjadi rumah sakit kelas B non pendidikan, dan telah terakreditasi penuh berdasarkan 12 pelayanan. Suatu kondisi yang ironi karena hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam hal rekam medis, dokter masih belum melakukan tugasnya dengan baik. Pengisian berkas rekam medis yang dilakukan dokter belum sesuai dengan yang seharusnya berdasarkan ketentuan yang diatur Undang-Undang Pelayanan Kedokteran No. 29/ 2004 dan Permenkes No. 269/ Menkes/ 2008.

Direktur RS “Deli Serdang” mengatakan, kondisi yang terkait dengan rekam medis memang masih belum optimal pelaksanaannya, meski rumah sakit sudah terakreditasi. ”Itulah keterbatasannya. Masih banyak yang harus disempurnakan, kita akan terus melakukan perbaikan,” katanya.

4.4.2 Wawancara dengan Dokter

Beberapa dokter yang diwawancara masih ada yang mengganggap bahwa pengisian rekam medis bukan merupakan bagian dari tugas mereka sebagai dokter. ”Kalau yang mengisi itu ’kan ada petugasnya khusus, kalau kami tugasnya melayani pasien dalam aspek medisnya,” kata seorang dokter umum.

Dokter lainnya menilai belum baiknya pengisian rekam medis di RSUD “Deli Serdang” terkait dengan kesadaran dari dokter yang belum ada. Selain itu kesibukan dokter yang setiap hari menghadapi pasien yang tiap hari makin bertambah, menyebabkan dokter tidak memiliki waktu untuk melakukan pengisian rekam medis.


(61)

Sosialisasi tentang kewajiban mengisi rekam medis juga dinilai belum maksimal, sehingga masih banyak para dokter yang tidak memahami bahwa pengisian rekam medis sesuai dengan Undang-Undang Praktik Kedokteran No. 29/ 2004 merupakan kewajibannya, yang jika tidak dijalankan dapat dikenai ketentuan pidana.

Namun demikian para dokter yang diwawancarai menyatakan, bahwa jika pengisian rekam medis ini merupakan kewajiban yang harus dijalankan, maka diperlukan suatu mekanisme untuk menjalankan kewajiban itu agar efektif. ”Misalnya kami perlu didukung oleh petugas khusus yang tugasnya mengisi rekam medis, atau kalau perlu seorang dokter, sehingga jika ada berkas yang tidak lengkap, komunikasi bisa lebih cepat dilakukan,” ujar seorang dokter spesialis.


(62)

BAB 5 PEMBAHASAN

Kinerja dokter dalam pengisian rekam medis dalam penelitian ini mayoritas masih belum baik. Sebanyak 76,6% responden kategori kinerjanya dalam pengisian rekam medis belum sesuai dengan yang diamanatkan Pasal 5 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/ Menkes/ Per/III/ 2008 tentang Rekam Medis.

Sesuai pasal tersebut, setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis, setelah pasien menerima pelayanan. Pembuatan rekam medis dilaksanakan melalui pencatatan dan pendokumentasian hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

Setiap pencatatan ke dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu dan tanda tangan dokter; dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan secara langsung. Selanjutnya pada Pasal 6 dikatakan, dokter, dokter gigi dan/ atau tenaga kesehatan tertentu bertanggung jawab atas catatan dan/ atau dokumen yang dibuat pada rekam medis.

Berdasarkan UU RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, sanksi pidana bagi yang tidak mengindahkan pembuatan rekam medis dimaksud dengan sengaja adalah kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp 50 juta.


(63)

Besarnya persentase responden yang tidak mengisi rekam medis dengan baik dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ancaman sanksi dari UU tersebut belum efektif. Rumah sakit sebagai institusi yang seyogyanya mengawasi dan menegakkan ketentuan tersebut, belum menjalankan fungsi tersebut secara baik.

Dwiyanto dalam Trisnantoro (2005) mencatat beberapa fenomena patologi dari birokrasi rumah sakit di Indonesia, di antaranya bahwa proses akreditasi yang tercampur dengan pengaruh birokrat menumbulkan ketakutan sehingga justru menghilangkan esensi dari proses akreditasi yaitu pengembangan mutu pelayanan. Menurutnya, yang terjadi adalah ketakutan untuk tidak lulus akreditasi sehingga dengan berbagai cara, pengelola rumah sakit mencoba untuk lulus. Pada akhirnya dapat terjadi sebuah rumah sakit sangat sibuk mengejar lulus akreditasi tetapi melupakan prasyarat dasar untuk menjadi sebuah lembaga usaha yang baik dalam pelayanan kesehatan.


(64)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Kinerja dokter dalam pengisian rekam medis sebanyak 76,6% dalam kategori buruk, selebihnya yakni 23,4% berada dalam kategori sedang.

6.2. Saran

1. Manajemen rumah sakit hendaknya melakukan pengawasan yang intensif

terhadap pelaksanaan pengisian rekam medis, terutama yang dilakukan oleh dokter.

2. Perlunya sosialisasi yang terus menerus terhadap semua komponen rumah

sakit, terutama dokter, untuk memahamkan bahwa pengisian rekam medis merupakan kewajiban yang harus dijalankan.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Sandra. 2007. Hubungan Motivasi dan Kinerja Petugas Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Djasamen Saragih Pematang Siantar (Tesis). Medan : PS AKK SPs USU.

Arikunto, S., 2007. Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta. Daft, Richard L. 2003. Manajemen. Jakarta : Erlangga.

Depkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/ Menkes/ Per/III/ 2008 tentang Rekam Medis

________. 2004. UU No. 29 tentang Praktik Kedokteran

Elynar, L., 2008. Pengaruh Karakteristik Individu dan Motivasi Ekstrinsik Terhadap Kinerja Dokter Dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Tahun 2008, Medan: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

Gerungan, WA. 2000. Psikologi Sosial. Bandung : Refika Aditama.

Gibson, James., Ivencevich, Jhon. dan Donnely, James H. 1993. Organisasi dan Manajemen (Perilaku Struktur Proses). Jakarta : Erlangga.

Hanafiah, M.J dan Amir, A., 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ECG.

Hasibuan., M. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Hatta, G. 2003. Pendidikan Rekam Medis. Jakarta : Perhimpunan Profesional Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Indonesia.

Ilyas, Yaslis. 2001. Kinerja : Teori, Penilaian dan Penelitian. Universitas Indonesia Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung : Refika


(66)

Mishbahuddin., 2008. Gambaran Prosedur Sistem Informasi Manajemen Rekam Medis Unit Gawat Darurat Rumah Sakit di Indonesia. http: /1 midyu. spaces. Live.com/ rekam medis. Tanggal akses: 14 maret 2009.

________. 2006. Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung : Refika Aditama.

Purnamawati. 2008. Pengaruh Faktor Predisposisi, Pendorong dan Pendukung Terhadap Pencatatan Rekam Medis sesuai dengan Undang-Undang RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran di RSUP H. Adam Malik (Tesis). Medan : PS AKK SPs USU.

Riduwan. 2008. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta.

Rivai, Veithzal. 2005. Perfomance Appraisal. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. Robbins, Stephen P. 2006. Perilaku Organisasi (Edisi ke-10 terjemahan). Jakarta : Gramedia

RS. Deli Serdang Lubuk Pakam. 2007. Profil Rumah Sakit.

Siagian, S.P. 2004. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES.

Simanjuntak

,

K. P., 2005. Manajemen dan Evaluasi Kinerja, Jakarta: Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Univesitas Indonesia.

Syamsudin, 2003. Pengaruh Kejelasan Peran dan Motivasi Kerja Terhadap Efektifitas Pelaksanaan Tugas Jabatan. www.damandiri.or.id.


(67)

Kuesioner

KINERJA DOKTER DALAM PENGISIAN BERKAS REKAM MEDIS DI RSUD “DELI SERDANG” LUBUK PAKAM TAHUN 2009

I. Identitas Responden

1. Jenis kelamin : Lk/ Pr

2. Umur : ... tahun

3. Pendidikan : Dokter Umum/Dokter Gigi/Dokter Spesialis

4. Masa kerja : ... tahun

Berikut adalah lembaran check list sebagai alat bantu yang digunakan dalam pengamatan terhadap berkas rekam medis yang diisi oleh dokter yang menjadi responden penelitian.

No. Kinerja dokter dalam pengisian rekam medis Ya Tidak

1 Anamnese

Tanda tangan dokter

2 Riwayat penyakit

Tanda tangan dokter

3 Diagnosa Masuk

Tanda tangan dokter

4 Persetujuan tindakan medik (khusus untuk tindakan bedah)

Tanda tangan dokter

5 Tindakan pengobatan

Tanda tangan dokter 6 Catatan observasi klinis

Tanda tangan dokter

7 Evaluasi pengobatan

Tanda tangan dokter

8 Resume akhir


(1)

BAB 5 PEMBAHASAN

Kinerja dokter dalam pengisian rekam medis dalam penelitian ini mayoritas masih belum baik. Sebanyak 76,6% responden kategori kinerjanya dalam pengisian rekam medis belum sesuai dengan yang diamanatkan Pasal 5 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/ Menkes/ Per/III/ 2008 tentang Rekam Medis.

Sesuai pasal tersebut, setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis, setelah pasien menerima pelayanan. Pembuatan rekam medis dilaksanakan melalui pencatatan dan pendokumentasian hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

Setiap pencatatan ke dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu dan tanda tangan dokter; dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan secara langsung. Selanjutnya pada Pasal 6 dikatakan, dokter, dokter gigi dan/ atau tenaga kesehatan tertentu bertanggung jawab atas catatan dan/ atau dokumen yang dibuat pada rekam medis.

Berdasarkan UU RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, sanksi pidana bagi yang tidak mengindahkan pembuatan rekam medis dimaksud dengan sengaja adalah kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp 50 juta.


(2)

Besarnya persentase responden yang tidak mengisi rekam medis dengan baik dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ancaman sanksi dari UU tersebut belum efektif. Rumah sakit sebagai institusi yang seyogyanya mengawasi dan menegakkan ketentuan tersebut, belum menjalankan fungsi tersebut secara baik.

Dwiyanto dalam Trisnantoro (2005) mencatat beberapa fenomena patologi dari birokrasi rumah sakit di Indonesia, di antaranya bahwa proses akreditasi yang tercampur dengan pengaruh birokrat menumbulkan ketakutan sehingga justru menghilangkan esensi dari proses akreditasi yaitu pengembangan mutu pelayanan. Menurutnya, yang terjadi adalah ketakutan untuk tidak lulus akreditasi sehingga dengan berbagai cara, pengelola rumah sakit mencoba untuk lulus. Pada akhirnya dapat terjadi sebuah rumah sakit sangat sibuk mengejar lulus akreditasi tetapi melupakan prasyarat dasar untuk menjadi sebuah lembaga usaha yang baik dalam pelayanan kesehatan.


(3)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Kinerja dokter dalam pengisian rekam medis sebanyak 76,6% dalam kategori buruk, selebihnya yakni 23,4% berada dalam kategori sedang.

6.2. Saran

1. Manajemen rumah sakit hendaknya melakukan pengawasan yang intensif terhadap pelaksanaan pengisian rekam medis, terutama yang dilakukan oleh dokter.

2. Perlunya sosialisasi yang terus menerus terhadap semua komponen rumah sakit, terutama dokter, untuk memahamkan bahwa pengisian rekam medis merupakan kewajiban yang harus dijalankan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Sandra. 2007. Hubungan Motivasi dan Kinerja Petugas Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Djasamen Saragih Pematang Siantar (Tesis). Medan : PS AKK SPs USU.

Arikunto, S., 2007. Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta. Daft, Richard L. 2003. Manajemen. Jakarta : Erlangga.

Depkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/ Menkes/ Per/III/ 2008 tentang Rekam Medis

________. 2004. UU No. 29 tentang Praktik Kedokteran

Elynar, L., 2008. Pengaruh Karakteristik Individu dan Motivasi Ekstrinsik Terhadap Kinerja Dokter Dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Tahun 2008, Medan: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

Gerungan, WA. 2000. Psikologi Sosial. Bandung : Refika Aditama.

Gibson, James., Ivencevich, Jhon. dan Donnely, James H. 1993. Organisasi dan Manajemen (Perilaku Struktur Proses). Jakarta : Erlangga.

Hanafiah, M.J dan Amir, A., 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ECG.

Hasibuan., M. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Hatta, G. 2003. Pendidikan Rekam Medis. Jakarta : Perhimpunan Profesional Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Indonesia.

Ilyas, Yaslis. 2001. Kinerja : Teori, Penilaian dan Penelitian. Universitas Indonesia Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung : Refika


(5)

Mishbahuddin., 2008. Gambaran Prosedur Sistem Informasi Manajemen Rekam Medis Unit Gawat Darurat Rumah Sakit di Indonesia. http: /1 midyu. spaces. Live.com/ rekam medis. Tanggal akses: 14 maret 2009.

________. 2006. Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung : Refika Aditama.

Purnamawati. 2008. Pengaruh Faktor Predisposisi, Pendorong dan Pendukung Terhadap Pencatatan Rekam Medis sesuai dengan Undang-Undang RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran di RSUP H. Adam Malik (Tesis). Medan : PS AKK SPs USU.

Riduwan. 2008. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta.

Rivai, Veithzal. 2005. Perfomance Appraisal. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. Robbins, Stephen P. 2006. Perilaku Organisasi (Edisi ke-10 terjemahan). Jakarta : Gramedia

RS. Deli Serdang Lubuk Pakam. 2007. Profil Rumah Sakit.

Siagian, S.P. 2004. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES.

Simanjuntak, K. P., 2005. Manajemen dan Evaluasi Kinerja, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Univesitas Indonesia.

Syamsudin, 2003. Pengaruh Kejelasan Peran dan Motivasi Kerja Terhadap Efektifitas Pelaksanaan Tugas Jabatan. www.damandiri.or.id.


(6)

Kuesioner

KINERJA DOKTER DALAM PENGISIAN BERKAS REKAM MEDIS DI RSUD “DELI SERDANG” LUBUK PAKAM TAHUN 2009

I. Identitas Responden

1. Jenis kelamin : Lk/ Pr 2. Umur : ... tahun

3. Pendidikan : Dokter Umum/Dokter Gigi/Dokter Spesialis 4. Masa kerja : ... tahun

Berikut adalah lembaran check list sebagai alat bantu yang digunakan dalam pengamatan terhadap berkas rekam medis yang diisi oleh dokter yang menjadi responden penelitian.

No. Kinerja dokter dalam pengisian rekam medis Ya Tidak 1 Anamnese

Tanda tangan dokter 2 Riwayat penyakit

Tanda tangan dokter 3 Diagnosa Masuk

Tanda tangan dokter

4 Persetujuan tindakan medik (khusus untuk tindakan bedah) Tanda tangan dokter

5 Tindakan pengobatan Tanda tangan dokter 6 Catatan observasi klinis

Tanda tangan dokter 7 Evaluasi pengobatan Tanda tangan dokter 8 Resume akhir